Ketika Hati Yang Memilih

Baca Juga :
    Judul Cerpen Ketika Hati Yang Memilih

    Apakah kita hanya melihat seseorang hanya dari penampilan luarnya saja?
    Apa ada yang salah ketika orang yang kita cintai itu memiliki kekurangan? Bukankah di dunia ini manusia tidak ada yang sempurna? Beda halnya ketika hati yang akan memilih siapa yang akan kita cintai.

    Galih adalah sosok yang sangat terkenal di sekolahnya. Ia adalah seorang ketua osis yang berwibawa, ramah dan tampan. Banyak para siswi yang mengidolakan dirinya, tanpa terkecuali. Galih dengan senang hati menanggapi puluhan wanita cantik yang berusaha untuk mencari perhatiannya. Bisa dibilang ia tipikal laki-laki playboy.

    Namun setelah kedatangan Niken di hidupnya semua berubah. Niken adalah sosok wanita yang bisa dibilang cupu, tidak terlalu cantik dan ia menderita disleksia. Niken adalah siswi baru di kelas Galih. Pada awalnya galih hanya mengabaikannya, namun setelah terjadi satu insiden, ia sadar bahwa Niken adalah wanita yang tulus.

    Saat ini Galih sedang berkendara dengan kecepatan tinggi. Ia sudah terlambat ke sekolah lantaran dirinya bangun kesiangan. Namun tanpa disangkanya dari arah yang berlawanan ada sebuah mobil sedan yang melaju kencang. Tabrakan pun tak dapat terelakkan. Tidak ada yang mau menolong Galih yang saat itu sudah terkulai lemas, tanpa disadarinya ada seorang wanita yang mau menolongnya. Dia Niken. Dengan cekatan Niken segera menelepon ambulan. Setelah ambulan datang, Niken pun rela menemani Galih hingga sampai di rumah sakit.

    Setelah menunggu sekian lama, dokter pun keluar dari ruang operasinya.

    “Dok, bagaimana keadaan teman saya?”
    “Karena terkena benturan yang cukup keras pada syaraf kakinya, sepertinya teman adik akan mengalami kelumpuhan untuk beberapa saat.”
    “Tapi bisa kembali berjalan seperti semula kan dokter?”
    “Tentu bisa, tapi mungkin akan membutuhkan waktu yang sedikit lama.”
    “Baiklah dok, boleh saya menjenguknya?”
    “Oh silakan, teman adik sudah bisa dijenguk.”

    Sesampainya di dalam ruang rawat inap, Niken lalu menghampiri Galih yang sudah sadar, namun dari sorot matanya ia terlihat putus asa. Dengan ragu Niken mulai menanyakan keadaan Galih.

    “Ha..hai Galih, bagaimana keadaanmu?”
    “Mengapa kau kemari? Apa kau ingin menertawakanku? Apa kau ingin mengejekku karena aku lumpuh hah?”
    “Tidak, aku kesini hanya ingin menanyakan keadaanmu.”
    “Sudahlah, kau tidak usah berpura-pura peduli terhadapku.”

    Setelah beberapa minggu berlalu, Galih mulai kembali bersekolah. Namun dengan suasana yang berubah drastis. Ketika dulu ia dipuji-puji, sekarang ia dicaci-maki. Ketika dulu dirinya dikagumi, sekarang ia hanya mendapat cibiran dari orang-orang di sekitarnya, hanya karena kelumpuhannya ini. Namun ada seseorang yang setia menemaninya disaat susahnya ini.

    “Mengapa kau kemari? Kau ingin mengejekku seperti yang mereka lakukan?”
    “Tidak, aku mohon janganlah berfikir negatif begitu kepadaku. Aku hanya ingin memberikan makanan ini padamu,” ujar Niken.
    “Apa yang membuatmu perhatian kepadaku?”
    “Tidak ada alasannya, ini semua datang dari hati.”

    Galih tersenyum memandang wanita yang berdiri di depannya ini. Meskipun dari fisik ia tidak menarik, namun hatinyalah yang jadi daya tarik bagi wanita itu. Berbulan-bulan sudah Niken dengan setia menjadi teman Galih. Walaupun bisa dibilang Galih cukup merepotkan, namun Niken tidak pernah mengeluh akan hal itu. Niken selalu dengan setia menemani Galih.

    Setelah beberapa bulan terlewati kelumpuhan pada kaki Galih sudah sembuh. Saat ini Galih kembali seperti dahulu lagi. Dikagumi oleh orang-orang. Namun seperti kacang yang lupa pada kulitnya, Galih mulai mengacuhkan Niken.

    “Hai Galih, ini aku bawakan bekal untukmu.”
    “Kau tidak usah peduli kepadaku lagi. Aku tidak mau berteman dengan gadis dungu sepertimu lagi.”

    Ucapan Galih itu bak sambaran petir yang menghantam hati Niken. Bagaimana bisa Galih berbicara seperti itu pada dirinya setelah berbulan-bulan lamanya Niken dengan sabar berteman dengan Galih yang saat itu cacat. Tak terasa air mata sudah tak bisa dibendung lagi oleh mata Niken. Galih yang diam-diam melirik ke arah Niken sebenarnya merasa bersalah, namun karena egonya ia tetap mengacuhkan Niken.

    Saat ini Galih sedang berada di sebuah Cafe bersama beberapa perempuan. Ia berjanji akan menteraktir para wanita-wanita yang mengidolakannya ini.

    “Galih, kau tampan sekali, baik hati pula.”
    “Iya Galih, andai saja aku yang menjadi kekasihmu aku pasti akan setia kepadamu.”
    “Tenang saja, kalian semua akan selalu menjadi ratu di hatiku.”
    “Benarkah itu?”
    “Tentu.”

    Setelah acara mentraktirnya itu selesai, Galih segera menuju ke kasir. Namun ketika ia memeriksa saku celananya, ada sesuatu yang teramat penting tidak ada disana. Dompet. Ia lupa membawa dompetnya.

    “Em, Nisa dompetku tertinggal, apa aku boleh meminjam uangmu?”
    “Hey, bukankah kau orang kaya? Ohh atau kau hanya berpura-pura menjadi orang kaya ya? Aku membencimu! Mulai sekarang jangan pernah dekati aku lagi orang miskin!” ujar perempuan itu yang langsung meninggalkan Galih.

    Galih hanya menunduk menyesal. ‘jadi selama ini mereka hanya mengincar hartaku saja’ ujarnya dalam hati.

    Namun ada seorang wanita dengan senang hati mau membayarkan semua pesanannya tadi. Dia Niken. Niken datang disaat yang sangat tepat. Galih sangat heran mengapa gadis yang ia marahi tempo hari mau membayarkannya.

    “Hey, kau kenapa?” tanya Niken.
    “Eh, tidak, mengapa kau melakukan semua itu?”
    “Tidak ada salahnya bukan?”
    “Kau wanita yang baik hati Niken. Aku sadar, selama ini aku hanya melihat seseorang hanya dari penampilan luarnya saja, bukan dari hati. Namun kali ini hatiku telah memilih seseorang, yaitu kau Niken, would you be my girl in my heart?”
    “Apa kau serius?”
    “Aku tidak akan pernah mempermainkan pilihan hatiku Niken, percayalah.”
    “Aku menerimamu Galih.”

    ‘Janganlah melihat suatu hal hanya dari luarnya saja, dari kekurangannya ataupun dari keterbatasannya. Tanpa kita ketahui mungkin dibalik itu semua ada ketulusan yang akan menutupi segala kekurangan itu’

    Cerpen Karangan: Ayu Wahyuni

    Artikel Terkait

    Ketika Hati Yang Memilih
    4/ 5
    Oleh

    Berlangganan

    Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email