Judul Cerpen He Come Again
Menikmati indahnya pelangi setelah hujan reda memang sudah kebiasaanku. Ingin sekali aku menyentuh jembatan yang berwarna-warni itu, bermain di atasnya dan menghilangkan nelangsa yang menyelimuti hatiku. Pengkhianatan datang menghapiriku kembali, aku sudah muak dengan kata-kata cinta, semua hanya dusta. Dikhianati berkali-kali membuatku lelah, lebih baik kubuang saja semua rasa ini.
Pelangi indah itu sudah mulai hilang, mentari beranjak menuju peristirahatannya, malam pun segera tiba, dan aku beranjak menuju rumahku.
“Rachel..” seseorang memanggilku
“Iya bu, ada apa?” jawabku sembari mendekati beliau
“Kamu dari mana? Tadi haruko mencarimu” ucap ibu
“Untuk apa lagi dia mencariku?”
“Loh, kok kamu ngomongnya gitu sayang?”
Tidak sempatku menjawab pertanyaan ibu, ponselku berdering.
“Hello, ini siapa?” aku menganggkat telepon itu, dan berjalan menuju kamarku
“Chel, kamu nggak..”
Telepon itu langsung kumatikan, buat apa lagi dia mencariku, aku sudah muak dengan permainan dia.
Pagi di sekolah..
Aku berjalan menelusuri koridor menuju kelasku. Hiruk-pikuk suasana kelas sudah biasa aku rasakan setiap pagi. Banyak yang heboh karena belum selesai mengerjakan tugas, padahal sebentar lagi pelajaran yang pertama akan dimulai. Pelajaran pagi ini kimia bersama wali kelasku, aku sangat mengantuk karena mengerjakan tugas sekolah sampai larut malam. Hingga akhirnya aku tertidur di mejaku. Tak lama sebuah spidol mendarat dilenganku, aku segera terbangun dan semua mata terpaku padaku.
“Rachel kirana..!!!” ucap bu rosi
“Ii..Iya bu” jawabku gugup
“Saya kan sudah kasih tahu, tidak ada yang tidur di jam pelajaran saya, kamu tahu itu?”
“Ii.. Iya bu, saya tahu”
“Tapi, kenapa kamu melanggarnya?”
“Sayaa.. Mengantuk sekali bu, semalam saya mengerjakan tugas sampai larut malam”
“Emmm.. Apa kamu bisa mengerjakan soal yang di papan tulis?”
“Akan saya coba bu”
Aku pun berdiri dan segera mengerjakan soal. Cukup lama aku berpikir, tapi akhirnya aku dapat mengerjakannya dengan lancar. Untung saja aku sudah memahami pelajaran ini sendiri, kalau tidak aku akan diusir dari kelas ini.
Waktu istirahat tiba, waktu yang sangat digemari siswa di sekolah. Semuanya berhamburan keluar, aku merasa lelah tapi perutku sangat lapar. Aku pun mengajak nazma dan keisha ke kantin, dan segera memesan makanan. Saat menikmati makananku dengan lahap, tiba-tiba seseorang menarik tanganku.
“Kamu ini apa-apaan sih haruko!!” bentakku
“Kamu kenapa sih chel? Aku cari ke rumah nggak ada, aku telepon nggak pernah diangkat”
“Mau kamu apa lagi?”
“Maksud kamu apa? Kenapa kamu tiba-tiba kayak gini?”
“Maksud aku, kita putus!!” jawabku lantang dan segera pergi meninggalkan haruko sendiri. Semua mata tertuju pada kami, semua mulut membicarakan tentang kami. Aku mengajak nazma dan keisha pergi, aku tidak tahan melihat situasi seperti ini. Aku benci semuanya, nggak ada yang tahu apa yang aku rasakan.
Di rumah, aku hanya mengurung diri di kamar. Kadang melamun tak tahu arah, bahkan menangis.
“Haruko itu tidak tahu, amnesia, pura-pura lupa atau apa sih” kesalku mengomel-ngomel sendiri.
Aku pun menyalakan laptopku, membuka folder yang berjudul “With my lovely” disana banyak sekali foto-foto dan video lucu yang aku buat bersama haruko. Semua kenangan berada di file ini. Sebenarnya aku belum mampu membencinya sepenuhnya, aku ingin dia tahu apa yang aku rasa. Tapi dia selalu begitu, melupakan aku dan pergi bersama wanita lain. Tapi saat aku terluka dan mulai menjauh, dia datang kembali dan membujukku kembali pada pangkuannya.
Hujan deras yang disertai petir yang sangat keras membuatku merasa kedinginan, ditambah lagi jendela kamarku terbuka secara tiba-tiba. Saat aku ingin menutupnya, ada seseorang di luar sana sedang berdiri sendiri. Menanti hujan deras dan menikmati alunan suara petir di depan rumahku.
“Dasar bodoh!!” gumamku
Aku segera menutup pintu jendela, dan berbaring di ranjang. Tak lama, ponselku berdering pertanda ada satu pesan yang masuk
“Apa kamu tidak ingin menemuiku lagi?”
“Tidak!!!” balasku
“Kenapa?”
“Aku bilang tidak, ya tidak!!”
“Apa kamu masih marah padaku?”
“Menurutmu?”
“Aku minta maaf padamu”
“Selalu saja begitu”
“Aku tahu aku salah, tapi maafkan aku, aku janji nggak akan mengulanginya lagi”
“Kalau kamu sadar, baguslah”
“Kamu maafin aku kan?”
Aku sudah bosan membalasnya, lebih baik aku diam saja.
Setengah jam berlalu, aku mengintip haruko dar jendela. Ternyata dia masih disana, dan sekarang dia berteriak memanggil namaku berkali-kali.
“Rachel kirana..”
Suaranya terdengar jelas di telinggaku
“Rachel kirana.. Maafin aku.. Aku sayang sama kamu..” dia terus berteriak
“Aaahhh.. Berisik.. Dasar bodoh, ngapain sih disana kayak orang gila, malu-maluin lagi.. Ntar disangka tetangga apa lagi, huhhh”
Aku menutup telinggaku, dan berharap haruko berhenti berteriak dan segera pergi.
Tiba-tiba terdengar suara telapak kaki menuju kamarku, aku akan pura-pura tidur dan tidak tahu.
“Rachel.. Kamu sudah tidur?” ayah membuka pintu kamarku
“Ayah tahu kamu belum tidur,”
Kamu ada masalah apa sama haruko, sampai-sampai dia seperti itu.. Kasihan loh, ntar dia sakit gimana?”
“Biarin aja, derita dia” jawabku judes
“Rachel, kalau ada masalah lebih baik selesaikan baik-baik, kalau seperti ini tidak akan selesai”
“Tapi ayaah..” belum sempatku melanjutkan perkataanku ayah sudah menarik tanganku ke luar
“Sekarang temui dia, suatu hubungan nggak akan terasa indah kalau nggak ada masalah”
“Ayaaaah”
“Tidak usah banyak bicara lagi, sekarang cepat temui dia”
Aku sudah berada di beranda dan melihat haruko sedang berteriak
“Heh gila..” teriakku padanya
Dia hanya melihatku sekilas, dan kembali memandang langit.
“Hampiri dia” ucap ayah dari pintu.
“Eh gila, kamu mau sampai kapan disana? Kamu mau sakit?” dia tetap diam dan membiarkan aku mengomel sendiri.
Aku menghampirinya dan menarik tangannya ke tempat yang tak kena hujan. Dia hanya menatapku, dan aku hanya mampu diam. Aku kasihan melihatnya, dan segera menarik tangannya ke dalam rumahku.
Kubiarkan dia berdiri di ruang tamu, sementara aku pergi ke kamar mengambilkan baju untuknya. Setelah dia mengganti pakaian, aku membuatkan teh panas untuknya agar dia tidak kedinginan lagi. Aku duduk berhadapan dengannya. Membisu seribu bahasa, itulah yang aku tahu sekarang. Beberapa menit kami saling menatap dan membisu. Dan akhirnya haruko membuka pembicaraan,
“Chel?”
“Emmm..” jawabku sambil memainkan ponselku
Tapi, haruko kembali diam. Aku mulai lelah dengannya, langsung saja aku bilang apa yang aku rasakan.
“Kamu tahu, aku nggak bisa marah sama kamu, aku nggak bisa benci, aku nggak bisa jauh, aku takut kehilangan kamu, akuuu..” aku tidak sanggup meneruskan kata-kataku, cairan bening keluar dari mataku dan aku tertunduk.
“Aku sudah berjanji padamu, aku menyesal melakukannya” haruko tidak melanjutkan kata-katanya, dia menghampiriku dan merangkulku.
Kami sama-sama membisu.
“Kamu janji tak akan melakukannya lagi?”
“Aku janji, aku akan menjagamu, dan tak akan membiarkanmu tersakiti, aku menyayangimu”
Aku terhanyut dalam pelukan haruko, aku tertidur dan hanyut dalam mimpi.
Mentari pagi membuat mataku silau, aku sudah berada di ranjangku. Kejadian semalam seperti mimpi rasanya, tapi itu nyata adanya. Aku dan haruko kembali menjalani hubungan seperti biasa, aku berharap haruko tetap memegang janjinya dan menjaga hubungan ini hingga akhirnya berakhir.
Cerpen Karangan: Hanifa Afriani
Facebook: Hanifa Afriani / nifhadk98[-at-]yahoo.com
Menikmati indahnya pelangi setelah hujan reda memang sudah kebiasaanku. Ingin sekali aku menyentuh jembatan yang berwarna-warni itu, bermain di atasnya dan menghilangkan nelangsa yang menyelimuti hatiku. Pengkhianatan datang menghapiriku kembali, aku sudah muak dengan kata-kata cinta, semua hanya dusta. Dikhianati berkali-kali membuatku lelah, lebih baik kubuang saja semua rasa ini.
Pelangi indah itu sudah mulai hilang, mentari beranjak menuju peristirahatannya, malam pun segera tiba, dan aku beranjak menuju rumahku.
“Rachel..” seseorang memanggilku
“Iya bu, ada apa?” jawabku sembari mendekati beliau
“Kamu dari mana? Tadi haruko mencarimu” ucap ibu
“Untuk apa lagi dia mencariku?”
“Loh, kok kamu ngomongnya gitu sayang?”
Tidak sempatku menjawab pertanyaan ibu, ponselku berdering.
“Hello, ini siapa?” aku menganggkat telepon itu, dan berjalan menuju kamarku
“Chel, kamu nggak..”
Telepon itu langsung kumatikan, buat apa lagi dia mencariku, aku sudah muak dengan permainan dia.
Pagi di sekolah..
Aku berjalan menelusuri koridor menuju kelasku. Hiruk-pikuk suasana kelas sudah biasa aku rasakan setiap pagi. Banyak yang heboh karena belum selesai mengerjakan tugas, padahal sebentar lagi pelajaran yang pertama akan dimulai. Pelajaran pagi ini kimia bersama wali kelasku, aku sangat mengantuk karena mengerjakan tugas sekolah sampai larut malam. Hingga akhirnya aku tertidur di mejaku. Tak lama sebuah spidol mendarat dilenganku, aku segera terbangun dan semua mata terpaku padaku.
“Rachel kirana..!!!” ucap bu rosi
“Ii..Iya bu” jawabku gugup
“Saya kan sudah kasih tahu, tidak ada yang tidur di jam pelajaran saya, kamu tahu itu?”
“Ii.. Iya bu, saya tahu”
“Tapi, kenapa kamu melanggarnya?”
“Sayaa.. Mengantuk sekali bu, semalam saya mengerjakan tugas sampai larut malam”
“Emmm.. Apa kamu bisa mengerjakan soal yang di papan tulis?”
“Akan saya coba bu”
Aku pun berdiri dan segera mengerjakan soal. Cukup lama aku berpikir, tapi akhirnya aku dapat mengerjakannya dengan lancar. Untung saja aku sudah memahami pelajaran ini sendiri, kalau tidak aku akan diusir dari kelas ini.
Waktu istirahat tiba, waktu yang sangat digemari siswa di sekolah. Semuanya berhamburan keluar, aku merasa lelah tapi perutku sangat lapar. Aku pun mengajak nazma dan keisha ke kantin, dan segera memesan makanan. Saat menikmati makananku dengan lahap, tiba-tiba seseorang menarik tanganku.
“Kamu ini apa-apaan sih haruko!!” bentakku
“Kamu kenapa sih chel? Aku cari ke rumah nggak ada, aku telepon nggak pernah diangkat”
“Mau kamu apa lagi?”
“Maksud kamu apa? Kenapa kamu tiba-tiba kayak gini?”
“Maksud aku, kita putus!!” jawabku lantang dan segera pergi meninggalkan haruko sendiri. Semua mata tertuju pada kami, semua mulut membicarakan tentang kami. Aku mengajak nazma dan keisha pergi, aku tidak tahan melihat situasi seperti ini. Aku benci semuanya, nggak ada yang tahu apa yang aku rasakan.
Di rumah, aku hanya mengurung diri di kamar. Kadang melamun tak tahu arah, bahkan menangis.
“Haruko itu tidak tahu, amnesia, pura-pura lupa atau apa sih” kesalku mengomel-ngomel sendiri.
Aku pun menyalakan laptopku, membuka folder yang berjudul “With my lovely” disana banyak sekali foto-foto dan video lucu yang aku buat bersama haruko. Semua kenangan berada di file ini. Sebenarnya aku belum mampu membencinya sepenuhnya, aku ingin dia tahu apa yang aku rasa. Tapi dia selalu begitu, melupakan aku dan pergi bersama wanita lain. Tapi saat aku terluka dan mulai menjauh, dia datang kembali dan membujukku kembali pada pangkuannya.
Hujan deras yang disertai petir yang sangat keras membuatku merasa kedinginan, ditambah lagi jendela kamarku terbuka secara tiba-tiba. Saat aku ingin menutupnya, ada seseorang di luar sana sedang berdiri sendiri. Menanti hujan deras dan menikmati alunan suara petir di depan rumahku.
“Dasar bodoh!!” gumamku
Aku segera menutup pintu jendela, dan berbaring di ranjang. Tak lama, ponselku berdering pertanda ada satu pesan yang masuk
“Apa kamu tidak ingin menemuiku lagi?”
“Tidak!!!” balasku
“Kenapa?”
“Aku bilang tidak, ya tidak!!”
“Apa kamu masih marah padaku?”
“Menurutmu?”
“Aku minta maaf padamu”
“Selalu saja begitu”
“Aku tahu aku salah, tapi maafkan aku, aku janji nggak akan mengulanginya lagi”
“Kalau kamu sadar, baguslah”
“Kamu maafin aku kan?”
Aku sudah bosan membalasnya, lebih baik aku diam saja.
Setengah jam berlalu, aku mengintip haruko dar jendela. Ternyata dia masih disana, dan sekarang dia berteriak memanggil namaku berkali-kali.
“Rachel kirana..”
Suaranya terdengar jelas di telinggaku
“Rachel kirana.. Maafin aku.. Aku sayang sama kamu..” dia terus berteriak
“Aaahhh.. Berisik.. Dasar bodoh, ngapain sih disana kayak orang gila, malu-maluin lagi.. Ntar disangka tetangga apa lagi, huhhh”
Aku menutup telinggaku, dan berharap haruko berhenti berteriak dan segera pergi.
Tiba-tiba terdengar suara telapak kaki menuju kamarku, aku akan pura-pura tidur dan tidak tahu.
“Rachel.. Kamu sudah tidur?” ayah membuka pintu kamarku
“Ayah tahu kamu belum tidur,”
Kamu ada masalah apa sama haruko, sampai-sampai dia seperti itu.. Kasihan loh, ntar dia sakit gimana?”
“Biarin aja, derita dia” jawabku judes
“Rachel, kalau ada masalah lebih baik selesaikan baik-baik, kalau seperti ini tidak akan selesai”
“Tapi ayaah..” belum sempatku melanjutkan perkataanku ayah sudah menarik tanganku ke luar
“Sekarang temui dia, suatu hubungan nggak akan terasa indah kalau nggak ada masalah”
“Ayaaaah”
“Tidak usah banyak bicara lagi, sekarang cepat temui dia”
Aku sudah berada di beranda dan melihat haruko sedang berteriak
“Heh gila..” teriakku padanya
Dia hanya melihatku sekilas, dan kembali memandang langit.
“Hampiri dia” ucap ayah dari pintu.
“Eh gila, kamu mau sampai kapan disana? Kamu mau sakit?” dia tetap diam dan membiarkan aku mengomel sendiri.
Aku menghampirinya dan menarik tangannya ke tempat yang tak kena hujan. Dia hanya menatapku, dan aku hanya mampu diam. Aku kasihan melihatnya, dan segera menarik tangannya ke dalam rumahku.
Kubiarkan dia berdiri di ruang tamu, sementara aku pergi ke kamar mengambilkan baju untuknya. Setelah dia mengganti pakaian, aku membuatkan teh panas untuknya agar dia tidak kedinginan lagi. Aku duduk berhadapan dengannya. Membisu seribu bahasa, itulah yang aku tahu sekarang. Beberapa menit kami saling menatap dan membisu. Dan akhirnya haruko membuka pembicaraan,
“Chel?”
“Emmm..” jawabku sambil memainkan ponselku
Tapi, haruko kembali diam. Aku mulai lelah dengannya, langsung saja aku bilang apa yang aku rasakan.
“Kamu tahu, aku nggak bisa marah sama kamu, aku nggak bisa benci, aku nggak bisa jauh, aku takut kehilangan kamu, akuuu..” aku tidak sanggup meneruskan kata-kataku, cairan bening keluar dari mataku dan aku tertunduk.
“Aku sudah berjanji padamu, aku menyesal melakukannya” haruko tidak melanjutkan kata-katanya, dia menghampiriku dan merangkulku.
Kami sama-sama membisu.
“Kamu janji tak akan melakukannya lagi?”
“Aku janji, aku akan menjagamu, dan tak akan membiarkanmu tersakiti, aku menyayangimu”
Aku terhanyut dalam pelukan haruko, aku tertidur dan hanyut dalam mimpi.
Mentari pagi membuat mataku silau, aku sudah berada di ranjangku. Kejadian semalam seperti mimpi rasanya, tapi itu nyata adanya. Aku dan haruko kembali menjalani hubungan seperti biasa, aku berharap haruko tetap memegang janjinya dan menjaga hubungan ini hingga akhirnya berakhir.
Cerpen Karangan: Hanifa Afriani
Facebook: Hanifa Afriani / nifhadk98[-at-]yahoo.com
He Come Again
4/
5
Oleh
Unknown