Setia (Part 1)

Baca Juga :
    Judul Cerpen Setia (Part 1)

    Aku terbangun dari tidurku. Oh tidak! Aku telat! Aku segera masuk ke kamar mandi dan ke luar dengan sangat tergesa-gesa. Aku segera memesan ojek online langgananku. Kemudian aku segera menunggu di luar.

    “Glad-Jek!” Seru ojekku sambil menyerahkan helm dan masker.
    “Maskernya gak usah. Cepet, ya mas! Udah telat!” Kataku. Kemudian ojekku membawaku ke kampus.
    “Jadi 15.000,” jawab Ojek Glad-Jek.
    “Ini. Kembaliannya ambil aja,” kataku. Kemudian aku segera masuk ke kampus dan masuk ke kelas.

    “Lho, Shelly. Ngapain kamu?” Tanya John.
    “Lha, kan ada kelas hari ini,” jawabku.
    “Kan diundur jadi jam 3 sore. Kamu gak lihat di grup?” Kata John.
    “Hah? Masa sih?” Tanyaku heran. Aku segera mengambil HPku dan melihat ke grup.
    “Oh iya! Sial banget hari ini!” Seruku.
    “Sekarang kan masih jam 10. Gimana kalau kita jalan-jalan aja? Kamu juga males pulang lagi ke rumah, kan?” Kata John menawarkan kepadaku.
    “Good idea! Kalau begitu ayo!” Seruku. Kemudian aku dan John pergi ke mall terdekat dengan mengendarai mobil John.
    “Hari ini ada film, lho!” Kata John.
    “Film apa?” Tanyaku.
    “Swetty Love 2,” jawab John.
    “Oh ya? Aku penggemar setia Swetty Love! Akhirnya rilis juga!” Seruku.
    “Gimana kalau kita nonton itu?” Tanya John.
    “Boleh juga!” Seruku. John tersenyum. Senyumnya sangatlah manis. Akhir-akhir ini kami sering jalan-jalan.

    Sesampainya di mall, kami menuju lantai paling atas dengan menaiki eskalator. Untunglah bioskop tidak terlalu penuh. Sedikit penuh karena banyak ingin menonton Swetty Love 2.
    “Lumayan penuh, ya!” Kataku ke John.
    “Iya. Kamu tunggu di situ saja. Aku yang beli tiketnya,” kata John.
    “Sip!” Seruku. Tak sampai 15 menit, John kembali lagi ke tempat aku menunggu.
    “Ayo kita ke teater. 15 menit lagi film akan dimulai!” Seru John. Ia menarik tanganku menuju depan teater.
    “Oh iya!” Seruku seperti ada yang kurang. John memandangku. Aku menggunakan bahasa isyarat. Ia langsung mengerti.
    “Popcorn!” Seru aku dan John. Kami segera memneli popcorn dan juga air soda tentunya.
    “Ayo kita ke teater!” Ajak John. Kami berjalan menuju teater.
    Ternyata teater sudah terbuka. Kami mencari tempat duduk kami. Akhirnya kami menemukan kursi kami.

    “Ceritanya mengharukan sekali. Kasihan sekali Elliott,” kataku.
    “Iya. Ternyata Jessy jahat sekali,” kata John. “Sudah jam 12, nih! Makan dulu, yuk!”
    “Up to you,” jawabku. Akhirnya aku dan John makan di restoran yang cukup di kenal orang yaitu Lavender Cafe
    “Pesan Sandwich 1 dan jus jambu satu,” kataku. “Spaghetti dan jus alpukat satu,” kata John.
    “Ok. Tunggu sekitar 5 menit, ya!” Kata pelayan itu.
    “Kamu diet ya?” Tanya John.
    “Enggak kok,” jawabku pura-pura. Memang aku sedang diet, hehehe.
    “Kok makan sandwich doang? Memangnya kenyang? Bohong ya?” Tanya John lagi.
    “Hehehe. Ketawan deh,” kataku sambil tersenyum.
    “Kok diet? Kamu gak gendut kok,” kata John.
    “Soalnya aku naik 2 kilo,” kataku.
    “2 kilo memangnya ngaruh ya?” Tanya John.
    “Oh iya dong!” Kataku.

    “Aku boleh ngomong sesuatu?” Tanya John.
    “Sure. What is that?” Tanyaku.
    “Kamu mau jadi pacarku?” Tanya John. Aku kaget. Aku tidak menyangka. Oh god!
    “What? Are you serious?” Tanyaku heran.
    “Of course,” jawab John. Ia sangat gugup sekali. Baru pertama kali aku dilamar. He is my first love!
    “Iya, aku mau!” Jawabku girang.
    “Oh god! Thank you!” Seru John. “Tapi, Shel, kamu serius kan?”
    “Kamu tidak percaya denganku?” Tanyaku.
    “Tentu percaya, sayang,” jawab John.



    “Happy Aniversery yang pertama!” Seru aku dan John serempak. Aku membawa kado yang telah dibungkus oleh bungkus kado.
    “Ini kado untuk kamu!” Seruku.
    “Dan ini kado untuk kamu! Kita buka sama-sama, ya!” Kata John. Aku membuka kadonya John.

    “Lucu banget bonekanya! Ini kan mahal. Ada ukiran namaku juga! So cute!” Seruku. Boneka ini sangat limited edition banget!
    “Waw! Action Figure! Kamu dapat darimana?” Tanya John.
    “Aku titip ke pamanku yang tinggal di Amerika. Habis itu dikirim deh ke sini,” jawabku.
    “Keren lho!” Kata John masih terkagum-kagum. Kemudian ia memelukku dan aku bersandar si dadanya. Kemudian aku mengambil salah satu action figure yang aku berikan kepadanya dan aku mainkan.

    1 bulan kemudian …
    “Shelly, kamu sudah dengar belum kalau ada murid baru?” Tanya Key.
    “Sudah. Katanya itu murid spesial lho! Memangnya siapa sih?” Tanyaku.
    “Alexander Adams!” Seru Key.
    “What? Pembalap itu?” Tanyaku.
    “Yup!”
    “Gila! Itu kan pembalap kesukaanku. Dia itu kan ganteng banget!” Seruku.
    “Dan katanya ada di kelas kita, lho! Gila! Satu kelas sama pembalap! Bakalan heboh kelas kita nanti!” Seru Key. Aku melihat jam tanganku
    “Woy, masuk!” Seruku. Aku dan Key segera ke kelas. Yup! Karena ada kelas hari ini.

    “Anak-anak, kalian pasti sudah tahu kalau ada murid baru spesial hari ini. Alexander, silahkan masuk,” kata dosen terkiller di kampus ini. Yaitu Mrs. Ella.
    “Nama saya Alexander Adams. Panggil saja Alexander. Saya pindah ke sini karena ini adalah kampus paling terfavorit di Indonesia. Semoga kalian bisa menerima saya disini,” kata Alexander. “Ok. Kamu boleh duduk di sebelah…,” kata Mrs. Ella mencari tempat duduk yang kosong. Aku hanya menggambar karena ini deadline banget.
    “Shelly,” aku kaget. Aku melihat banyak yang menoleh ke arahku. Kemudian Alexander kemudian duduk di sebelahku. Lho? Kok bisa?
    “Kok dia duduk di sebelah saya Mrs?” Tanyaku heran.
    “Kamu tidak mendengarkan lagi, ya? Simpan gambarmu! Lanjutkan ketika istirahat!” Seru Mrs. Ella.
    “Ok,” sahutku lemas. Padahal udah deadline! Matilah aku.

    “Aku Alexander,” kata Alexander tiba-tiba.
    “Aku Shelly. Nice to meet you,” kataku.
    “Nanti bisa istirahat bareng? Aku belum terlalu tahu isi kampus ini,” kata Alexander.
    “Oh, boleh. Sangat boleh,” jawabku.
    “Shelly!” Seru Mrs. Ella.
    “Sorry,” jawabku.



    “Shelly!” Seru John.
    “Eh, sayang! Ada apa?” Tanyaku.
    “Mau ke kantin bareng gak?” Tanya John.
    “Aduh, sayang. Sorry banget. Aku harus temenin Alexander. Soalnya kan dia murid baru,” jawabku.
    “Ya udah sih dia sendiri aja. Ngapain harus sama kamu. Kayak gak ada yang lain aja,” kata John.
    “Kamu cemburu ya?” Godaku.
    “Ya enggak sayang. Tapi kan ada yang lain,” kata John.
    “Udahlah. Aku juga gak mau. Tapi aku gak enak,” kataku.
    “Ya udah deh. Aku ke kantin bareng anak-anak. Tapi pulang bareng ya!” Seru John.
    “Ok sayang!” Jawabku.
    “Shelly, kita jadi gak?” Tanya Alexander tiba-tiba.
    “Oh ya. Eh sebentar deh. Ini namanya John. Dia pacar aku,” kataku memperkenalkan mereka berdua.
    “Alexander,”
    “John,”
    “Ok, kalau begitu ayo Alexander,” kataku. Kemudian aku pergi ke kantin bersama Alexander.
    “Woy, bro! Gak sama pacar lu?” Tanya Josh.
    “Gak. Dia sama Alexander,” jawab John.
    “Hati-hati. Pacar lu kan cantik banget. Bisa-bisa dia di ambil sama si Alexander. Apalagi Alexander itu ganteng, terkenal dan kaya, Cewek mana yang gak mau sama dia?” Kata Josh.
    “Tenang aja. Gue yakin Shelly selalu sama gue. Lu bantu doa ya!” Kata John.
    “So pasti! Yuk ke kantin!” Seru Josh.

    Sesampainya di kantin…
    “Woy, ada Alexander!”
    “Tapi kok dia sama Shelly?”
    “Jangan-jangan mereka pacaran!”
    “Kyaaa romantis!”
    Aku dan Alexander duduk di salah satu meja. Huh, berisik banget sih. Lebay banget.
    “Heh! Lo kenapa bisa sama Alexander?!” Seru Fennia, anak paling genit dan paling egois di kampus.
    “Lah memangnya kenapa? Apa salahnya?” Tanyaku balik.
    “Alexander itu cocoknya sama gue bukan sama lo!” Seru Fennia lagi.
    “Tapi Alexander yang ngajak aku. Jadi bukan salah aku dong!” Belaku. Kemudian Fennia menamparku.
    “Hei! Ada apa ini?! Siapa kamu?! Kamu tidak pernah belajar sopan santun ya?!” Seru Alexander. Aku hanya meringis kesakitan.
    “Alexander, dia pasti cuma mau uang kamu dan juga kepopuleran kamu!” Seru Fennia.
    “Hei! Kami baru kenal! Sekarang bubar semua!” Seru Alexander.
    “Alexander, aku mau ke kamar mandi,” kataku. Kemudian aku keluar dari kantin dan berlari ke kamar mandi.

    Ketika di koridor, aku bertemu John.
    “Lho, sayang. Kamu kok lari-lari?” Tanya John. Aku memeluk John.
    “Ayo kita duduk. Jangan disini nanti di liatin orang,” kata John lagi. Kemudian aku dan John duduk di bangku-bangku.
    “Ayo ceritakan, sayang,” kata John.
    “Aku gak suka banget sama Fennia!” Seruku.
    “Huh, Fennia lagi. Dia memang anak yan egois. Ngapain dia?” Tanya John.
    “Ketika aku sedang duduk dengan Alexander dia tiba-tiba datang dan marah-marah. Katanya aku hanya ingin uangnya lah. Apalah,” caritaku.
    “Terus kok kamu bisa memar kayak gitu?” Tanyaku.
    “Aku ditampar sama Fennia,” jawabku.
    “Huh, tuh anak! Ya udah kamu disini aja. Kamu mau makan apa?” Tanya John.
    “Fish and chips,” jawabku.
    “Ya udah. Nanti aku suruh si Josh. Josh!” Seru John.
    “Apa?” Tanya Josh.
    “Beliin Fish and Chips 2,” jawab John. Kemudian Josh segera ke kantin.
    “Oh ya! Si Alexander gimana?” Tanyaku.
    “Paling dia lagi direbutin cewek-cewek,” jawab John.
    “Bro, di kantin rame banget. Cewek-cewek pada ngerubutin si Alexander,” kata Josh tiba-tiba.
    “Tuh kan aku bilang apa,” kata John. Kemudian aku memakan Fish and Chips yang tadi dibelikan oleh Josh.
    “Huh, males banget. Lagipula kenapa Alexander harus duduk sama aku?” Tanyaku heran.
    “Sudahlah. Namanya juga nasib. Itu kan pembalap favorit kamu. Kamu kok gak suka?” Tanya John.
    “Aku sih suka. Tapi kalau deket sama orang populer itu gak enak. Nanti disorot paparazzi lah, apalah,” keluhku.
    “Berarti kamu gak suka deket sama aku, dong?” Tanya John.
    “Maksudnya?” Tanyaku balik.
    “Aku kan rang populer. Banyak lho yang ngefans sama aku,” kata John.
    “Iya. Keluarga kamu doang. Hahaha!” Seruku.
    “Shelly, kok kamu malah di sini? Aku mati-matian ke luar dari kantin!” Seru Alexander.
    “Habisnya ada keributan sih,” jawabku.
    “Kalau begitu, ayo!” Seru Alexander. Ia menarik lenganku. Hampir saja aku jatuh.
    “Ada apa sih?” Tanyaku.

    Bersambung …

    Cerpen Karangan: Nabila
    Blog: Nabilaissmart.blogspot.com

    Artikel Terkait

    Setia (Part 1)
    4/ 5
    Oleh

    Berlangganan

    Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email