Judul Cerpen Pertemuan Tanpa Nama
Perkenalkan namaku adetia. Hobiku adalah menulis puisi. Aku tak suka dengan keramaian. Yang kadang membuat aku seperti terasingkan. Namun ku juga benci dengan kesepian. Yang membuatku selalu sendiri.
Aku sekolah di salah satu SMA favoritku. Dan sekarang ini adalah tahun ketiga ku sekolah di sana. Hari-hariku sangatlah membosankan. Tiap pagi harus bangun meskipun mata masih ngantuk. Berangkat ke sekolah, bertemu dengan teman-teman, lalu kembali lagi pulang. Hanya itu saja, sempat terpikirkan olehku, apakah aku harus merubah hidupku?
Pagi itu seperti biasa ku berangkat ke sekolah diantar ayahku. Peraturan di sekolah yang melarang setiap siswa untuk membawa motor membuat ayahku harus mengantarku ke sekolah setiap paginya. Dengan keadaan cuaca yang sedang hujan. Terpaksa aku harus tetap berangkat sekolah dengan menggunakan jas hujanku. Sebenarnya aku sangat benci dengan hujan. Benci dengan setiap titik airnya. Karena itu mengingatkanku akan peristiwa 2 tahun yang lalu. Peristiwa yang kembali membuatku berurusan dengan cinta. Cinta yang masih tetap sama. Tak pernah bisa kuungkapkan dengan sejujurnya.
Di perjalanan hujan pun berhenti. Meninggalkan bekas genangan air di jalanan. Sesampainya di sekolah, kulepaskan jas hujanku dan kuberikan kepada ayahku sambil mencium tangannya. Setelah itu aku berjalan memasuki ruang kelasku.
“Ternyata masih sepi, udah jam segini apa aku yang terlalu pagi ya berangkatnya.” Kataku saat melihat keadaan kelas yang masih kosong.
Sambil menunggu yang lain datang. Kubuka tasku dan mengambil buku latihanku. Kulanjutkan PR yang belum selesai kukerjakan semalam. Hingga ku tak sadar ada temanku yang datang dan menegurku.
“Woi PR mulu, ngerjain PR mah di rumah bosen gue liatnya.” Kata temanku.
“Nggak usah diliat kalo bosen mah. Emangnya lu udah apa?” Balasku
“Yah lu tau gue kan.”
“Tau gue, lu kan biasanya belom selesai.”
“Nah tuh tau pake nanya.”
“Dasar males”
Akhirnya selesai juga. Tak terasa semua temanku telah datang dan bel sekolah pun berbunyi. Sebelum memulai pelajaran seperti biasa tadarus Al Qur’an dulu. Sudah menjadi kegiatan rutin di sekolahku sebelum memulai pelajaran. Setelah selesai tadarus barulah pelajaran dimulai. Semua pelajaran di sekolah kuikuti dengan baik dan lancar. Bel pulang pun berbunyi dan aku pun pulang ke rumah.
Karena rumahku yang lumayan jauh dari sekolah. Jadi aku harus 2 kali naik angkutan umum. Tapi itu semua tak jadi masalah. Semenjak pertemuanku dengan dia. Dia yang telah mencuri pandanganku di sepanjang perjalanan. Entah sampai saat ini aku tak mengenal namanya. Tapi hati ini seakan mengenali wajahnya. Sepertinya aku pernah bertemu dengannya. Tapi itu dimana aku pun tak tahu. Aku seperti seorang yang amnesia waktu itu. Setiap pulang ku selalu bertemu dengannya tapi tanpa pernah ku menyapanya. Apalagi untuk menanyakan namanya ku tak pernah bisa. Meskipun jalan pulangku dan dia searah. Tapi selama ku bersamanya ku tak pernah berani untuk menanyakannya. Sampai-sampai aku tak bisa lagi bertemu dengannya. Tak bisa lagi melihat dia di tempat biasa itu. Dan sampai kini mungkin namanya akan selalu menjadi misteri bersama jejak yang kujelajahi.
Cerpen Karangan: Adetia Saputra
Blog: www.sobatbankids.blogspot.com
Perkenalkan namaku adetia. Hobiku adalah menulis puisi. Aku tak suka dengan keramaian. Yang kadang membuat aku seperti terasingkan. Namun ku juga benci dengan kesepian. Yang membuatku selalu sendiri.
Aku sekolah di salah satu SMA favoritku. Dan sekarang ini adalah tahun ketiga ku sekolah di sana. Hari-hariku sangatlah membosankan. Tiap pagi harus bangun meskipun mata masih ngantuk. Berangkat ke sekolah, bertemu dengan teman-teman, lalu kembali lagi pulang. Hanya itu saja, sempat terpikirkan olehku, apakah aku harus merubah hidupku?
Pagi itu seperti biasa ku berangkat ke sekolah diantar ayahku. Peraturan di sekolah yang melarang setiap siswa untuk membawa motor membuat ayahku harus mengantarku ke sekolah setiap paginya. Dengan keadaan cuaca yang sedang hujan. Terpaksa aku harus tetap berangkat sekolah dengan menggunakan jas hujanku. Sebenarnya aku sangat benci dengan hujan. Benci dengan setiap titik airnya. Karena itu mengingatkanku akan peristiwa 2 tahun yang lalu. Peristiwa yang kembali membuatku berurusan dengan cinta. Cinta yang masih tetap sama. Tak pernah bisa kuungkapkan dengan sejujurnya.
Di perjalanan hujan pun berhenti. Meninggalkan bekas genangan air di jalanan. Sesampainya di sekolah, kulepaskan jas hujanku dan kuberikan kepada ayahku sambil mencium tangannya. Setelah itu aku berjalan memasuki ruang kelasku.
“Ternyata masih sepi, udah jam segini apa aku yang terlalu pagi ya berangkatnya.” Kataku saat melihat keadaan kelas yang masih kosong.
Sambil menunggu yang lain datang. Kubuka tasku dan mengambil buku latihanku. Kulanjutkan PR yang belum selesai kukerjakan semalam. Hingga ku tak sadar ada temanku yang datang dan menegurku.
“Woi PR mulu, ngerjain PR mah di rumah bosen gue liatnya.” Kata temanku.
“Nggak usah diliat kalo bosen mah. Emangnya lu udah apa?” Balasku
“Yah lu tau gue kan.”
“Tau gue, lu kan biasanya belom selesai.”
“Nah tuh tau pake nanya.”
“Dasar males”
Akhirnya selesai juga. Tak terasa semua temanku telah datang dan bel sekolah pun berbunyi. Sebelum memulai pelajaran seperti biasa tadarus Al Qur’an dulu. Sudah menjadi kegiatan rutin di sekolahku sebelum memulai pelajaran. Setelah selesai tadarus barulah pelajaran dimulai. Semua pelajaran di sekolah kuikuti dengan baik dan lancar. Bel pulang pun berbunyi dan aku pun pulang ke rumah.
Karena rumahku yang lumayan jauh dari sekolah. Jadi aku harus 2 kali naik angkutan umum. Tapi itu semua tak jadi masalah. Semenjak pertemuanku dengan dia. Dia yang telah mencuri pandanganku di sepanjang perjalanan. Entah sampai saat ini aku tak mengenal namanya. Tapi hati ini seakan mengenali wajahnya. Sepertinya aku pernah bertemu dengannya. Tapi itu dimana aku pun tak tahu. Aku seperti seorang yang amnesia waktu itu. Setiap pulang ku selalu bertemu dengannya tapi tanpa pernah ku menyapanya. Apalagi untuk menanyakan namanya ku tak pernah bisa. Meskipun jalan pulangku dan dia searah. Tapi selama ku bersamanya ku tak pernah berani untuk menanyakannya. Sampai-sampai aku tak bisa lagi bertemu dengannya. Tak bisa lagi melihat dia di tempat biasa itu. Dan sampai kini mungkin namanya akan selalu menjadi misteri bersama jejak yang kujelajahi.
Cerpen Karangan: Adetia Saputra
Blog: www.sobatbankids.blogspot.com
Pertemuan Tanpa Nama
4/
5
Oleh
Unknown