Judul Cerpen My Second Self
Biasanya aku bersikap dingin dan cuek, tetapi setelah aku mengalami peristiwa itu… Aku menemukan sisi lain dariku.
3 Tahun Yang Lalu
“Yeeaayy!” Adikku berteriak gembira karena diajak pergi ke luar negeri. Setelah berkemas dan beranjak pergi ke bandara untuk menunggu penerbangan. Sampai di bandara pukul 2 dini hari, dan bandara buka pada pukul 6 pagi. Keluargaku sudah tidur di penginapan kecuali aku. Aku mengalami insomnia malam itu. Aku memutuskan untuk pergi ke lobby penginapan untuk menghilangkan kebosananku dan duduk menikmati semuanya jalanan, hanya sesekali kendaraan melintas. Namun saat melintas satu mobil tua yang usang, aku melihat kejanggalan pada mobil itu. Mobil itu bergerak sangat pelan menuju penginapan yang aku tempati. 2 orang bertubuh tinggi ke luar dari mobil dan menemui resepsionis. Saat aku memandangi orang-orang itu, salah satu dari mereka berbalik dan melangkah ke arahku lalu berkata,
“Jika kau selamat, kau adalah orang yang bernasib sial.”
“A-Apa maksudmu tuan?”
“Hal buruk akan menimpamu, bersiaplah.”
Aku langsung mengantuk setelah mendengar kata-katanya. Aku kembali ke ruanganku dan pergi tidur.
Saat Pagi Hari
“Bangun nak, ayo berangkat.” Ibuku membangunkanku dan adikku. “Ayo mandi dan bergegas, sudah siang ini, nanti telat lho!” Lanjutnya. Aku mandi setelah adikku mandi. Selesai mandi langsung pergi ke bandara. Setelah mendaftarkan barang bawaan dan checking, keluargaku pergi ke ruang tunggu dan duduk menunggu penerbangan. Sambil memakan pizza, aku memikirkan hal buruk apa yang akan menimpaku, pesawat yang aku tumpangi jatuh kan? Atau apa?.
“Nak, kok bengong?” Ucap ibuku.
“Ahh… Tidak apa-apa kok.” Jawabku.
Tiba-tiba…
BOOM!!! DUAR!!! BOOM!!! DERR!!!
Suara teriakan bersahutan. Orang-orang berhamburan pergi menyelamatkan dirinya mereka setelah mendengar bunyi dari sekelompok teroris. Teroris-teroris itu membunuh orang-orang termasuk keluargaku…
… Tunggu dulu… APA?!
Ya, mereka semua tewas dibunuh teroris-teroris itu. Aku langsung mengingat kata-kata orang bertubuh tinggi tadi malam, namun aku berpikir bukankah aku beruntung jika aku selamat? Kok malah dibilang sial?. Semenjak itu aku mengalami momen terakhir bersama keluargaku dengan tragis, memori yang kelam, sangat menusuk hati, kehilangan harta paling berharga di hidupku.
1 Bulan Kemudian
Walaupun sudah 1 bulan berlalu, namun aku masih merasakan sedih. Aku diajak tinggal bersama paman. Aku selalu tidur pada dini hari. Suatu hari aku tidak bangun dari tidurku selama 18 jam. Paman, bibi, dan sepupuku panik saat aku mengalami koma. Di dalam mimpi panjangku, aku bertemu dengan keluargaku di sebuah alam yang berbeda, aku berada di duniaku sementara mereka berada di surga. Aku senang bertemu mereka, namun tiba-tiba sesosok anak mirip denganku. Berusaha masuk ke dalam tubuhku. Dan saat sosok itu berhasil masuk ke dalam tubuhku, aku langsung tersadar dan aku terkejut aku berada di rumah sakit. Aku bertanya pada dokter.
“Dok, apa yang terjadi?”
“Syukurlah kau sadar, nak. Kau mengalami koma selama 18 jam.”
“Uhh… Ohh…”
“Bagaimana keadaanku, dok?”
“Kau sudah pulih, namun sepertinya kau kelelahan. Beristirahatlah.”
“Baik, dok.”
Aku mulai merasa aneh saat ada rasa ingin membunuh Paman dan bibiku. Aku berusaha menstabilkan emosiku. Aku seperti bertarung melawan diriku sendiri. Aku merasakan pusing yang parah saat aku berusaha mengendalikan emosiku. Sampai sekarang, aku masih merasakan rasa itu. Aku rasa ingin mati saja daripada merasakan penderitaan ini. Aku ingin bunuh diri. Namun setiap kali aku berniat bunuh diri, aku selalu melihat bayangan anggota keluargaku samar-samar, yang membuatku untuk tidak bunuh diri. Aku selalu tetap tegar bersama mereka di hatiku. Aku bisa merasakan nikmat Tuhan sampai sekarang. Aku bersyukur.
Cerpen Karangan: Rahadian Farhan Amanullah
Facebook: Rahadian Farhan Amanullah
Biasanya aku bersikap dingin dan cuek, tetapi setelah aku mengalami peristiwa itu… Aku menemukan sisi lain dariku.
3 Tahun Yang Lalu
“Yeeaayy!” Adikku berteriak gembira karena diajak pergi ke luar negeri. Setelah berkemas dan beranjak pergi ke bandara untuk menunggu penerbangan. Sampai di bandara pukul 2 dini hari, dan bandara buka pada pukul 6 pagi. Keluargaku sudah tidur di penginapan kecuali aku. Aku mengalami insomnia malam itu. Aku memutuskan untuk pergi ke lobby penginapan untuk menghilangkan kebosananku dan duduk menikmati semuanya jalanan, hanya sesekali kendaraan melintas. Namun saat melintas satu mobil tua yang usang, aku melihat kejanggalan pada mobil itu. Mobil itu bergerak sangat pelan menuju penginapan yang aku tempati. 2 orang bertubuh tinggi ke luar dari mobil dan menemui resepsionis. Saat aku memandangi orang-orang itu, salah satu dari mereka berbalik dan melangkah ke arahku lalu berkata,
“Jika kau selamat, kau adalah orang yang bernasib sial.”
“A-Apa maksudmu tuan?”
“Hal buruk akan menimpamu, bersiaplah.”
Aku langsung mengantuk setelah mendengar kata-katanya. Aku kembali ke ruanganku dan pergi tidur.
Saat Pagi Hari
“Bangun nak, ayo berangkat.” Ibuku membangunkanku dan adikku. “Ayo mandi dan bergegas, sudah siang ini, nanti telat lho!” Lanjutnya. Aku mandi setelah adikku mandi. Selesai mandi langsung pergi ke bandara. Setelah mendaftarkan barang bawaan dan checking, keluargaku pergi ke ruang tunggu dan duduk menunggu penerbangan. Sambil memakan pizza, aku memikirkan hal buruk apa yang akan menimpaku, pesawat yang aku tumpangi jatuh kan? Atau apa?.
“Nak, kok bengong?” Ucap ibuku.
“Ahh… Tidak apa-apa kok.” Jawabku.
Tiba-tiba…
BOOM!!! DUAR!!! BOOM!!! DERR!!!
Suara teriakan bersahutan. Orang-orang berhamburan pergi menyelamatkan dirinya mereka setelah mendengar bunyi dari sekelompok teroris. Teroris-teroris itu membunuh orang-orang termasuk keluargaku…
… Tunggu dulu… APA?!
Ya, mereka semua tewas dibunuh teroris-teroris itu. Aku langsung mengingat kata-kata orang bertubuh tinggi tadi malam, namun aku berpikir bukankah aku beruntung jika aku selamat? Kok malah dibilang sial?. Semenjak itu aku mengalami momen terakhir bersama keluargaku dengan tragis, memori yang kelam, sangat menusuk hati, kehilangan harta paling berharga di hidupku.
1 Bulan Kemudian
Walaupun sudah 1 bulan berlalu, namun aku masih merasakan sedih. Aku diajak tinggal bersama paman. Aku selalu tidur pada dini hari. Suatu hari aku tidak bangun dari tidurku selama 18 jam. Paman, bibi, dan sepupuku panik saat aku mengalami koma. Di dalam mimpi panjangku, aku bertemu dengan keluargaku di sebuah alam yang berbeda, aku berada di duniaku sementara mereka berada di surga. Aku senang bertemu mereka, namun tiba-tiba sesosok anak mirip denganku. Berusaha masuk ke dalam tubuhku. Dan saat sosok itu berhasil masuk ke dalam tubuhku, aku langsung tersadar dan aku terkejut aku berada di rumah sakit. Aku bertanya pada dokter.
“Dok, apa yang terjadi?”
“Syukurlah kau sadar, nak. Kau mengalami koma selama 18 jam.”
“Uhh… Ohh…”
“Bagaimana keadaanku, dok?”
“Kau sudah pulih, namun sepertinya kau kelelahan. Beristirahatlah.”
“Baik, dok.”
Aku mulai merasa aneh saat ada rasa ingin membunuh Paman dan bibiku. Aku berusaha menstabilkan emosiku. Aku seperti bertarung melawan diriku sendiri. Aku merasakan pusing yang parah saat aku berusaha mengendalikan emosiku. Sampai sekarang, aku masih merasakan rasa itu. Aku rasa ingin mati saja daripada merasakan penderitaan ini. Aku ingin bunuh diri. Namun setiap kali aku berniat bunuh diri, aku selalu melihat bayangan anggota keluargaku samar-samar, yang membuatku untuk tidak bunuh diri. Aku selalu tetap tegar bersama mereka di hatiku. Aku bisa merasakan nikmat Tuhan sampai sekarang. Aku bersyukur.
Cerpen Karangan: Rahadian Farhan Amanullah
Facebook: Rahadian Farhan Amanullah
My Second Self
4/
5
Oleh
Unknown