Judul Cerpen Ya Sudahlah
Ok sebut saja namanya riky, dia itu cinta pertamaku itu yang aku tahu. Kita dekat, dekat bangat, dibilang dekat sebagai sahabat bukan, abang sendiri juga bukan yang ada itu lebih, aku merasa kedekatan kita itu sebagai pasangan kekasih yang begitu romantis. Tiap malam dia selalu call me, ada gak ada topik dia selalu membuat suasana malamku bagitu indah, dia selalu menemani malamku bersama alunan gitar, dan satu lagu romantisnya yang menbuatku meleleh dengan itu semua. Cinta semakin tumbuh dan terus tumbuh di hatiku, malam tanpa mendengarkan suaranya bak malam tanpa bintang. Getaran cinta mungkin dia merasakannya juga.
Ok tepatnya malam minggu tak kudapati telepon darinya justru yang kudapati telepon dari adiknya yang mengatakan kalau kakaknya itu sudah balik ke mataram huuuffft… Kecewa. Kok dia tak memberitahuku. ‘Tuhan separuh hatiku telah pergi jauh dan apakah aku bisa hidup tanpa dia disini?’
Ok hari demi hari kulalui tanpa kabarnya, kecewa, sakit hati dan stress itu aku sekarang karena hanya dia yang bisa membuat hidupku berwarna dan berarti, kini apa arti hidupku aku tak bisa memaknainya, senyum di bibirku tak terukir lagi dan sekuntum bunga cinta di hatiku kini mulai layu. Ku menyelusuri hari-hariku penuh dengan kehambaran. Dia pergi, iya dia pergi dan tak memberikan kabarnya sampai detik ini. Kuingat memori indah saat bersamanya, sepotong hatiku menangis, kini hari-hariku begitu kelam…
Ok tepatnya berbulan-bulan dia pergi tanpa ada kabar dan Gggreeet… Greeett…
Handphone aku berdering pertanda ada panggilan masuk, kalian tahu dari siapa? Ternyata itu dari dia, iya dia yang pergi tanpa aku tahu kabarnya, kini dia berani meneleponku, di posisi itu aku harus bahagia atau harus menangis sekencang-kencangnya. Oke aku memngangkat teleponnya dan dia menanyakan gimana kabar aku dan menceritakan masalah di kampusnya, yaaa disitu aku hanya merespon oh, iya, hum dan pura-pura tertawa. Ok mungkin dia kesal dengan respon aku itu dia langsung mengakhiri teleponnya. Dan datang mengirim pesan singkat yang berisi
“Dan, aku dan kamu ibarat mangnet yang berada di kutub yang sama dan dengan muatanya sama pula dan kita tidak bisa bersatu.”
Pandanganku mulai kabur yang kulihat hanyalah kegelapan, kenapa dia mengatakan ini kepadaku apa alasan yang sebenarnya? Ok aku membantah perkataanya, “kata siapa mangnet yang berada di kutub yang sama dan muatan yang sama tak bisa menyatu apakah kamu tidak percaya dengan kekuatan tuhan?, dia bisa mengubah apa yang tidak mungkin menjadi mungkin.”
Disitu kita mulai bertengkar. Dan disitu pula dia tidak ada kabar lagi. Menghilang begitu lamanya sampai hati ini terbiasa dalam keadaan sepotong. Tapi aku tak mengerti dia datang lagi dalam kehidupanku dan cinta itu tumbuh lagi. Apa-apaan ini kok dia seenank-enaknya datang dan pergi begitu saja dalam hidupku emangnya aku apaan, halte bus?, Humt aku gak mau sepotong hatiku disakiti seperti ini dan aku harus memutuskan, aku harus melupakan dia, iya segala tentang dia.
Untuk kamu terimakasih sudah mempermainkan hatiku.
Cerpen Karangan: S Nd
Facebook: S Ndaniati
Ok sebut saja namanya riky, dia itu cinta pertamaku itu yang aku tahu. Kita dekat, dekat bangat, dibilang dekat sebagai sahabat bukan, abang sendiri juga bukan yang ada itu lebih, aku merasa kedekatan kita itu sebagai pasangan kekasih yang begitu romantis. Tiap malam dia selalu call me, ada gak ada topik dia selalu membuat suasana malamku bagitu indah, dia selalu menemani malamku bersama alunan gitar, dan satu lagu romantisnya yang menbuatku meleleh dengan itu semua. Cinta semakin tumbuh dan terus tumbuh di hatiku, malam tanpa mendengarkan suaranya bak malam tanpa bintang. Getaran cinta mungkin dia merasakannya juga.
Ok tepatnya malam minggu tak kudapati telepon darinya justru yang kudapati telepon dari adiknya yang mengatakan kalau kakaknya itu sudah balik ke mataram huuuffft… Kecewa. Kok dia tak memberitahuku. ‘Tuhan separuh hatiku telah pergi jauh dan apakah aku bisa hidup tanpa dia disini?’
Ok hari demi hari kulalui tanpa kabarnya, kecewa, sakit hati dan stress itu aku sekarang karena hanya dia yang bisa membuat hidupku berwarna dan berarti, kini apa arti hidupku aku tak bisa memaknainya, senyum di bibirku tak terukir lagi dan sekuntum bunga cinta di hatiku kini mulai layu. Ku menyelusuri hari-hariku penuh dengan kehambaran. Dia pergi, iya dia pergi dan tak memberikan kabarnya sampai detik ini. Kuingat memori indah saat bersamanya, sepotong hatiku menangis, kini hari-hariku begitu kelam…
Ok tepatnya berbulan-bulan dia pergi tanpa ada kabar dan Gggreeet… Greeett…
Handphone aku berdering pertanda ada panggilan masuk, kalian tahu dari siapa? Ternyata itu dari dia, iya dia yang pergi tanpa aku tahu kabarnya, kini dia berani meneleponku, di posisi itu aku harus bahagia atau harus menangis sekencang-kencangnya. Oke aku memngangkat teleponnya dan dia menanyakan gimana kabar aku dan menceritakan masalah di kampusnya, yaaa disitu aku hanya merespon oh, iya, hum dan pura-pura tertawa. Ok mungkin dia kesal dengan respon aku itu dia langsung mengakhiri teleponnya. Dan datang mengirim pesan singkat yang berisi
“Dan, aku dan kamu ibarat mangnet yang berada di kutub yang sama dan dengan muatanya sama pula dan kita tidak bisa bersatu.”
Pandanganku mulai kabur yang kulihat hanyalah kegelapan, kenapa dia mengatakan ini kepadaku apa alasan yang sebenarnya? Ok aku membantah perkataanya, “kata siapa mangnet yang berada di kutub yang sama dan muatan yang sama tak bisa menyatu apakah kamu tidak percaya dengan kekuatan tuhan?, dia bisa mengubah apa yang tidak mungkin menjadi mungkin.”
Disitu kita mulai bertengkar. Dan disitu pula dia tidak ada kabar lagi. Menghilang begitu lamanya sampai hati ini terbiasa dalam keadaan sepotong. Tapi aku tak mengerti dia datang lagi dalam kehidupanku dan cinta itu tumbuh lagi. Apa-apaan ini kok dia seenank-enaknya datang dan pergi begitu saja dalam hidupku emangnya aku apaan, halte bus?, Humt aku gak mau sepotong hatiku disakiti seperti ini dan aku harus memutuskan, aku harus melupakan dia, iya segala tentang dia.
Untuk kamu terimakasih sudah mempermainkan hatiku.
Cerpen Karangan: S Nd
Facebook: S Ndaniati
Ya Sudahlah
4/
5
Oleh
Unknown