Hikmah Cinta

Baca Juga :
    Judul Cerpen Hikmah Cinta

    Nama gue Andri, gue anak smk yang mungkin bisa dikatakan sedikit pintar, jujur gue belum pernah pacaran tapi gue suka begadang malem keluyuran gak jelas. Kisah ini adalah sebuah pengalaman dan pembelajaran gue untuk bagaimana menjalani permainan hidup.

    Kisah ini berawal dari hari pertama masuk sekolah setelah sekian lama liburan kenaikan kelas. Di sekolah hari-hari gue awalnya berjalan dengan meulus tanpa ada polisi tidur ataupun kerikil, tapi semuanya berubah ketika gue berpapasan dengan cewek yang cuantik abis, seksi banget, super duper, pokoknya amazing, spectacular, sensational, segala macem deh. Saat itu juga bahkan detik itu juga gue ngerasa dunia ini berhenti sejenak, yang bergerak hanyalah bidadari di depan gue itu pun slow motion dengan tatapan matanya yang memesona serta rambut panjangnya yang terurai seakan-akan mengatakan “Haii..”, dalam hati berkata “Indahnya hidup ini..”. Lagi asyik-asyiknya berdrama ria temanku Doni mengagetkanku
    “Oiiii… ngapain woiii…!!” sambil mengagetkan
    “Apaan sih Don! Loe ganggu orang lagi bahagia aja” dengan sedikit kesal
    “Hahah… ya loe dipanggil-panggil disenggol-senggol malah diem kaya patung pancoran” sambil makan siomay
    “Eh Don ngomong-ngomong loe tau cewek yang tadi gak?” dengan nada penasaran
    “Ooh yang tadi? Gue denger sih katanya anak pindahan” dengan nada yang sok tau
    “Oooh anak pindahan ya.. Hmm.. Oke Oke” dengan nada bersemangat
    “Apanya yang Oke?” dengan nada heran
    “Hehehe.. gak.. gak papa…” dengan sedikit meringis senang

    Semenjak itu semangat hidup gue bertambah 90 persen dan akan menjadi 100 persen kalau saja cewek yang tadi berhasil gue pacarin Selama ini gue gak pernah sesemangat ini!!. Gue berpikir bagaimana cara pdkt dan dapetin dia.. “Hmm.. ya ya ya, yang pertama adalah information!!” Misi pertama pun gue lakukan dengan mencaritahu namanya, rumahnya semuanya deh.. pokoknya gue kepoin dia.

    Singkat waktu gue berhasil menjadi temen dekatnya dan ternyata namanya Intan, pokoknya kita deket banget sampai dikira kita pacaran. Suatu waktu ketika gue mau pulang dari kebiasaan buruk gue nongkrong malem saat itu kira-kira pukul 02:45 dini hari gue putusin lewat rumah Intan dan saat gue berhenti sejenak ngeliat rumahnya, gue denger suara cewek yang sedang mengaji, suaranya yang terlalu indah membuat gue takut dan merinding sekujur tubuh yang seolah olah mengingatkan dosa-dosa gue selama ini, karena merinding gue putusin cabut. Di rumah, gue gak bisa tidur dan gue bertanya tanya suara siapakah itu? suaranya tak asing lagi di telinga.. “hmmm apakah intan? masa sih Intan..”

    Esok paginya gue putuskan untuk menginterogasi tersangka Intan alias menanyainya..
    “Tan, gue mau tanya sesuatu boleh?” dengan nada sedikit penasaran
    “Bolehlah, emangnya tanya apaan?” dengan nada santai sedikit serius
    “Jawab yang jujur Loe jangan bohong..!”
    “Iyaa.. iya tanya apaan?”
    “Apa Loe bisa mengaji?” dengan mengerutkan dahi
    “Kenapa kok tanya gitu?” dengan gugup dan heran
    “Jawab yang jujur Tan, Apa loe bisa ngaji?” dengan nada penasaran
    “Gak bisa Ndri..” dengan nada rendah
    “Yakin loe Tan? Yang bener..” dengan nada yang masih penasaran
    “Iya bener.. kok gak percaya sih, emang kenapa tanya gitu?” dengan nada kesel
    “Ya gak papa sih cuma nanya aja.”

    Dari interogasi kemarin gue kurang percaya dan membuat penasaran gue menjadi jadi sampai suatu ketika diem diem gue ngelihat dengan mata kepala dan telinga gue sendiri bahwa intan bisa mengaji dengan suara yang indah. Hmm.. dan ternyata setelah gue selidiki lebih lanjut ternyata Dia juga rajin melakukan sholat malam pokoknya sholehah, dan gue sekarang tau kalau Intan itu seperti durian, karena gue pernah mendengar nasihat “di dalam kerasnya kulit durian terdapat sesuatu yang lembut dan manis untuk dimakan”, gue sekarang sedikit belajar bahwa jangan melihat segala sesuatu itu dari luarnya saja karena siapa tau di dalamnya terdapat sesuatu yang indah yang tidak kita ketahui. Tapi setelah mengetahui itu semua bukannya gue ingin lebih cepat menjadi pacarnya si Intan malah tujuan gue mendekati Intan berubah 180 derajat dan entah kenapa gue berpikir “gue gak mau pacaran sama intan, dia terlalu baik untuk dijadikan pacar.. gue tau gue belum pantas untuknya, gue pelan-pelan akan menjauhinya, gue akan pergi untuk memperbaiki diri dari kesalahan-kesalahan hidup ini”. Yang jelas gue ingin berusaha menjadi pribadi yang lebih baik.

    Pagi ini adalah hari terakhir gue di sekolah dan gue memutuskan untuk jalan dengan Intan untuk yang terakhir kalinya karena gue ingin melanjutkan kuliah di luar negeri, gue tau perasaan intan dari matanya dan intan pun sepertinya tau perasaan gue tapi kita hanya mengobrol biasa layaknya teman. Sore itu di tepi pantai di atas bangku dengan ditemani sunset serta angin yang sepoi-sepoi gue dan Intan duduk berdua dibatasi oleh tas..

    “Tan.. gue besok mau pergi” Dengan senyuman tipis
    “Oh jadi besok ya, hmm.. hati-hati di jalan ya, semangat”. dengan senyuman disertai mata yang berkaca kaca sambil melihat sunset
    “I-iya..” dengan nada sedih sambil menunduk
    “Iya doank..” dengan mata yang berkaca-kaca sambil menunduk
    “Intan… Te-te-Terima kasih ” dengan menunduk dan menangis

    Setelah itu gue antar dia pulang dengan sepeda motor, dalam perjalan Intan tertidur.. Hati gue bicara “Intan.. jika memang dimana hari itu datang dan loe masih belum menemukan seseorang yang tepat, tolong beri gue kesempatan untuk menjadi teman hidup loe.”

    Cerpen Karangan: Ali
    Facebook: adr.crb

    Artikel Terkait

    Hikmah Cinta
    4/ 5
    Oleh

    Berlangganan

    Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email