Aku Suka Kamu

Baca Juga :
    Judul Cerpen Aku Suka Kamu

    Seperti apa bahagia yang sederhana itu? bisakah diartikan dengan sebuah senyum indah yang kamu lukiskan dalam bingkai pesonamu.
    Kamu itu bisa membuatku gila setiap hari. Apakah kamu sadar, kamu telah membuat cowok keren seperti aku jatuh hati hanya karena tingkahmu. Ataukah kamu memang sengaja meracuni otakku dengan sikap polosmu itu. Membuaku berpikir keras ada ya cewek aneh kayak kamu di dunia ini.
    Ya ampun.. kenapa aku jadi kepikiran kamu terus sih? kamu melet aku ya!
    Hakh…

    “Yehva..?” aku memanggil gadis yang kuceritakan di atas, ketika gadis itu baru saja memasuki gerbang sekolah.

    Yevha melihat ke arahku sejenak lalu segera memalingkan wajah. Hhaa…
    Dasar cewek nyebelin, aku panggil malah berlagak sok cuek.
    Aku mempercepat langkahku untuk mengejarnya. Kulihat dia berhenti di depan mading, oalah.. ternyata dia mengacuhkanku hanya karena buru-buru ingin melihat mading.

    Aku berdiri tepat di sampingnya, dia tetap acuh, perhatiannya masih terfokus pada kolum from me to you.. yang berisi ucapan atau salam atau juga kata-kata yang dikirim seseorang.
    Dan disana ada sebuah kiriman untuknya dari seseorang.. hhe.. sebenarnya itu kiriman dariku.
    Isi tulisannya begini,

    Aku suka kamu.
    From: E.F
    To: Yevha, X.1

    Dari raut wajahnya tampak dia merasa bingung dan penasaran siapa orang yang mengirimkan tulisan ini setiap minggu untuknya. Tulisanku itu selalu ada disana, nggak beranjak dari tempatnya.
    Hhaha.. nggak tau dia kalau aku punya orang dalam yang membantuku mempublikasikannya.
    Rasanya aku ingin tertawa saat itu juga, tapi keburu dia melihat ke arahku, jadi urung deh.. terpaksa aku tertawa dalam hati.

    “kamu tadi manggil aku”, ujarnya tanpa dosa telah mengacuhkanku.
    Aku pura-pura nggak mengerti maksud perkataannya, aku punya kesempatan untuk membalas sikapnya tadi.
    “siapa..? aku..? aku nggak manggil kamu.”
    Dia terlihat tak percaya tapi juga tak ambil pusing. Dia malah berlalu tanpa kata dari hadapanku.
    Menyebalkan.. dia memang cewek menyebalkan. Kenapa aku bisa suka sama dia sih!
    kesal dan jengkel bercampur aduk di hatiku sekarang.

    Yevha tak langsung menuju kelas, dia berdiri di pinggir koridor, menyaksikan rintik hujan yang baru saja turun dengan lembut.
    Dia tersenyum melihatnya. Aku terhenyak,
    ini kali pertama aku melihat Yevha tersenyum. Biasanya dia selalu cemberut karena aku isengin. Hhaha.
    Aku mendekatinya, sembari dengan keisenganku, menatapnya heran.
    Dia menoleh dan bertanya.
    “kenapa..?”
    “ada yang aneh..”
    Sontak aku menjawab.. “ya kamu sangat aneh. Kamu senyum ngelihat hujan, tapi nggak pernah senyum kalau ngelihat aku.”
    Yevha mengernyit mendengar jawabanku.
    “memangnya harus aku senyum buat kamu..?” ujarnya kemudian.
    Hakh,
    Bener-bener ni cewek.. aku sampai nggak tau mau ngomong apa lagi.
    Tapi, sikapnya itu sama sekali nggak membuatku il-feel ke dia.
    “hhe..” Yevha tersenyum lagi.
    “kamu itu yang aneh..! ngapain coba ngomong kayak gitu, nggak jelas.” Dia memicingkan matanya.
    “Erby Fienzeo” dia menyebutkan namaku.
    “kenapa aku nggak kepikiran kamu orangnya ya..?” katanya lagi.
    Waduh… kayaknya dia menyadari sesuatu. Sepertinya lebih dari lima menit ngobrol denganku, membuat pikirannya cepat terbuka.
    Aku harus bisa mengambil sikap biasa.
    “apa..?” tanyaku sok bingung,
    Dia terlihat berpikir, matanya berputar seraya mengingat namun tau apa yang dia katakan..
    “apa ya..? aku lupa mau ngomong apa ke kamu.”
    Lagi-lagi dia membuatku bodoh.
    Sial…
    “ntar deh kalau ingat mau ngmong apa, aku kabari kamu.” lanjutnya.
    Aku melongo seperti sapi bego, untuk kesekian kalinya aku diskak.. ya ampun.. apa sih salahku.

    Nggak ada satupun yang mampu membuatku berpikir jernih tentang apa yang terjadi pada hatiku, meski aku sudah mencoba menanyakan pada diriku sendiri benarkah perasaan ini, aku tetap nggak bisa memastikannya.
    Hanya satu hal yang aku mengerti.. aku memang benar menyukai Yevha.. selebihnya aku nggak paham.

    Sore ini, aku baru saja selesai berlatih basket. Aku sengaja belum beranjak dari sana karena ada sesuatu yang ingin kupikirkan. Aku duduk manis di pinggir lapangan dengan hanya melihat bola bola basket yang masih berserakkan disana.
    Tatkala aku sedang fokus melamun, Yevha datang menghampiriku.
    Aku sedikit terkejut, dia tiba-tiba telah merebahkan tubuhnya duduk di sebelahku.
    “apa yang kamu lakuin disini sendirian..?” tanyanya padaku tanpa menoleh. Pandangannya pesat tertuju pada langit sore yang kini sudah mulai merona orange.
    Sepertinya dia sangat suka langit senja.

    Dia selalu terlihat berbeda ketika dihadapkan pada suatu hal yang dia sukai. Aku terus menatapnya tanpa berkedip, sangat sayang rasanya melewatkan kesempatan untuk bisa menyimpan moment indah ini.
    Namun, belum puas aku memandanginya dia malah menoleh. Memastikan apakah aku masih bernapas disini.
    Aku terkesiap.. lalu nyengir kuda.
    “nggak ada.. hanya duduk melamun aja..” jawabku seadanya. Aku nggak sempat memikirkan kata-kata lain yang memungkinkan aku terlihat cool.
    “kamu sendiri..? kenapa belum pulang” lanjutku.
    “aku baru selesai ekskul musik. Dan kebetulan lewat, ada kamu di sini. Kayaknya langitnya juga lagi bagus.” ujarnya.
    Benar kan.. dia tertariknya sama langit. Bukan aku.

    Sejenak aku terhanyut, hanya dengan melihat wajah berserinya saja sudah sangat membuat hatiku senang. Ternyata bahagiaku sangat sederhana.

    “boleh aku mengatakan sesuatu padamu..?” tanyaku.
    Dia mengangguk tanpa menoleh,
    “aku… suka kamu!!!”
    Akhirnya aku mengatakannya langsung. yah.. kata kata itu terucap begitu saja.
    Yevha tampak terkejut.. namun tetap tenang menanggapiku. Dia mengarahkan pandangan ke arahku. Menatapku lembut. Aku tiba tiba beku karenanya.

    “kamu itu…! aku kira kamu nggak akan pernah ngomong itu langsung ke aku.” jawabnya santai disertai senyuman manis.
    “apa…?”
    Aku sedikit bingung.. mungkinkah dia sudah tau tentang perasaanku padanya.
    “kamu udah tau..” tanyaku.
    Dia mengangguk.
    “kamu itu nggak pintar menyimpan perasaan. Dari caramu bersikap aja aku udah bisa lihat. Lagian kenapa juga kamu minta ke Nata untuk nulis kiriman kata kata itu. Kamu lupa ya.. kalau Nata itu sahabat aku.”
    Hakh.. Nata.. ya ampun!! kenapa aku nggak kepikiran kalau dia bakal ember mulutnya.. mana aku pake lupa lagi kalau dia dekat banget sama yevha.
    Hufft.
    Hanya senyum tanpa arti yang bisa kulontarkan. Aku merasa bodah sekali. Susah payah kusimpan rasaku yang kelak akan kukatakan disaat yang tepat, ehh.. ternyata dia sudah mengetahui semuanya.
    “jadi…”
    Sekarang aku ingin tau bagaimana perasaannya padaku.
    “apa aku boleh suka sama kamu..?”

    Yevha tak menjawab. Dalam diamnya itu aku berharap semoga dia bukan memikirkan kata kata yang pas untuk menolakku. Dia menatapku tapi seolah kosong. Aku nggak tau apa yang ada di pikirannya sekarang.
    Yevha tetap diam. Dia bangkit dari duduknya. Meraih bola basket yang berserak di lapangan. Kemudian berlari kecil mendribble bola itu dan memasukkan nya ke ring. Tapi sayang tembakannya meleset. Dia mendengus.
    Hhaha.. Yevha memang payah dalam hal olahraga.
    Yevha kembali melirikku.
    “hei..! pertanyaanmu tadi.. agak membingungkan..?” katanya.
    “apa yang membuatmu bingung..? kamu hanya perlu menjawab boleh apa nggak. itu aja..!” seruku sembari bangun dari tempatku.
    “entahlah.. aneh saja mendengar pertanyaan itu. Aku nggak punya hak melarang seseorang untuk menyukaiku. Itu tentang hati. Aku nggak bisa mengendalikan perasaanmu.”
    “jadi.. kalau kamu nanya kayak gitu.. aku nggak bisa jawab boleh apa nggak. Itu hak kamu.” jelas Yevha.
    Hhm.. Yevha benar. Sekalipun dia bilang nggak boleh, emang dia bisa apa kalau aku tetap akan suka dia. Perasaanku milikku sendiri. Aku yang jatuh cinta, untuk apa minta persetujuan dia. Hha…
    “saat ini aku hanya ingin fokus di sekolah, aku ingin mengejar cita citaku. Aku nggak tau apa aku punya waktu untuk memikirkan yang lainnya. Aku… hanya belum ingin terikat dalam sebuah hubungan.” lanjutnya.

    Sejenak hening menyapa di antara kami,
    Aku sedikit kecewa mendengarnya.. tapi juga salut.
    Aku mengerti.. kenapa aku begitu mengaguminya.. dia memang beda dengan cewek lain.. cara berpikirnya dewasa.
    Sekarang aku sadar apa yang membuatku sampai jatuh hati padanya.
    Aku tersenyum dan dari bibirnya juga kulihat senyum kecil terukir disana.

    “kamu nggak akan menjauhiku karena ini kan..?” dia bertanya dengan sedikit keraguan.
    “nggaklah.. nggak ada alasan untuk aku melakukan itu. Aku seneng udah bisa mengungkapkan apa yang aku rasakan ke kamu. Seenggaknya ini membuatku lega. Aku jadi nggak akan merasa berdosa lagi karena sering memperhatikanmu diam diam. Aku suka kamu itu emang beneran. Yah meski aku punya harapan lebih dari rasa suka itu, tapi aku nggak akan memaksa. Aku… mungkin akan menunggu sampai waktunya tiba.”
    Yevha tersenyum..
    Senyum yang manis..
    “6 tahun..? apa itu cukup buat mengejar impian kamu..?” tanyaku kemudian. Dia tampak terkejut mendengarnya.
    “maksudmu..?”
    “aku akan bener bener nembak kamu 6 tahun lagi dan saat itu aku nggak mau ada penolakan.” tegasku.
    Yevha tertegun.
    “kamu kira kehidupan dan perasaan itu akan statis aja, nggak ada yang tau apa yang akan terjadi nanti.” tersirat keraguan dalam nada bicaranya, tapi aku percaya perasaanku nggak akan berubah.. Insya Allah.
    “memang..!! tapi bisakah beri aku satu janji. Pokoknya kalau aku sampai nembak kamu dimasa depan kamu nggak boleh nolak aku lagi.” pintaku sedikit memaksa kali ini.
    Dia tertawa kecil.
    “kamu ini aneh..”
    “tapi menarik juga sih.”
    “baiklah.. aku nggak akan nolak lagi tapi pastikan kamu menjadi seseorang yang pantas diterima.”

    Kami akhirnya tertawa bersama. Ini awal yang mengesankan. Permintaannya barusan bisa jadi motivasi buatku. Aku akan berusaha untuk itu. Karena aku ingin bersamanya dimasa depan.

    Cerpen Karangan: Juwita Aini

    Artikel Terkait

    Aku Suka Kamu
    4/ 5
    Oleh

    Berlangganan

    Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email