Judul Cerpen Love Beside You
Tak terbayangkan satu tahun sudah cinta bersandiwara dalam hidupku, semuanya seperti sangat mudah untuk berbohong tanpa harus berfikir lagi. Dia. Dia sudah menghancurkan segalanya, termasuk harapanku.
Bell masuk berbunyi dan menyapu bersih murid-murid yang berada di lapangan sekolah. Dari banyaknya kerumunan orang, kenapa yang harus berada di depanku adalah Zafran? Si Zafran yang sudah tega menghancurkan semuanya. Pandanganku teralihkan saat ada suara lelaki lain di sampingku. Siapa lelaki ini? Sebelumnya, aku tidak pernah melihatnya. Haahh abaikan saja lah. Kataku dalam hati. Terkumpullah sudah semua murid di kelas IPA 1, tak lama dari itu, bu Mega datang besertakan lelaki… lelaki yang tadi.
“Murid baru ya, Ka?” Tanya Nayya, sahabatku
“Mungkin sih” jawabku cuek dan tetap fokus dengan gambar yang ada di buku gambarku
Singkat cerita, sudah seminggu dia berada di sekolah ini, tapi masih belum banyak berbicara sebelum Nayya banyak cerita padanya.
“Ohh jadi kamu murid pindahan ya dari Bandung ke Medan? Jadi gitu.. semoga kamu senang ya ada di Medan, No” dengarku dari belakang mejaku. No. Namanya Nino, dia sangat pendiam sekali tapi, dia sepertinya pendengar yang bagus
“KANIAAA!!” Teriak Nayya yang menghentikan lamunanku tentang Nino
“Apaan?” Sentakku
“Kamu ih dari tadi dipanggilin gak ngedengerin.. lamunin apa sih, Ka?”
“Ng.. enggak kok enggak. Ada perlu apa panggil-panggil aku?”
“Aku mau ke kantin nih sama Nino, ikut gak?”
“Boleh”
Bertiga, kami menuju ke kantin. Aku merasa ada yang memerhatikanku. Orang yang punya percaya diri tinggi sepertiku memang suka begini. Aku mencoba melirik dari sudut mataku. Nino. Ternyata Nino memerhatikanku
“Ada ap-apa?” Tanyaku dengan gagap. Nino menyengir
“Gak, kok kamu nunduk mulu dari tadi?” Tanya Nino
“Kania biasa seperti itu” jawab Nayya sambil merangkulku. Aku merasa dibully berada di tengah mereka seperti ini huff.
Selagi Nayya memesan makanan, aku fokuskan melihat di sekitarku, tapi sepertinya Nino kesepian dan akhirnya dia memberanikan diri untuk memulai percakapan
“Kamu memang diam aja gitu ya Kania?”
“Kania? Kamu tau namaku?”
“Nayya selalu ceritain kamu sama aku, dia seneng punya kamu”
“Oh iya?”
Sangat asyik bercerita, sampai-sampai air mataku keluar saat tertawa berasamanya.
“Nino itu asyik yah” cetusku spontan pada Nayya saat melihat Nino bermain basket
“What? Kamu.. kamu suka sama Nino?” Jawab Nayya
“Hah? Ap-apa? Aku bilang apa tadi sampai kamu nanya seperti itu?”
“Hahaa Ka.. Ka.. kamu bilang tadi Nino itu asyik”
“Oh ya? Ya ampun.. emang salah yah? Kenapa sih di setiap kata pujian, orang bisa aja sembarang menuduh suka?”
“Kok sewot? Santai kali… haha”
Demi apa! Hanya karena di kantin tadi, secepat itu aku memujinya? Aku terus saja bertanya pada diriku sendiri yang sedang asyik menggambar. Tanpa disadari, kenapa aku menggambar wajah Nino? Hah. Ada yang salah dari diriku. Secepat itu aku bisa ja.. jatuh cinta?
“Suka sama dia ya? Selamat ya” timpal suara lantang di sela-sela kebingunganku. Aku berbalik ke asal suara itu. Zafran.
“Kamu ngapain disini, Ran? Terus kalau aku suka ataupun enggak, masalah gitu ke kamunya?”
“Enggak. Enggak salah lagi. Kenapa sih kamu cepat banget?”
“Apa? Kamu gak sadar kamu nanya apa? Zafran alfaqih.. dengar yaa.. kamu yang berkhianat kenapa kamu yang nanya gitu? Dan.. apa aku harus terlarut-larut dalam kesedihan cuma karena cowok brengsek sepertimu? Hah!”
“Apa? Brengsek? Kamu berani ya ngomong gituu.. biar aku tunjukkin arti brengsek itu apa” Zafran mengangkat tangannya
“TUNGGU!” Suara Nino menyelamatkan aku
“Lo siapa?” Tanya Zafran.
“Sebentar.. lo yang ada di gambarnya Kania kan?” Lanjutnya lagi
“Iya. Lo kalo emang laki gak akan kasar sama cewek bro!”
“Lo siapa sih ngatur-ngatur gue?”
“Pacar Kania. Kenalin, gue Nino Adellino”
“Oh.. gitu..” jawab Zafran singkat. Awalnya terjadi keheningan sebentar, setelah itu, satu tumbukan mendarat di pipi Nino
“CUKUPPPP!! UDAH CUKUP! ZAFRAN MENDING LO PERGI DARI SINI!!! PERGIIII” teriakku yang mengusir Zafran pergi. Aku langsung merangkul Nino yang memegang pipinya yang besot
“Maaf zafran.. gak seharusnya kamu gini.. aku.. ini aku yang salah, ak-”
“Apa bener itu gambar kamu?” Tunjuk Nino di kertas gambarku.
“I-iya” jawabku gemetaran. “Tapi No, aku gak sengaja gambar kamu itu cu-” belum selesai lagi aku berbicara Nino sudah pergi. Aku mencoba untuk menahannya tapi tidak bisa.
3 hari sudah Nino tidak menyapaku. Aku benar-benar terdiam. Sampai akhirnya Nayya mengajakku ke toko buku favoritku
“Ngapain sih Nay? Aku lagi gak niat baca” jawabku lesu
“Sebentar deh.. kamu duduk disini ya” ucap Nayya. Aku pun menurutinya. Tiba-tiba alunan musik klasik berbunyi dan…
‘Ini aku, si pendiam yang mengagumimu. Tawamu selalu kunanti. Satu kata dari ku selalu kuharapkan melebihi bumi yang menunggu hujan, melebihi hujan yang menantikan pelangi. Ini aku, si pendiam yang berpura-pura lugu di hadapanmu. Tatapanmu menghentikan setiap darah dalam tubuhku, aku tidak tau harus menamai ini apa tapi yang jelas.. aku menyayangimu’ bait-bait puisi terdengar lembut di telingaku. Itu Nino. Aku tersenyum malu. Jantungku berdegup sangat kencang saat Nino mendatangiku. Kedua tangannya meraih kedua tanganku
“Kania, aku tau gak mudah untuk melupakan, aku tau gak mudah untuk bisa sembuh dari rasa sakit.. tapi aku tau caranya untuk memudahkan itu semua.. Aku bersedia jadi lembaran kosong untuk kamu isi cerita yang berbagai macam rasanya. Aku bersedia jadi obat umtuk menyembuhkan hatimu. Aku tau ini terlalu cepat untuk menamainya cinta, tapi aku tau ini lebih dari sekedar cinta biasa, karena kamu semuanya jadi luar biasa dan istimewa. Apakah kamu mengizinkanku untuk membuatmu tersenyum?” Duarrr seperti ada meriam meledak dalam hatiku. Nino si pendiam benar-benar memikatku. Aku masih terus memelihara senyumku dan membiarkan kata-kata tidak keluar dari dalam mulutku. Tapi kurasa, aku harus menjawabnya.
“Nino, kamu tau? Ketidak sengajaannya kita berjumpa untuk pertama kali? Ketidakdugaannya aku bisa kenal bahkan merasakan hari ini dengan orang yang berjalan di sampingku dengan sangat asing? Kamu tau tidak? Begitu tak sanggupnya lagi aku menahan semua rasa sakit sampai selama 2 tahun aku bersembunyi dari kata ‘cinta’? Tapi.. setelah aku jumpa kamu.. ada getaran yang gaktau dari mana asalnya itu. Nino, seandainya aku tau cinta itu yang berjalan di samping kita, bukan di depan atau di belakang. Andai aku tau, Nino yang berjalan di sampingku dulu itu adalah cinta.”
“Jadi kamuuu..”
“Aku mengizinkanmu untuk merubah segalanya, No”
“Love always beside you”
“Always and forever”
Dan kami berpelukan
Tamat
Cerpen Karangan: Kartini Kartika
Facebook: Kartini Kartika
Tak terbayangkan satu tahun sudah cinta bersandiwara dalam hidupku, semuanya seperti sangat mudah untuk berbohong tanpa harus berfikir lagi. Dia. Dia sudah menghancurkan segalanya, termasuk harapanku.
Bell masuk berbunyi dan menyapu bersih murid-murid yang berada di lapangan sekolah. Dari banyaknya kerumunan orang, kenapa yang harus berada di depanku adalah Zafran? Si Zafran yang sudah tega menghancurkan semuanya. Pandanganku teralihkan saat ada suara lelaki lain di sampingku. Siapa lelaki ini? Sebelumnya, aku tidak pernah melihatnya. Haahh abaikan saja lah. Kataku dalam hati. Terkumpullah sudah semua murid di kelas IPA 1, tak lama dari itu, bu Mega datang besertakan lelaki… lelaki yang tadi.
“Murid baru ya, Ka?” Tanya Nayya, sahabatku
“Mungkin sih” jawabku cuek dan tetap fokus dengan gambar yang ada di buku gambarku
Singkat cerita, sudah seminggu dia berada di sekolah ini, tapi masih belum banyak berbicara sebelum Nayya banyak cerita padanya.
“Ohh jadi kamu murid pindahan ya dari Bandung ke Medan? Jadi gitu.. semoga kamu senang ya ada di Medan, No” dengarku dari belakang mejaku. No. Namanya Nino, dia sangat pendiam sekali tapi, dia sepertinya pendengar yang bagus
“KANIAAA!!” Teriak Nayya yang menghentikan lamunanku tentang Nino
“Apaan?” Sentakku
“Kamu ih dari tadi dipanggilin gak ngedengerin.. lamunin apa sih, Ka?”
“Ng.. enggak kok enggak. Ada perlu apa panggil-panggil aku?”
“Aku mau ke kantin nih sama Nino, ikut gak?”
“Boleh”
Bertiga, kami menuju ke kantin. Aku merasa ada yang memerhatikanku. Orang yang punya percaya diri tinggi sepertiku memang suka begini. Aku mencoba melirik dari sudut mataku. Nino. Ternyata Nino memerhatikanku
“Ada ap-apa?” Tanyaku dengan gagap. Nino menyengir
“Gak, kok kamu nunduk mulu dari tadi?” Tanya Nino
“Kania biasa seperti itu” jawab Nayya sambil merangkulku. Aku merasa dibully berada di tengah mereka seperti ini huff.
Selagi Nayya memesan makanan, aku fokuskan melihat di sekitarku, tapi sepertinya Nino kesepian dan akhirnya dia memberanikan diri untuk memulai percakapan
“Kamu memang diam aja gitu ya Kania?”
“Kania? Kamu tau namaku?”
“Nayya selalu ceritain kamu sama aku, dia seneng punya kamu”
“Oh iya?”
Sangat asyik bercerita, sampai-sampai air mataku keluar saat tertawa berasamanya.
“Nino itu asyik yah” cetusku spontan pada Nayya saat melihat Nino bermain basket
“What? Kamu.. kamu suka sama Nino?” Jawab Nayya
“Hah? Ap-apa? Aku bilang apa tadi sampai kamu nanya seperti itu?”
“Hahaa Ka.. Ka.. kamu bilang tadi Nino itu asyik”
“Oh ya? Ya ampun.. emang salah yah? Kenapa sih di setiap kata pujian, orang bisa aja sembarang menuduh suka?”
“Kok sewot? Santai kali… haha”
Demi apa! Hanya karena di kantin tadi, secepat itu aku memujinya? Aku terus saja bertanya pada diriku sendiri yang sedang asyik menggambar. Tanpa disadari, kenapa aku menggambar wajah Nino? Hah. Ada yang salah dari diriku. Secepat itu aku bisa ja.. jatuh cinta?
“Suka sama dia ya? Selamat ya” timpal suara lantang di sela-sela kebingunganku. Aku berbalik ke asal suara itu. Zafran.
“Kamu ngapain disini, Ran? Terus kalau aku suka ataupun enggak, masalah gitu ke kamunya?”
“Enggak. Enggak salah lagi. Kenapa sih kamu cepat banget?”
“Apa? Kamu gak sadar kamu nanya apa? Zafran alfaqih.. dengar yaa.. kamu yang berkhianat kenapa kamu yang nanya gitu? Dan.. apa aku harus terlarut-larut dalam kesedihan cuma karena cowok brengsek sepertimu? Hah!”
“Apa? Brengsek? Kamu berani ya ngomong gituu.. biar aku tunjukkin arti brengsek itu apa” Zafran mengangkat tangannya
“TUNGGU!” Suara Nino menyelamatkan aku
“Lo siapa?” Tanya Zafran.
“Sebentar.. lo yang ada di gambarnya Kania kan?” Lanjutnya lagi
“Iya. Lo kalo emang laki gak akan kasar sama cewek bro!”
“Lo siapa sih ngatur-ngatur gue?”
“Pacar Kania. Kenalin, gue Nino Adellino”
“Oh.. gitu..” jawab Zafran singkat. Awalnya terjadi keheningan sebentar, setelah itu, satu tumbukan mendarat di pipi Nino
“CUKUPPPP!! UDAH CUKUP! ZAFRAN MENDING LO PERGI DARI SINI!!! PERGIIII” teriakku yang mengusir Zafran pergi. Aku langsung merangkul Nino yang memegang pipinya yang besot
“Maaf zafran.. gak seharusnya kamu gini.. aku.. ini aku yang salah, ak-”
“Apa bener itu gambar kamu?” Tunjuk Nino di kertas gambarku.
“I-iya” jawabku gemetaran. “Tapi No, aku gak sengaja gambar kamu itu cu-” belum selesai lagi aku berbicara Nino sudah pergi. Aku mencoba untuk menahannya tapi tidak bisa.
3 hari sudah Nino tidak menyapaku. Aku benar-benar terdiam. Sampai akhirnya Nayya mengajakku ke toko buku favoritku
“Ngapain sih Nay? Aku lagi gak niat baca” jawabku lesu
“Sebentar deh.. kamu duduk disini ya” ucap Nayya. Aku pun menurutinya. Tiba-tiba alunan musik klasik berbunyi dan…
‘Ini aku, si pendiam yang mengagumimu. Tawamu selalu kunanti. Satu kata dari ku selalu kuharapkan melebihi bumi yang menunggu hujan, melebihi hujan yang menantikan pelangi. Ini aku, si pendiam yang berpura-pura lugu di hadapanmu. Tatapanmu menghentikan setiap darah dalam tubuhku, aku tidak tau harus menamai ini apa tapi yang jelas.. aku menyayangimu’ bait-bait puisi terdengar lembut di telingaku. Itu Nino. Aku tersenyum malu. Jantungku berdegup sangat kencang saat Nino mendatangiku. Kedua tangannya meraih kedua tanganku
“Kania, aku tau gak mudah untuk melupakan, aku tau gak mudah untuk bisa sembuh dari rasa sakit.. tapi aku tau caranya untuk memudahkan itu semua.. Aku bersedia jadi lembaran kosong untuk kamu isi cerita yang berbagai macam rasanya. Aku bersedia jadi obat umtuk menyembuhkan hatimu. Aku tau ini terlalu cepat untuk menamainya cinta, tapi aku tau ini lebih dari sekedar cinta biasa, karena kamu semuanya jadi luar biasa dan istimewa. Apakah kamu mengizinkanku untuk membuatmu tersenyum?” Duarrr seperti ada meriam meledak dalam hatiku. Nino si pendiam benar-benar memikatku. Aku masih terus memelihara senyumku dan membiarkan kata-kata tidak keluar dari dalam mulutku. Tapi kurasa, aku harus menjawabnya.
“Nino, kamu tau? Ketidak sengajaannya kita berjumpa untuk pertama kali? Ketidakdugaannya aku bisa kenal bahkan merasakan hari ini dengan orang yang berjalan di sampingku dengan sangat asing? Kamu tau tidak? Begitu tak sanggupnya lagi aku menahan semua rasa sakit sampai selama 2 tahun aku bersembunyi dari kata ‘cinta’? Tapi.. setelah aku jumpa kamu.. ada getaran yang gaktau dari mana asalnya itu. Nino, seandainya aku tau cinta itu yang berjalan di samping kita, bukan di depan atau di belakang. Andai aku tau, Nino yang berjalan di sampingku dulu itu adalah cinta.”
“Jadi kamuuu..”
“Aku mengizinkanmu untuk merubah segalanya, No”
“Love always beside you”
“Always and forever”
Dan kami berpelukan
Tamat
Cerpen Karangan: Kartini Kartika
Facebook: Kartini Kartika
Love Beside You
4/
5
Oleh
Unknown