Judul Cerpen Setia (Part 2)
“Ada apa sih?” Tanyaku.
“Nanti sore kan aku mau latihan. Kamu mau tidak ikut aku ke sirkuit?” Tanya Alexander.
“Hmm… ok,” jawabku.
“Ok! Nanti aku jemput kamu, ya! Rumahmu dimana?” Tanya Alexander.
“Tanya saja sama John,” kataku. Kemudian aku meninggalkannya.
“Heh, tahu gak, kayaknya si Shelly itu jual mahal deh sama Alexander,”
“Iya juga sih. Tapi kan dia udah punya si John,”
“Kayaknya dia selingkuh dari John dan memilih si Alexander,”
“Bener banget!”
Huh, aku pusing mendengarnya. Bisakah mereka tidak membicarakan orang lain sehari saja? Lagipula mereka itu ngurusin orang mulu!
“Shelly!” Seru seseorang. Aku menoleh ke belakang. Ternyata Key.
“Ada apa Key?” Tanyaku.
“Tahu gak? Gara-gara kamu ke kantin bareng si Alexander, kamu jadi pembicaraan di kampus,” jawab Key.
“Cuma itu doang?” Tanyaku.
“Iya. Kamu lagi bad mood ya?” Tanya Key lagi.
“Gimana gak bad mood? Tadi tiba-tiba aku ditampar sama Fennia gara-gara aku ke kantin sama Alexander. Apa salahku?” Keluhku.
“Fennia? Asal kamu tahu, dia itu iri sama kamu. Buktinya waktu kamu jadian sama si John, ia marah besar. Soalnya waktu itu banyak yang suka sama John. Kamu itu beruntung, Shel,” jawab Key.
“Huh, aku males ngomongin tentang ini. 5 menit lagi masuk. Ayo kita ke kelas!” Seruku.
“Ayo!”
Ketika pulang…
“Shelly!” Seru John.
“Shelly!” Seru Alexander.
“Ada apa John, Alexander?” Tanyaku.
“Pulang bareng yuk!” Seru John dan Alexander berbarengan. What? Kok bisa? Maksudku, kok bisa barengan? Apa aku bilang gak bisa aja ya?
“Hmm, gak bisa,” jawabku.
“Kenapa? tadi kan udah janjian sama aku?” Tanya John.
“Hmm… aku… aku…,” jawabku ingin mencari alasan. “Hai, Shelly!” Sapa Key. Sasaran yang tepat!
“Mau pulang sama Key,” jawabku. Key heran. Kemudian aku membisikannya. “Udah ikutin aja apa kataku,”
“Iya. Shelly mau pulang sama aku. Biasa lah. Urusan wanita,” kata Key.
“Yah,” kata john dan Alexander.
“Kalian pulang berdua aja. Kalian kan baru kenal jadi harus lebih akrab lagi,” kataku.
“Enggak, ah! Nanti dikira g*y, lagi,” jawab Alexander.
“Ya sudah kalau gak mau,” kataku. Kemudian aku pergi bersama Key.
“Kamu kok gak mau pulang sama John dan Alexander?” Tanya Key heran.
“Habisnya kalau aku pilih salah satu pasti ada yang cemburu. Makanya aku gak pilih salah satu dari mereka,” jawabku.
“Ya sudah, kamu main ke kost aku aja!” Ajak Key.
“Ok! Tapi aku kayak gak enak gitu sama John,” kataku.
“Kamu juga sih! Kan John itu pacar kamu. Pasti Alexander maklum, lah!” Kata Key,
“Iya juga, sih,” jawabku. Kemudian aku dan Key jalan kaki menuju kostnya Key. Kostnya Key memang sangat dekat dengan kampus kami. Paling hanya jalan sekitar 5 menit.
“Huh, aku capek banget, sumpah,” kataku sambil duduk di kasur Key.
“Kamu tuh beruntung banget, lho! Ada dua cogan yang deket sama kamu,” kata Key tiba-tiba.
“Ya ampun, Key. Kok masih dibahas aja?” Kataku.
“Abisnya jadi kamu itu enak, sih!” Kata Key,
“Enak darimana? Kamu mau jadi sasaran empuk Fennia?” Tanyaku.
“Kalau itu sih, aku gak mau,” kata Key. “Kamu nginep dong disini,”
“Lho, memangnya boleh?” Tanyaku heran.
“Tenang aja. Ibu kostnya itu temen mamaku. Jadi gampang, lah,” kata Key.
“Ya udah. Aku bilang ke mbak dulu bentar,” kataku. Kemudian aku SMS ke mbakku kalau aku izin nginep ke rumah Key.
“Udah, deh!” Seruku. Kemudian aku rebahan di kasur yang lumayan besar di kostnya Key.
“Aku mau curhat, deh,” kataku.
“Ok, kamu mau curhat apa?” Tanya Key. Kemudian aku menceritakan unek-unekku. Key dengan sabar mendengarkan aku. Tiba-tiba, handphoneku berbunyi. Dari nomor tidak dikenal. Aku mengangkatnya
“Ya, dengan siapa?” Tanyaku.
“Ini aku Alexander, Shel. Aku udah di depan rumah kamu. Tapi kok kamu gak ada?” Tanya Alexander.
“Oh, sorry, Alexander. Aku di kostnya Key. Alamatnya di jalan Mawar no. 3. Nama kostnya Melati. Urutan ke 5 di sebelah kiri,” jelasku.
“Ok. Aku kesana, ya!” Kata Alexander.
“Sorry ya kalau ngerepotin,” kataku.
“Gak apa-apa kok,” kata Alexander. Kemudian ia menutup teleponnya.
“Siapa?” Tanya Key.
“Alexander. Aku pinjem baju dong!” Pintaku.
“Ok. Cari aja di lemariku,” kata Key. Kemudian aku segera ganti baju.
“Tapi nanti pulangnya kesini, ya!” Seru Key.
“Ok!” Seruku. Aku langsung menunggu ke luar. Untung handphoneku masih full baterenya. Jadi tidak perlu dicharnge, deh!
“Hai, Shelly!” Sapa Alexander.
“Eh, Alexander. Ayo!” Seruku. Kemudian aku masuk ke mobilnya yang mewah. Maklumlah, anak orang kaya.
“Jadi pembalap itu susah ya? Tanyaku.
“GGS,” jawab Alexander.
“Apaan tuh?” Tanyaku heran.
“Gampang-gampang susah. Tapi, kalau go kart gampang,” jawab Alexander.
“Iya, lah! Aku juga bisa. Tapi kalau mobil beneran, aku menyerah,” kataku.
“Hahaha. Tapi kalau sering balapan, aku kayak agak kagok gitu. Kan aku sudah biasa pakai jet darat,” kata Alexander.
Kami terus mengobrol apa saja. Dan akhirnya kami pun sampai di sirkuit sentul. Perjalanan dari Jakarta ke Sentul sangat lama karena macet di perjalanan. Disana, aku diperkenalkan ke orangtua Alexander.
“Ya sudah, Kak Shelly, kita tunggu disini saja. Kita lihat Kak Alexander latihan saja,” kata Jenny, adik Alexander. Kemudian aku dan Jenny duduk di kursi yang sudah disediakan. Kayaknya, perbandingan umur Jenny dengan Alexander jauh.
“Kak, menurut kakak, Kak Alexander itu baik gak?” Tanya Jenny.
“Baik, kok. Memangnya kenapa?” Tanyaku heran.
“Soalnya, Kak Alexander itu gak mau beliin aku boneka,” jawab Jenny.
“Memangnya Jenny punya berapa boneka?” Tanyaku lagi.
“Gak tahu deh. Pokoknya sekamar aku,” jawab Jenny lugu. Aku tertawa.
“Karena kamu sudah punya banyak, sayang,” kataku yang masih tertawa.
“Tapi kan aku mau lagi,” kata Jenny.
“Ya sudah. Besok kita ke toko boneka bareng, yuk! Kak Shelly juga mau beli boneka juga,” kataku.
“Asyik!!!” Seru Jenny.
“Shelly, kamu aku cariin ternyata di sini!” Seru Alexander.
“Hehehe, sorry,” kataku.
“Mau pulang gak?” Tanya Alexander.
“Memangnya udah? Kok cepet banget?” Tanyaku balik.
“Aku lagi males latihan. Jadinya cuma 20 putaran,” jawab Alexander.
“Ya sudah, yuk!” Seruku.
“Kak, janji ya besok?” Kata Jenny.
“Iya, janji,” kataku sambil tersenyum. Tiba-tiba handphoneku berbunyi. Ternyata dari John. Aku menjauh dari mereka dan mengangkat telepon.
“Ada apa sayang?” Tanyaku.
“Kamu lagi ngapain? Udah makan?” Tanya John.
“Belum, kenapa sayang?” Tanyaku.
“Dinner yuk!” Ajak John.
“Ok!”seruku.
“Kamu lagi dimana?” Tanya John
“Aku lagi di… kostnya Key,” jawabku berbohong. Aku tidak mau dia cemburu.
“Kalau gitu, aku ke kostnya Key, ya?” Kata John.
“Ya udah. Tapi jam setengah delapan boleh?” Tanyaku.
“Boleh. Ya udah, bye sayang!” Seru John.
“Bye,” kataku. Kemudian aku menoleh ke arah Alexander.
“Ayo cepat!” Seruku sambil menarik tangan Alexander.
“Ada apa sih?” Tanya Alexander.
“John ngajak aku dinner!” Seruku. Kemudian kami pamit dengan orangtua Alexander. Secepat kilat, kami sudah berada di depan kostnya Key.
“Lama amat. Ngapain aja?” Tanya Key.
“Namanya juga latihan ya lama, lah!” Jawabku.
“Ya sudah, aku pulang, ya!” Seru Alexander.
“Iya, dah!” Seruku.
“Dah!” Seru Alexander. Kemudian ia masuk ke mobilnya dan meluncur.
“Kamu selingkuh sama John?” Tanya Key.
“Ya ampun! Gak, lah!” Seruku kaget dengan pertanyaan Key tadi.
“Lah itu,” kata Key.
“Dia itu ngajak aku ikut dia latihan di Sentul,” kataku.
“Ya udah tolak aja,” kata Key.
“Ya gak enak, lah. Aku kan di kampus udah kayak pemandunya. Gak tahu tuh, dia maunya sama aku. Padahal aku sih males,” ceritaku.
“Ya ampun! Dia itu idolamu, lho!” Seru Key.
“Idola sih idola. Tapi kalau kayak gini bisa-bisa ada isu gak enak, kan! Nanti aku dikira selingkuh, lah, apa lah. Kalau aku belum punya pacar sih, it’s ok!” jawabku.
“Iya juga, sih!” Kata Key.
“Ya sudah, aku mau mandi dulu, ah! Mau dinner sama John,” kataku.
“Ok!” Seru Key. Kemudian aku meminjam handuk Key dan alat mandi Key. Untuk sikat gigi aku minta yang baru ke Key. Gak kebayang kan kalau aku pakai sikat gigi Key.
“Seger!” Seruku. Kemudian aku memakai baju Key. Key memakluminya karena aku menginap ke sini tanpa persiapan dan ini semua juga karena dia.
Handphoneku berbunyi. Ada telepon dari John. Aku segera mengangkatnya.
“Ya sayang? Ada apa?” Tanyaku.
“Kamu udah siap belum?” Tanya John.
“Sedikit lagi, kok! Kamu kesini aja. Biar gak nunggu lama,” kataku.
“Sip! Bye sayang!” Seru John. Kemudian aku menyisir rambutku dan memakai lipstik yang berwarna pink muda dan memakai bedak dengan tipis. Setelah itu, aku menunggu di luar. Tak sampai 10 menit, John sudah datang dan kami segera meluncur ke tempat restoran favorit kami.
“Pesan lasagna 1 dan cappuchino 1,” kataku.
“Pesan lasagna 1 dan green tea 1,” kata John.
“Baik. Tolong tunggu sekitar 15 menit,” kata pelayan tersebut. Kemudian, tanganku digenggam oleh John.
“Jangan tinggalkan aku, ya!” Kata John tiba-tiba.
“Ya enggaklah sayang, gak mungkin aku tinggalin kamu. Kamu kok tanya begitu?” Tanyaku heran.
“Habisnya kamu deket sama Alexander, sih! Aku cemburu tahu!” Seru John.
“Hmm… sayang! I’m so sorry!” Kataku.
“Don’t worry! Walaupun kamu sudah gak sayang sama aku, aku tetap sayang sama kamu, kok!” Seru John.
“Hmm… so sweet!” Kataku. Setelah mengobrol beberapa menit, akhirnya makanan yang kami pesan pun datang.
Beberapa bulan kemudian…
“Eh, ke lapangan, yuk!” Ajak Key.
“Ngapain? Panas tahu!” Tolakku.
“Please!” Mohon Key.
“Hmm… ok!” Jawabku. Lagipula aku juga bosan di kantin melulu. Akhirnya, kami pun sampai di lapangan.
“Ada apaan nih?” Tanyaku terheran-heran karena di sini banyak balon berbentuk hati.
“Ambil satu, ah! Soalnya nanti keponakan mau dateng,” kata Key. Huh, Key ini!
“Key, ini banyak banget orang! Pada mau ngapain sih?” Tanyaku yang masih heran. Termasuk John dan teman-temannya. Hubungan kami sekarang sedang tidak baik. Entah kenapa.
Aku melihat ada Alexander berdiri tegak di atas bangku-bangku yang terbuat dari semen. Ngapain dia di situ?
“Hai, Shelly! Seru Alexander. Orang lain pada melihat ke arahku. Ada apa sih?
Bersambung…
Cerpen Karangan: Nabila
Blog: Nabilaissmart.blogspot.com
“Ada apa sih?” Tanyaku.
“Nanti sore kan aku mau latihan. Kamu mau tidak ikut aku ke sirkuit?” Tanya Alexander.
“Hmm… ok,” jawabku.
“Ok! Nanti aku jemput kamu, ya! Rumahmu dimana?” Tanya Alexander.
“Tanya saja sama John,” kataku. Kemudian aku meninggalkannya.
“Heh, tahu gak, kayaknya si Shelly itu jual mahal deh sama Alexander,”
“Iya juga sih. Tapi kan dia udah punya si John,”
“Kayaknya dia selingkuh dari John dan memilih si Alexander,”
“Bener banget!”
Huh, aku pusing mendengarnya. Bisakah mereka tidak membicarakan orang lain sehari saja? Lagipula mereka itu ngurusin orang mulu!
“Shelly!” Seru seseorang. Aku menoleh ke belakang. Ternyata Key.
“Ada apa Key?” Tanyaku.
“Tahu gak? Gara-gara kamu ke kantin bareng si Alexander, kamu jadi pembicaraan di kampus,” jawab Key.
“Cuma itu doang?” Tanyaku.
“Iya. Kamu lagi bad mood ya?” Tanya Key lagi.
“Gimana gak bad mood? Tadi tiba-tiba aku ditampar sama Fennia gara-gara aku ke kantin sama Alexander. Apa salahku?” Keluhku.
“Fennia? Asal kamu tahu, dia itu iri sama kamu. Buktinya waktu kamu jadian sama si John, ia marah besar. Soalnya waktu itu banyak yang suka sama John. Kamu itu beruntung, Shel,” jawab Key.
“Huh, aku males ngomongin tentang ini. 5 menit lagi masuk. Ayo kita ke kelas!” Seruku.
“Ayo!”
Ketika pulang…
“Shelly!” Seru John.
“Shelly!” Seru Alexander.
“Ada apa John, Alexander?” Tanyaku.
“Pulang bareng yuk!” Seru John dan Alexander berbarengan. What? Kok bisa? Maksudku, kok bisa barengan? Apa aku bilang gak bisa aja ya?
“Hmm, gak bisa,” jawabku.
“Kenapa? tadi kan udah janjian sama aku?” Tanya John.
“Hmm… aku… aku…,” jawabku ingin mencari alasan. “Hai, Shelly!” Sapa Key. Sasaran yang tepat!
“Mau pulang sama Key,” jawabku. Key heran. Kemudian aku membisikannya. “Udah ikutin aja apa kataku,”
“Iya. Shelly mau pulang sama aku. Biasa lah. Urusan wanita,” kata Key.
“Yah,” kata john dan Alexander.
“Kalian pulang berdua aja. Kalian kan baru kenal jadi harus lebih akrab lagi,” kataku.
“Enggak, ah! Nanti dikira g*y, lagi,” jawab Alexander.
“Ya sudah kalau gak mau,” kataku. Kemudian aku pergi bersama Key.
“Kamu kok gak mau pulang sama John dan Alexander?” Tanya Key heran.
“Habisnya kalau aku pilih salah satu pasti ada yang cemburu. Makanya aku gak pilih salah satu dari mereka,” jawabku.
“Ya sudah, kamu main ke kost aku aja!” Ajak Key.
“Ok! Tapi aku kayak gak enak gitu sama John,” kataku.
“Kamu juga sih! Kan John itu pacar kamu. Pasti Alexander maklum, lah!” Kata Key,
“Iya juga, sih,” jawabku. Kemudian aku dan Key jalan kaki menuju kostnya Key. Kostnya Key memang sangat dekat dengan kampus kami. Paling hanya jalan sekitar 5 menit.
“Huh, aku capek banget, sumpah,” kataku sambil duduk di kasur Key.
“Kamu tuh beruntung banget, lho! Ada dua cogan yang deket sama kamu,” kata Key tiba-tiba.
“Ya ampun, Key. Kok masih dibahas aja?” Kataku.
“Abisnya jadi kamu itu enak, sih!” Kata Key,
“Enak darimana? Kamu mau jadi sasaran empuk Fennia?” Tanyaku.
“Kalau itu sih, aku gak mau,” kata Key. “Kamu nginep dong disini,”
“Lho, memangnya boleh?” Tanyaku heran.
“Tenang aja. Ibu kostnya itu temen mamaku. Jadi gampang, lah,” kata Key.
“Ya udah. Aku bilang ke mbak dulu bentar,” kataku. Kemudian aku SMS ke mbakku kalau aku izin nginep ke rumah Key.
“Udah, deh!” Seruku. Kemudian aku rebahan di kasur yang lumayan besar di kostnya Key.
“Aku mau curhat, deh,” kataku.
“Ok, kamu mau curhat apa?” Tanya Key. Kemudian aku menceritakan unek-unekku. Key dengan sabar mendengarkan aku. Tiba-tiba, handphoneku berbunyi. Dari nomor tidak dikenal. Aku mengangkatnya
“Ya, dengan siapa?” Tanyaku.
“Ini aku Alexander, Shel. Aku udah di depan rumah kamu. Tapi kok kamu gak ada?” Tanya Alexander.
“Oh, sorry, Alexander. Aku di kostnya Key. Alamatnya di jalan Mawar no. 3. Nama kostnya Melati. Urutan ke 5 di sebelah kiri,” jelasku.
“Ok. Aku kesana, ya!” Kata Alexander.
“Sorry ya kalau ngerepotin,” kataku.
“Gak apa-apa kok,” kata Alexander. Kemudian ia menutup teleponnya.
“Siapa?” Tanya Key.
“Alexander. Aku pinjem baju dong!” Pintaku.
“Ok. Cari aja di lemariku,” kata Key. Kemudian aku segera ganti baju.
“Tapi nanti pulangnya kesini, ya!” Seru Key.
“Ok!” Seruku. Aku langsung menunggu ke luar. Untung handphoneku masih full baterenya. Jadi tidak perlu dicharnge, deh!
“Hai, Shelly!” Sapa Alexander.
“Eh, Alexander. Ayo!” Seruku. Kemudian aku masuk ke mobilnya yang mewah. Maklumlah, anak orang kaya.
“Jadi pembalap itu susah ya? Tanyaku.
“GGS,” jawab Alexander.
“Apaan tuh?” Tanyaku heran.
“Gampang-gampang susah. Tapi, kalau go kart gampang,” jawab Alexander.
“Iya, lah! Aku juga bisa. Tapi kalau mobil beneran, aku menyerah,” kataku.
“Hahaha. Tapi kalau sering balapan, aku kayak agak kagok gitu. Kan aku sudah biasa pakai jet darat,” kata Alexander.
Kami terus mengobrol apa saja. Dan akhirnya kami pun sampai di sirkuit sentul. Perjalanan dari Jakarta ke Sentul sangat lama karena macet di perjalanan. Disana, aku diperkenalkan ke orangtua Alexander.
“Ya sudah, Kak Shelly, kita tunggu disini saja. Kita lihat Kak Alexander latihan saja,” kata Jenny, adik Alexander. Kemudian aku dan Jenny duduk di kursi yang sudah disediakan. Kayaknya, perbandingan umur Jenny dengan Alexander jauh.
“Kak, menurut kakak, Kak Alexander itu baik gak?” Tanya Jenny.
“Baik, kok. Memangnya kenapa?” Tanyaku heran.
“Soalnya, Kak Alexander itu gak mau beliin aku boneka,” jawab Jenny.
“Memangnya Jenny punya berapa boneka?” Tanyaku lagi.
“Gak tahu deh. Pokoknya sekamar aku,” jawab Jenny lugu. Aku tertawa.
“Karena kamu sudah punya banyak, sayang,” kataku yang masih tertawa.
“Tapi kan aku mau lagi,” kata Jenny.
“Ya sudah. Besok kita ke toko boneka bareng, yuk! Kak Shelly juga mau beli boneka juga,” kataku.
“Asyik!!!” Seru Jenny.
“Shelly, kamu aku cariin ternyata di sini!” Seru Alexander.
“Hehehe, sorry,” kataku.
“Mau pulang gak?” Tanya Alexander.
“Memangnya udah? Kok cepet banget?” Tanyaku balik.
“Aku lagi males latihan. Jadinya cuma 20 putaran,” jawab Alexander.
“Ya sudah, yuk!” Seruku.
“Kak, janji ya besok?” Kata Jenny.
“Iya, janji,” kataku sambil tersenyum. Tiba-tiba handphoneku berbunyi. Ternyata dari John. Aku menjauh dari mereka dan mengangkat telepon.
“Ada apa sayang?” Tanyaku.
“Kamu lagi ngapain? Udah makan?” Tanya John.
“Belum, kenapa sayang?” Tanyaku.
“Dinner yuk!” Ajak John.
“Ok!”seruku.
“Kamu lagi dimana?” Tanya John
“Aku lagi di… kostnya Key,” jawabku berbohong. Aku tidak mau dia cemburu.
“Kalau gitu, aku ke kostnya Key, ya?” Kata John.
“Ya udah. Tapi jam setengah delapan boleh?” Tanyaku.
“Boleh. Ya udah, bye sayang!” Seru John.
“Bye,” kataku. Kemudian aku menoleh ke arah Alexander.
“Ayo cepat!” Seruku sambil menarik tangan Alexander.
“Ada apa sih?” Tanya Alexander.
“John ngajak aku dinner!” Seruku. Kemudian kami pamit dengan orangtua Alexander. Secepat kilat, kami sudah berada di depan kostnya Key.
“Lama amat. Ngapain aja?” Tanya Key.
“Namanya juga latihan ya lama, lah!” Jawabku.
“Ya sudah, aku pulang, ya!” Seru Alexander.
“Iya, dah!” Seruku.
“Dah!” Seru Alexander. Kemudian ia masuk ke mobilnya dan meluncur.
“Kamu selingkuh sama John?” Tanya Key.
“Ya ampun! Gak, lah!” Seruku kaget dengan pertanyaan Key tadi.
“Lah itu,” kata Key.
“Dia itu ngajak aku ikut dia latihan di Sentul,” kataku.
“Ya udah tolak aja,” kata Key.
“Ya gak enak, lah. Aku kan di kampus udah kayak pemandunya. Gak tahu tuh, dia maunya sama aku. Padahal aku sih males,” ceritaku.
“Ya ampun! Dia itu idolamu, lho!” Seru Key.
“Idola sih idola. Tapi kalau kayak gini bisa-bisa ada isu gak enak, kan! Nanti aku dikira selingkuh, lah, apa lah. Kalau aku belum punya pacar sih, it’s ok!” jawabku.
“Iya juga, sih!” Kata Key.
“Ya sudah, aku mau mandi dulu, ah! Mau dinner sama John,” kataku.
“Ok!” Seru Key. Kemudian aku meminjam handuk Key dan alat mandi Key. Untuk sikat gigi aku minta yang baru ke Key. Gak kebayang kan kalau aku pakai sikat gigi Key.
“Seger!” Seruku. Kemudian aku memakai baju Key. Key memakluminya karena aku menginap ke sini tanpa persiapan dan ini semua juga karena dia.
Handphoneku berbunyi. Ada telepon dari John. Aku segera mengangkatnya.
“Ya sayang? Ada apa?” Tanyaku.
“Kamu udah siap belum?” Tanya John.
“Sedikit lagi, kok! Kamu kesini aja. Biar gak nunggu lama,” kataku.
“Sip! Bye sayang!” Seru John. Kemudian aku menyisir rambutku dan memakai lipstik yang berwarna pink muda dan memakai bedak dengan tipis. Setelah itu, aku menunggu di luar. Tak sampai 10 menit, John sudah datang dan kami segera meluncur ke tempat restoran favorit kami.
“Pesan lasagna 1 dan cappuchino 1,” kataku.
“Pesan lasagna 1 dan green tea 1,” kata John.
“Baik. Tolong tunggu sekitar 15 menit,” kata pelayan tersebut. Kemudian, tanganku digenggam oleh John.
“Jangan tinggalkan aku, ya!” Kata John tiba-tiba.
“Ya enggaklah sayang, gak mungkin aku tinggalin kamu. Kamu kok tanya begitu?” Tanyaku heran.
“Habisnya kamu deket sama Alexander, sih! Aku cemburu tahu!” Seru John.
“Hmm… sayang! I’m so sorry!” Kataku.
“Don’t worry! Walaupun kamu sudah gak sayang sama aku, aku tetap sayang sama kamu, kok!” Seru John.
“Hmm… so sweet!” Kataku. Setelah mengobrol beberapa menit, akhirnya makanan yang kami pesan pun datang.
Beberapa bulan kemudian…
“Eh, ke lapangan, yuk!” Ajak Key.
“Ngapain? Panas tahu!” Tolakku.
“Please!” Mohon Key.
“Hmm… ok!” Jawabku. Lagipula aku juga bosan di kantin melulu. Akhirnya, kami pun sampai di lapangan.
“Ada apaan nih?” Tanyaku terheran-heran karena di sini banyak balon berbentuk hati.
“Ambil satu, ah! Soalnya nanti keponakan mau dateng,” kata Key. Huh, Key ini!
“Key, ini banyak banget orang! Pada mau ngapain sih?” Tanyaku yang masih heran. Termasuk John dan teman-temannya. Hubungan kami sekarang sedang tidak baik. Entah kenapa.
Aku melihat ada Alexander berdiri tegak di atas bangku-bangku yang terbuat dari semen. Ngapain dia di situ?
“Hai, Shelly! Seru Alexander. Orang lain pada melihat ke arahku. Ada apa sih?
Bersambung…
Cerpen Karangan: Nabila
Blog: Nabilaissmart.blogspot.com
Setia (Part 2)
4/
5
Oleh
Unknown