Judul Cerpen Love Street (Part 3)
Di dalam mobil.
“Kita ke mana?” tanyaku.
“Banyak nanya.” ucapnya datar masih fokus menyetir mobilnya. Aku mengeluarkan hpku.
“Sekarang tutup mana lo.” ucapnya sambil mengulurkan selembar kain.
“Gak mau.” jawabku.
“Cepat aja lah.” ucapnya, memberhentikan mobil dan mengikat kain itu menutupi mataku.
“Entah apa yang kurasakan? apa aku harus senang? bisa saja? kenapa dia begitu baik? virus apa yang telah mengubahnya?” begitu banyak pertanyaan yang berputar di otakku dan kejadian kejadian yang kulewat bersamanya.
Tak lama kemudian
“Yuk turun.” ajak ko devin.
“Lo lupa ya mataku lo tutup.” ucapku.
“Iya sorry, janganlah marah.” ucapnya sambil turun duluan. Dia membukakanku pintu dan menggengam tanganku menuntunku turun.
“Sekarang bisa dibuka penutup matanya?” tanyaku. Dia tak menjawab hanya menuntunku berjalan.
“Sekarang lo boleh buka penutup matanya.” ucap ko devin. Aku langsung membuka penutup mataku.
“This is very nice, where do you know I like a place like this?” ucapku sambil tersenyum dan menatapnya.
“No need do you know I know from which important do you like the place of this?” ucapnya sambil membalas senyumku.
“I really like this place.” ucapku, Aku kembali menatap pemandangan yang begitu indah.
Angin kencang memghembus dengan cepat membuat badanku terasa menggigil.
“Kamu kedinginan ya?” tanya ko devin.
“Enggak kok.” jawabku.
“Kamu bohong kan?!” ucap ko devin, sambil berlalu kearah mobilnya dan tak lama kemudian kembali lagi.
“Nih pake scarf ku.” ucapnya sambil menyodorkan scarfnya kearahku.
“Gak usah koko ada yang pake.” ucapku lembut sambil menahan dinginnya terpaan angin. Tampa mengucap sepatah kata pun ko devin langsung memakaikan scarfnya dileherku.
“Terimakasih scarfnya.” ucapku sambil tersenyum menatapnya.
“Sama sama.” dia membalas dengan senyum termanis yang pernah dia aku lihat.
“Sejak kapan kamu belajar panggil kau dengan sebutan koko? biasanya lo gue? kenak virus apa?” ucap ko devin sambil masih menatapku. Aku mengalihkan pandanganku.
“Hei..?!” panggilnya. Aku masih diam saja.
“Hei..?! ada yang salah dengan pertanyaanku tadi?” tanyanya.
“Aku aja yang salah nilai ko devin waktu awal.” ucapku pelan sambil menundukan kepalaku karena malu.
“Biasa aja.” ucapny lembut sambil menepuk bahuku. Aku masih saja menundukan kepalaku.
“Hei.?! angkat kepala kamu.” ucap ko devin.
Aku masih tak bergerak sedikit pun.
“Hei..?!” ucapnya lagi sambil mengangkat kepalaku dengan memengang daguku. Dia tersenyum mematapku, Aku hanya tersipu malu melihat caranya menatapku.
“Kenapa hatiku berdebar cepat? apa aku jatuh cinta padanya?” gumamku.
“Kamu tadi bilang ada?” tanya ko devin.
“Dia bisa mendengarnya.” pikirku.
“Hei..?!” ucapnya lagi.
“Apa?” tanyaku sedikit terkejut.
“Kamu melamun ya?” tanyanya.
“Enggak kok.” ucapku pelan.
“Kamu tunggu sini bentar aku mau beli sesuatu.” ucapnya sambil berjalan pergi meninggalkanku.
“Ke mana?” tanyaku.
“Bentar aja kok, aku kan pake mobil.” jawabnya.
“Kenapa dia baik banget ya hari ini?” pikirku. Aku hanya duduk di rumput sambil memandang pemandangan.
Sekitar 20 menit kemudian.
“Hei..?! sudah lama nunggu ya? nih buat kamu..” ucapnya sambil jongkok disampingku.
“Es creem?” tanyaku binggung.
“Ya ambil kesukaan kamu kan corrneto matcha.” ucapnya.
“Thx.” ucapku sambil mengambil es cream dari tangannya.
“Senyum dong.” ucapnya sambil duduk disampingku. Aku pun tersenyum menatapnya.
“Gitu dong baru cantik.” ucapnya.
“Siap makan es cream aku mau ngajak kamu kesuatu tempat even nice than this place.” ucapnya.
“Is it true?” tanyaku sambil menatapnya.
Dia hanya tersenyum tanda iya.
Setelah siap makan es cream kami menuju tempat yang dia bilang lebih bagus dari tempat sebelumnya.
“Ko devin pencinta alam?” tanyaku mencoba membuka bicara.
“Maybe.” ucapnya.
“Kujamin kamu pasti lebih suka tempat ini. karena ini juga merupakan tempat favoritku.” ucapnya.
“Maybe.” ucapku.
“Kamu mengikuti kata kataku.” ucapnya.
“Maybe.” ucapku lagi.
“Yuk turun, Udah nyampe.” ucapnya. Kami pun turun.
“Gimana pemandangannya?” tanya ko devin.
“It’s so beautifull.” jawabku.
“Gimana kalau kita berkeliling, pasti kamu akan tambah terkagum kagum dengan tempat ini.” ucapnya sambil melangkah aku hanya mengikutinya dari belakang.
“Menarikkan tempatnya.” ucap ko devin.
“Lebih bagus dari tempat yang tadi.” ucapku.
“Ada taman bunga.” ucapku.
Tiba tiba ko devin memarik tanganku dan kami berlari bersama sama ke taman bunga.
“Kamu pasti belum pernah lihat bunga sebanyak ini.” ucap ko devin sambil memetik setangkai bunga mawar dan memberikannya padaku.
“Nih ambil.” ucapnya.
“Thanks.” ucapku mengambil setangkai bunga mawar dari tangannya.
“Kamu suka kan sama bunga lily putih?” tanya ko devin.
“Suka banget.” ucap ku sambil tersenyum.
“Gimana mau beli bunga lili putih gak? sekaligus juga ada tanaman yang mau aku cari.” tanya ko devin.
“Mau mau.” jawabku.
“Bersemangat kali.” ucap ko devin sambil mengosok kepalaku dengan tangannya, daia sangat mudah melakukan itu karena tinggiku hanya sedagunya.
“Ayuk..” ucapku sambil menarik tangannya.
“Ya yuk.” ucapnya.
“Sekarang kok jadi berbalik kondisi, tadi perasaan kamukan yang genggam tanganku tadi sekarang kok jadi aku yang genggam tangan kamu.” ucap ko devin.
“Tapi aku sekarang kelihatan seperti anak anak yang harus dijaga di tempat wisata.” ucapku.
“Hampir mirip tapi bukan karena nakal.” ucapnya.
“Lalu karena?” tanyaku.
Dia tak menjawab hanya terus mengenggam tanganku lalu terus berjalan ke mobil.
“karena?” tanyaku lagi.
“Supaya lo gak kabur lagi.” jawabnya.
“Kabur ke mana?” tanyaku.
“Kepo!!” ucap ko devin.
“Huhhh…” ucapku pelan.
“Cepat naik.” ucap ko devin sambil membukakan pintu untukku. Lalu aku naik dan ko devin pun juga naik.
“Setelah cari bunga nanti kita makan siang ya?” ucap ko devin.
“Makan siang?” ucapku bingung.
“Ya… nanti kamu pingsan aku juga yang repot.” ucapnya.
“Huhhh..” ucapku.
“Mau gak, atau tak gak jadi kita cari bunga langsung pulang aja lagi.” ucap ko devin.
“Eeee… janganlah.” ucapku.
“Ya udah berarti nanti siap cari bunga kita makan siang janji?!” ucap ko devin.
“Janji.” balasku.
“Gitu dong.” ucap ko devin sambil menggosok kepalaku dengan tangannya. Lalu kembali menyetir dengan dua tangan. Tapi aku suka dia menggosok kepalaku dengan tangannya.
“Oke.. kita cari bunganya di sini.” ucap ko devin sambil memakirkan mobilnya.
“Yuk turun.” ucapnya, Kami pun turun.
Kami pun langsung disambut oleh penjual.
“Cari tanaman apa dek?” tanya pejual bunga.
“Cari bunga lili putih, Ada?” ucapku.
“Ada bentar biar saya ambilkan bentar.” ucapa penjual sambil pergi, Aku sibuk melihat lihat bunga yang ada.
“Tunggu. Di mana ko devin?” gumamku.
“Dek, bunganya.” ucap penjual.
“Ini berapa harganya pak?” tanyaku.
“25.000” jawab penjual itu. Aku membayar dengan uang pas.
“Makasih pak.” ucapku.
“Perlu pake plastik dek?” tanyanya.
“Boleh.” ucapku sambil penjual itu memasukkan tanaman ku ke dalam kantong pelastik. Lalu perjalan meninggalkan penjual itu.
“Udah dapat bunganya?” tanya ko devin sambil tegak menyilang kaki kanan di depan kaki kirinya sambil tegak di depan mobilnya.
“Udah, nih bunganya.” jawabku sambil menunjukan bungaku.
“Ko devin gak cari bunga?” tanyaku lagi.
“Udah dapat. letak aja bunganya dibelakan.” jawabnya sambil mengambil kantong diri tanganku dan meletakkannya di bagasi mobilnya.
“Yuk naik, kita makan siang lagi.” ucap ko devin. Lalu kami naik.
“Makan di mana?” tanyaku.
“Yang pasti di restoran.” jawabnya.
“Aku tau lah di situ tapi nama restorannya apa?” tanyaku lagi.
“Jam berapa?” tanya ko devin.
“Jangan mengalihkan pembicaraan.” ucapku kesal.
“Marah lagi.” ucap ko devin.
“Terserah ko devin lah, turunkan aku di sini!!” bentakku.
“Enggak!!” jawabnya.
“Cepat!! atau aku akan loncat dari mobil ini!!” ucapku.
“Ya ya…” ucap ko devin sambil menepikan mobilnya. Aku pun langsung turun dan menutup pintu mobil dengan keras. Dia langsung pergi meninggalkanku.
Aku pergi mencari taksi…
35 menit kemudian…
“Ma tere pulang.” ucapku.
“Anak mama udah pulang, Devin mana?” ucap mamaku.
“Gak tau.” jawabku, Langsung pergi ke kamar.
“Sejak kapan ada kado?” ucapku pelan sambil jalan mendekati kado yang terletak di atas kasurku.
“Siapa yang kirim?” gumamku.
di atas kotak itu tetera
To: Teresia Putri.
“Gak ada nama penggirim.” ucapku pelan.
“Aku buka saja lah.” pikirku sambil membuka kado itu.
“Green long dress.” ucapku bingung sambil megeluarkan dress itu dari kotak.
“Secarik kertas?” ucapku sambil meletakkan dress itu di atas kasur dan memgambil kertas itu.
‘Sorry sering bikin kamu marah, sorry sering bikin kamu kesal, Sebenarnya waktu di mall itu aku cuma shellya bantu carikan dress buat kamu…
JANGAN LUPA BESOK DIPAKE!!
WAJIB!!
Sorry…
From: Devin
To: Cewek aneh (jangan lupa lihat ke teras kamar kamu)’
“Maksudnya?” ucapku ku sambil berjalan keteras.
“Lili putih.” ucapku. Dan aku berjalan mendekati bunga lili itu.
“Secarik kertas.” ucapku sambil membuka kertas itu. ‘Sorry…’.
“Cowok lemot.” ucapku sambil tersenyum malu malu.
Sabtu pagi…
“Dressnya pas.” ucapku sendari tadi berdiri di depan kaca melihat long dress hasil pilihan ko devin. Aku menggerai rambut dan menggunakan high heels silver dan membawa sling bag yang hanya berisi hpku dan sebuah buku novel.
Lalu aku turun setelah bersiap siap.
“Ma tere berangkat.” ucapku.
“Wah cantik kali anak mama. katanya dressnya belum beli lalu ini?” puji mamaku.
“Ko devin kasih kemarin.” ucapku.
“Ooo yang kado itu.” ucap mamaku.
“Mama tau?” tanyaku.
“Tau lah ko devin yang letak.” ucap mamaku.
“Berangkat sama siapa?” tanya mamaku.
“Naik taksi.” jawabku.
‘Tittitiiit…’ Tiba tiba ada sebuah mobil hitam pakir di depan rumahku. Dan seorang laki laki turun mengunakan jas hijau.
“Ko devin?!” ucapku bingung.
“Good morning tante, Permisi mau jemput anak tante, Tere.” ucap ko devin.
“Iy hati hati di jalan.” ucap mamaku. Ko devin langsung menarik tangaku.
“Ma tere pergi dulu, bye…” ucapku.
Kami pun naik ke mobil dan berangkat ke lokasi ultah sekolah.
“Kamu cantik.” ucap ko devin. Aku hanya diam saja sibuk memainkan hpku.
“Hei..?!” panggilnya sambil menarik hpku den memasukkannya ke dalam kantong jasnya.
“Eehh.. ko devin!! kembalikan hpku.” rengekku sambil menarik tangannya.
“Enggak akan ku kembalikan.” ucap ko devin.
“Jahat!!” ucapku sambil mengeluarkan novel.
“Baca novel lagi.” ucap ko dengan nada tinggi.
“Suka hati lah.” ucapku.
“Gimana dressnya bagus gak?” tanya ko devin.
“Bagus.” jawabku singkat.
“Hei..?! cuek kali sih asal ketemu sama novel dan hp orang yang lebih tua pun tak dianggap.” ucap ko devin.
“Lalu?” tanyaku.
“Ya jangan dibaca.” jawab ko devin.
“Enggak!!” jawabku. Dia langsung sung mengambil novelku dan melemparnya ke kursi belakang.
“Ko devin!!” bentakku.
“Tambah cantik kalau gambek.” ucap ko devin.
“Gombal..” balasku.
“Koko gak gombal ya, itu kenyataan.” balas ko devin.
“Biasa aja.” ucapku. Dia langsung menggosok kepalaku dengan tangannya.
“KO devin kok bisa dekat sama mamaku?” tanyaku.
“karena mama kamu sama mamaku saling kenal. Emang kenapa?” jawab ko devin.
“Gak ada.” jawabku.
“Kepo ya?” ucapnya.
“Mana ada.” balasku.
“Bohong..” balas ko devin.
“Terserah Ko Devin aja.” ucapku Lalu memandang ke arah jendela mobil.
“Ngambek..” ucap ko devin. Aku tidak memperdulikan ucap ko devin.
“Ngambek ya?” ucap ko devin lagi.
“Enggak.” jawabku.
“Eh tunggu dulu. Rasanya hotelnya arah jalannya gak ke sini deh.” ucapku
“Memang.” jawab ko devin.
“Lalu mau ke mana?” tanyaku.
Ko devin hanya diam saja dan fokus dengan menyetirnya.
“Mau ke mana?!” tanyaku lagi.
“Ke hatimu.” jawab ko devin.
“Kenapa aku jadi salting gini?” pikirku.
“Hei..?! kok diam?” tanya ko devin.
“E-Eng-enggak ada.” jawabku.
“Santai aja.” ucap ko devin.
“Sebenarnya acaranya mulai jam 09.00 tapi sekarang masih jam 07.45.” ucapnya sambil melipat lengan jasnya.
“Jadi ini mau ke mana?” tanyaku.
“Kita ke…” ucap ko devin.
“Ke mana?” tanyaku lagi.
“Jalan cinta.” jawab ko devin.
“Emang ada?” tanyaku.
“Ada.” jawabnya.
“Di mana?” tanyaku.
“Jalan untuk mendapatkan hatimu.” ucap ko devin.
“Maksudnya?” tanyaku. Dia tak menjawab hanya fokus menepikan mobilnya lalu berhenti.
“Sebenarnya koko suka sama kamu, dari gaya bicara kamu sikap. Kamu mau gak jadi pacar koko?” ucap ko devin sambil megeluarkan setangkai mawar merah dari punggungnya.
“A-a-aku mau.” jawabku sambil mengambil mawar dari tangannya.
“Cie… cie… yang jadian.” ejek seseorang dari belakang.
“Ya tuhan terimakasih telah membukakan pintu hati sahabatku ini hingga dia tidak jomblo lagi.” ucap seseorang menyusul.
“Renita… steven..” ucapku.
“Sejak kapan kalian di sini?” tanya ko devin.
“Sejak kalian berdua.” jawab renita.
“Dan sebelum kalian pacaran.” sambung steven.
“Kapan kalian masuk?” tanya ko devin.
“Ceritanya panjang ko.” jawab steven.
“Yang pasti nanti kalau kita jalan bareng gak ada nyamuk lagi.” ucap renita.
“Jadi selama ini aku nyamuk ya… huhh…” ucapku. Lalu kami tertawa.
“Satu kenyatan lagi… Menurut kalian jalan cinta ada gak?” tanya ko devin.
“Enggak.” jawab renita.
“Enggak tau.” sambung steven.
“Sebenarnya kita lagi ada di jalan cinta, baca itu.” ucap ko devin sambil menunjuknya.
“Jalan cinta…” ucap renita.
“Cocok.” sambung steven.
“Jalan cinta… Love street…” ucap ku pelan.
The End
Cerpen Karangan: Winne Chintia
Blog / Facebook: Winne chintia
Di dalam mobil.
“Kita ke mana?” tanyaku.
“Banyak nanya.” ucapnya datar masih fokus menyetir mobilnya. Aku mengeluarkan hpku.
“Sekarang tutup mana lo.” ucapnya sambil mengulurkan selembar kain.
“Gak mau.” jawabku.
“Cepat aja lah.” ucapnya, memberhentikan mobil dan mengikat kain itu menutupi mataku.
“Entah apa yang kurasakan? apa aku harus senang? bisa saja? kenapa dia begitu baik? virus apa yang telah mengubahnya?” begitu banyak pertanyaan yang berputar di otakku dan kejadian kejadian yang kulewat bersamanya.
Tak lama kemudian
“Yuk turun.” ajak ko devin.
“Lo lupa ya mataku lo tutup.” ucapku.
“Iya sorry, janganlah marah.” ucapnya sambil turun duluan. Dia membukakanku pintu dan menggengam tanganku menuntunku turun.
“Sekarang bisa dibuka penutup matanya?” tanyaku. Dia tak menjawab hanya menuntunku berjalan.
“Sekarang lo boleh buka penutup matanya.” ucap ko devin. Aku langsung membuka penutup mataku.
“This is very nice, where do you know I like a place like this?” ucapku sambil tersenyum dan menatapnya.
“No need do you know I know from which important do you like the place of this?” ucapnya sambil membalas senyumku.
“I really like this place.” ucapku, Aku kembali menatap pemandangan yang begitu indah.
Angin kencang memghembus dengan cepat membuat badanku terasa menggigil.
“Kamu kedinginan ya?” tanya ko devin.
“Enggak kok.” jawabku.
“Kamu bohong kan?!” ucap ko devin, sambil berlalu kearah mobilnya dan tak lama kemudian kembali lagi.
“Nih pake scarf ku.” ucapnya sambil menyodorkan scarfnya kearahku.
“Gak usah koko ada yang pake.” ucapku lembut sambil menahan dinginnya terpaan angin. Tampa mengucap sepatah kata pun ko devin langsung memakaikan scarfnya dileherku.
“Terimakasih scarfnya.” ucapku sambil tersenyum menatapnya.
“Sama sama.” dia membalas dengan senyum termanis yang pernah dia aku lihat.
“Sejak kapan kamu belajar panggil kau dengan sebutan koko? biasanya lo gue? kenak virus apa?” ucap ko devin sambil masih menatapku. Aku mengalihkan pandanganku.
“Hei..?!” panggilnya. Aku masih diam saja.
“Hei..?! ada yang salah dengan pertanyaanku tadi?” tanyanya.
“Aku aja yang salah nilai ko devin waktu awal.” ucapku pelan sambil menundukan kepalaku karena malu.
“Biasa aja.” ucapny lembut sambil menepuk bahuku. Aku masih saja menundukan kepalaku.
“Hei.?! angkat kepala kamu.” ucap ko devin.
Aku masih tak bergerak sedikit pun.
“Hei..?!” ucapnya lagi sambil mengangkat kepalaku dengan memengang daguku. Dia tersenyum mematapku, Aku hanya tersipu malu melihat caranya menatapku.
“Kenapa hatiku berdebar cepat? apa aku jatuh cinta padanya?” gumamku.
“Kamu tadi bilang ada?” tanya ko devin.
“Dia bisa mendengarnya.” pikirku.
“Hei..?!” ucapnya lagi.
“Apa?” tanyaku sedikit terkejut.
“Kamu melamun ya?” tanyanya.
“Enggak kok.” ucapku pelan.
“Kamu tunggu sini bentar aku mau beli sesuatu.” ucapnya sambil berjalan pergi meninggalkanku.
“Ke mana?” tanyaku.
“Bentar aja kok, aku kan pake mobil.” jawabnya.
“Kenapa dia baik banget ya hari ini?” pikirku. Aku hanya duduk di rumput sambil memandang pemandangan.
Sekitar 20 menit kemudian.
“Hei..?! sudah lama nunggu ya? nih buat kamu..” ucapnya sambil jongkok disampingku.
“Es creem?” tanyaku binggung.
“Ya ambil kesukaan kamu kan corrneto matcha.” ucapnya.
“Thx.” ucapku sambil mengambil es cream dari tangannya.
“Senyum dong.” ucapnya sambil duduk disampingku. Aku pun tersenyum menatapnya.
“Gitu dong baru cantik.” ucapnya.
“Siap makan es cream aku mau ngajak kamu kesuatu tempat even nice than this place.” ucapnya.
“Is it true?” tanyaku sambil menatapnya.
Dia hanya tersenyum tanda iya.
Setelah siap makan es cream kami menuju tempat yang dia bilang lebih bagus dari tempat sebelumnya.
“Ko devin pencinta alam?” tanyaku mencoba membuka bicara.
“Maybe.” ucapnya.
“Kujamin kamu pasti lebih suka tempat ini. karena ini juga merupakan tempat favoritku.” ucapnya.
“Maybe.” ucapku.
“Kamu mengikuti kata kataku.” ucapnya.
“Maybe.” ucapku lagi.
“Yuk turun, Udah nyampe.” ucapnya. Kami pun turun.
“Gimana pemandangannya?” tanya ko devin.
“It’s so beautifull.” jawabku.
“Gimana kalau kita berkeliling, pasti kamu akan tambah terkagum kagum dengan tempat ini.” ucapnya sambil melangkah aku hanya mengikutinya dari belakang.
“Menarikkan tempatnya.” ucap ko devin.
“Lebih bagus dari tempat yang tadi.” ucapku.
“Ada taman bunga.” ucapku.
Tiba tiba ko devin memarik tanganku dan kami berlari bersama sama ke taman bunga.
“Kamu pasti belum pernah lihat bunga sebanyak ini.” ucap ko devin sambil memetik setangkai bunga mawar dan memberikannya padaku.
“Nih ambil.” ucapnya.
“Thanks.” ucapku mengambil setangkai bunga mawar dari tangannya.
“Kamu suka kan sama bunga lily putih?” tanya ko devin.
“Suka banget.” ucap ku sambil tersenyum.
“Gimana mau beli bunga lili putih gak? sekaligus juga ada tanaman yang mau aku cari.” tanya ko devin.
“Mau mau.” jawabku.
“Bersemangat kali.” ucap ko devin sambil mengosok kepalaku dengan tangannya, daia sangat mudah melakukan itu karena tinggiku hanya sedagunya.
“Ayuk..” ucapku sambil menarik tangannya.
“Ya yuk.” ucapnya.
“Sekarang kok jadi berbalik kondisi, tadi perasaan kamukan yang genggam tanganku tadi sekarang kok jadi aku yang genggam tangan kamu.” ucap ko devin.
“Tapi aku sekarang kelihatan seperti anak anak yang harus dijaga di tempat wisata.” ucapku.
“Hampir mirip tapi bukan karena nakal.” ucapnya.
“Lalu karena?” tanyaku.
Dia tak menjawab hanya terus mengenggam tanganku lalu terus berjalan ke mobil.
“karena?” tanyaku lagi.
“Supaya lo gak kabur lagi.” jawabnya.
“Kabur ke mana?” tanyaku.
“Kepo!!” ucap ko devin.
“Huhhh…” ucapku pelan.
“Cepat naik.” ucap ko devin sambil membukakan pintu untukku. Lalu aku naik dan ko devin pun juga naik.
“Setelah cari bunga nanti kita makan siang ya?” ucap ko devin.
“Makan siang?” ucapku bingung.
“Ya… nanti kamu pingsan aku juga yang repot.” ucapnya.
“Huhhh..” ucapku.
“Mau gak, atau tak gak jadi kita cari bunga langsung pulang aja lagi.” ucap ko devin.
“Eeee… janganlah.” ucapku.
“Ya udah berarti nanti siap cari bunga kita makan siang janji?!” ucap ko devin.
“Janji.” balasku.
“Gitu dong.” ucap ko devin sambil menggosok kepalaku dengan tangannya. Lalu kembali menyetir dengan dua tangan. Tapi aku suka dia menggosok kepalaku dengan tangannya.
“Oke.. kita cari bunganya di sini.” ucap ko devin sambil memakirkan mobilnya.
“Yuk turun.” ucapnya, Kami pun turun.
Kami pun langsung disambut oleh penjual.
“Cari tanaman apa dek?” tanya pejual bunga.
“Cari bunga lili putih, Ada?” ucapku.
“Ada bentar biar saya ambilkan bentar.” ucapa penjual sambil pergi, Aku sibuk melihat lihat bunga yang ada.
“Tunggu. Di mana ko devin?” gumamku.
“Dek, bunganya.” ucap penjual.
“Ini berapa harganya pak?” tanyaku.
“25.000” jawab penjual itu. Aku membayar dengan uang pas.
“Makasih pak.” ucapku.
“Perlu pake plastik dek?” tanyanya.
“Boleh.” ucapku sambil penjual itu memasukkan tanaman ku ke dalam kantong pelastik. Lalu perjalan meninggalkan penjual itu.
“Udah dapat bunganya?” tanya ko devin sambil tegak menyilang kaki kanan di depan kaki kirinya sambil tegak di depan mobilnya.
“Udah, nih bunganya.” jawabku sambil menunjukan bungaku.
“Ko devin gak cari bunga?” tanyaku lagi.
“Udah dapat. letak aja bunganya dibelakan.” jawabnya sambil mengambil kantong diri tanganku dan meletakkannya di bagasi mobilnya.
“Yuk naik, kita makan siang lagi.” ucap ko devin. Lalu kami naik.
“Makan di mana?” tanyaku.
“Yang pasti di restoran.” jawabnya.
“Aku tau lah di situ tapi nama restorannya apa?” tanyaku lagi.
“Jam berapa?” tanya ko devin.
“Jangan mengalihkan pembicaraan.” ucapku kesal.
“Marah lagi.” ucap ko devin.
“Terserah ko devin lah, turunkan aku di sini!!” bentakku.
“Enggak!!” jawabnya.
“Cepat!! atau aku akan loncat dari mobil ini!!” ucapku.
“Ya ya…” ucap ko devin sambil menepikan mobilnya. Aku pun langsung turun dan menutup pintu mobil dengan keras. Dia langsung pergi meninggalkanku.
Aku pergi mencari taksi…
35 menit kemudian…
“Ma tere pulang.” ucapku.
“Anak mama udah pulang, Devin mana?” ucap mamaku.
“Gak tau.” jawabku, Langsung pergi ke kamar.
“Sejak kapan ada kado?” ucapku pelan sambil jalan mendekati kado yang terletak di atas kasurku.
“Siapa yang kirim?” gumamku.
di atas kotak itu tetera
To: Teresia Putri.
“Gak ada nama penggirim.” ucapku pelan.
“Aku buka saja lah.” pikirku sambil membuka kado itu.
“Green long dress.” ucapku bingung sambil megeluarkan dress itu dari kotak.
“Secarik kertas?” ucapku sambil meletakkan dress itu di atas kasur dan memgambil kertas itu.
‘Sorry sering bikin kamu marah, sorry sering bikin kamu kesal, Sebenarnya waktu di mall itu aku cuma shellya bantu carikan dress buat kamu…
JANGAN LUPA BESOK DIPAKE!!
WAJIB!!
Sorry…
From: Devin
To: Cewek aneh (jangan lupa lihat ke teras kamar kamu)’
“Maksudnya?” ucapku ku sambil berjalan keteras.
“Lili putih.” ucapku. Dan aku berjalan mendekati bunga lili itu.
“Secarik kertas.” ucapku sambil membuka kertas itu. ‘Sorry…’.
“Cowok lemot.” ucapku sambil tersenyum malu malu.
Sabtu pagi…
“Dressnya pas.” ucapku sendari tadi berdiri di depan kaca melihat long dress hasil pilihan ko devin. Aku menggerai rambut dan menggunakan high heels silver dan membawa sling bag yang hanya berisi hpku dan sebuah buku novel.
Lalu aku turun setelah bersiap siap.
“Ma tere berangkat.” ucapku.
“Wah cantik kali anak mama. katanya dressnya belum beli lalu ini?” puji mamaku.
“Ko devin kasih kemarin.” ucapku.
“Ooo yang kado itu.” ucap mamaku.
“Mama tau?” tanyaku.
“Tau lah ko devin yang letak.” ucap mamaku.
“Berangkat sama siapa?” tanya mamaku.
“Naik taksi.” jawabku.
‘Tittitiiit…’ Tiba tiba ada sebuah mobil hitam pakir di depan rumahku. Dan seorang laki laki turun mengunakan jas hijau.
“Ko devin?!” ucapku bingung.
“Good morning tante, Permisi mau jemput anak tante, Tere.” ucap ko devin.
“Iy hati hati di jalan.” ucap mamaku. Ko devin langsung menarik tangaku.
“Ma tere pergi dulu, bye…” ucapku.
Kami pun naik ke mobil dan berangkat ke lokasi ultah sekolah.
“Kamu cantik.” ucap ko devin. Aku hanya diam saja sibuk memainkan hpku.
“Hei..?!” panggilnya sambil menarik hpku den memasukkannya ke dalam kantong jasnya.
“Eehh.. ko devin!! kembalikan hpku.” rengekku sambil menarik tangannya.
“Enggak akan ku kembalikan.” ucap ko devin.
“Jahat!!” ucapku sambil mengeluarkan novel.
“Baca novel lagi.” ucap ko dengan nada tinggi.
“Suka hati lah.” ucapku.
“Gimana dressnya bagus gak?” tanya ko devin.
“Bagus.” jawabku singkat.
“Hei..?! cuek kali sih asal ketemu sama novel dan hp orang yang lebih tua pun tak dianggap.” ucap ko devin.
“Lalu?” tanyaku.
“Ya jangan dibaca.” jawab ko devin.
“Enggak!!” jawabku. Dia langsung sung mengambil novelku dan melemparnya ke kursi belakang.
“Ko devin!!” bentakku.
“Tambah cantik kalau gambek.” ucap ko devin.
“Gombal..” balasku.
“Koko gak gombal ya, itu kenyataan.” balas ko devin.
“Biasa aja.” ucapku. Dia langsung menggosok kepalaku dengan tangannya.
“KO devin kok bisa dekat sama mamaku?” tanyaku.
“karena mama kamu sama mamaku saling kenal. Emang kenapa?” jawab ko devin.
“Gak ada.” jawabku.
“Kepo ya?” ucapnya.
“Mana ada.” balasku.
“Bohong..” balas ko devin.
“Terserah Ko Devin aja.” ucapku Lalu memandang ke arah jendela mobil.
“Ngambek..” ucap ko devin. Aku tidak memperdulikan ucap ko devin.
“Ngambek ya?” ucap ko devin lagi.
“Enggak.” jawabku.
“Eh tunggu dulu. Rasanya hotelnya arah jalannya gak ke sini deh.” ucapku
“Memang.” jawab ko devin.
“Lalu mau ke mana?” tanyaku.
Ko devin hanya diam saja dan fokus dengan menyetirnya.
“Mau ke mana?!” tanyaku lagi.
“Ke hatimu.” jawab ko devin.
“Kenapa aku jadi salting gini?” pikirku.
“Hei..?! kok diam?” tanya ko devin.
“E-Eng-enggak ada.” jawabku.
“Santai aja.” ucap ko devin.
“Sebenarnya acaranya mulai jam 09.00 tapi sekarang masih jam 07.45.” ucapnya sambil melipat lengan jasnya.
“Jadi ini mau ke mana?” tanyaku.
“Kita ke…” ucap ko devin.
“Ke mana?” tanyaku lagi.
“Jalan cinta.” jawab ko devin.
“Emang ada?” tanyaku.
“Ada.” jawabnya.
“Di mana?” tanyaku.
“Jalan untuk mendapatkan hatimu.” ucap ko devin.
“Maksudnya?” tanyaku. Dia tak menjawab hanya fokus menepikan mobilnya lalu berhenti.
“Sebenarnya koko suka sama kamu, dari gaya bicara kamu sikap. Kamu mau gak jadi pacar koko?” ucap ko devin sambil megeluarkan setangkai mawar merah dari punggungnya.
“A-a-aku mau.” jawabku sambil mengambil mawar dari tangannya.
“Cie… cie… yang jadian.” ejek seseorang dari belakang.
“Ya tuhan terimakasih telah membukakan pintu hati sahabatku ini hingga dia tidak jomblo lagi.” ucap seseorang menyusul.
“Renita… steven..” ucapku.
“Sejak kapan kalian di sini?” tanya ko devin.
“Sejak kalian berdua.” jawab renita.
“Dan sebelum kalian pacaran.” sambung steven.
“Kapan kalian masuk?” tanya ko devin.
“Ceritanya panjang ko.” jawab steven.
“Yang pasti nanti kalau kita jalan bareng gak ada nyamuk lagi.” ucap renita.
“Jadi selama ini aku nyamuk ya… huhh…” ucapku. Lalu kami tertawa.
“Satu kenyatan lagi… Menurut kalian jalan cinta ada gak?” tanya ko devin.
“Enggak.” jawab renita.
“Enggak tau.” sambung steven.
“Sebenarnya kita lagi ada di jalan cinta, baca itu.” ucap ko devin sambil menunjuknya.
“Jalan cinta…” ucap renita.
“Cocok.” sambung steven.
“Jalan cinta… Love street…” ucap ku pelan.
The End
Cerpen Karangan: Winne Chintia
Blog / Facebook: Winne chintia
Love Street (Part 3)
4/
5
Oleh
Unknown