Judul Cerpen Menjemput Sunset di Ujung Dermaga
Matahari hampir saja tenggelam dari peradabannya, suasana yang tadinya memancar, perlahan tertutup oleh cahaya berwarna jingga dari sang Sunset.
Terlihat seorang gadis indigo berambut sepanjang 10 cm di bawah bahu tengah duduk membenamkan wajahnya di kedua lutut yang ia peluk di ujung Dermaga. Air mata telah mengalir deras di pipinya.
“Dasar anak bodoh. Apa kamu mau jadi anak pembangkang seperti abangmu hah?”
Plakkk!!
Kejadian yang dia alami di rumah tadi telah sukses mengguncang batinnya. Tamparan pedas dari sang Ayah masih terasa sangat perih di pipi kirinya. Tetapi rasanya masih belum bisa menandingi rasa pedas di hatinya.
Ia tak peduli akan hawa dingin yang mulai menyelimutinya, dia hanya peduli dengan perasaannya. Dia tak ingin, jika ia pulang nanti, Ayahnya akan kembali menamparnya dan menghina Abangnya, Dhenka.
Sebenarnya ia pun tak ingin membuat Ayahnya murka, tapi mau bagaimana lagi? ia tak bisa terus-terusan menuruti semua keinginan Ayahnya. Sedangkan keinginannya tak pernah sedikitpun dituruti oleh Ayahnya.
Tiba-tiba seorang pria menyelimutkan jaketnya ke tubuh Inchi. Inchi mendongak, didapatinya sosok Abang yang selama ini selalu jadi sasaran kemurkaan Ayahnya ketika Ayahnya menemukan titik kesalahan dalam dirinya.
Dhenka duduk melipat kedua tangannya di atas lutut, menatap Sunset yang hampir tiba.
“Bibi udah cerita ke Abang semuanya, Maafin Abang ya? gara-gara Abang, kamu jadi kena sasaran amarahnya Ayah?”
“Ini bukan salah Abang, udah cukup selama ini Abang nanggung semua kesalahan Inchi. Inchi yang salah, nggak seharusnya Inchi menentang keinginan Ayah.”
“Kalo aja dulu Abang nerima permintaan Ayah untuk jadi pria pembisnis, pasti Ayah nggak akan nimpahin permintaan itu ke kamu.”
“Itu haknya Abang, Abang berhak nentuin apa yang Abang inginkan.”
“Kalo Abang berhak, seharusnya kamu juga berhak Chi? kamu makhluk normal, kamu punya mimpi, dan kamu juga punya keinginan untuk mencapainya.”
Inchi tertunduk, dia tak berani menatap Abangnya.
“Abang rela ninggalin musik demi kamu.”
Inchi tersentak, “Jangan Bang? itu impiannya Abang, Abang harus tetep meraih impiannya Abang.”
“Dan ngebiarin kamu terus-terusan di kekang oleh Ayah? nggak akan Chi, kamu adek Abang, kamu segalanya buat Abang.”
Bruukk!!
Inchi langsung memeluk tubuh Dhenka dari samping.
“Inchi sayang Abang, Inchi nggak mau kehilangan Abang, Abang adalah satu-satunya orang yang bisa ngerti perasaan Inchi setelah Bunda pergi.”
Dhenka berbalik badan menghadap Inchi, “Itu kewajiban seorang Abang menjaga adeknya, sekalipun Abang harus bertaruh nyawa, Abang rela menjalaninya demi adek Abang, Demi kebahagiaan adeknya Abang.” Dhenka mengelus lembut pipi Inchi dan memeluknya.
“Inchi nggak tau gimana caranya membalas semua pengorbanan Abang.”
“Kamu cukup belajar yang rajin, dan raih mimpimu setinggi langit.”
“Inchi mau, Abang selalu ada buat Inchi, dan selalu menemani Inchi Menjemput Sunset di ujung Dermaga ini.” Inchi.
“Abang janji akan ngasih Sunset terindah buat kamu.”
Dhenka dan Inchi menatap Sunset yang telah datang, mereka melempar senyuman menatap Sunset yang indah, seindah orang yang saat ini mereka peluk.
Waktu berlalu, 3 tahun telah terlewati. Sekarang ini Inchi telah berhasil meraih mimpinya sebagai seorang penulis. Dhenka? 1 tahun lalu dia pergi karena tertimpa besi bangunan yang roboh saat menyelamatkan Inchi yang saat itu hampir saja merenggang nyawa. Meski terpukul, Inchi sangat bahagia karena dia pernah memiliki seorang Abang seperti Dhenka dan bisa merasakan bukti dari ucapan Dhenka bahwa Abangnya akan rela bertaruh nyawa demi dirinya. Ditambah lagi Ayah yang sudah berubah total, dari Ayah yang dulu arogan dan egois, sekarang berubah menjadi Ayah yang selalu mendukung apa yang diinginkan olehnya.
Hari ini adalah hari 1 tahun kepergian Dhenka. Saat Sunset hampir tiba, Inchi berdiri di ujung Dermaga yang sama dengan Dermaga tempatnya sering Menjemput Sunset bersama Dhenka.
“Inchi?”
Inchi menoleh, “Alvin?”
Alvin? ya, Alvin adalah pemuda tampan yang dikenalkan oleh Dhenka pada Inchi. Dan pemuda pertama yang berhasil membuat Inchi jatuh cinta. Selama ini Alvinlah yang selalu menemani Inchi Menjemput Sunset setelah Dhenka pergi.
Alvin berdiri di belakang Inchi, menggenggam kedua tangan Inchi.
“Aku emang nggak bisa ngasih Sunset terindah buat kamu, tapi,” ucapan Alvin terpotong ketika menatap Sunset yang setitik lagi akan terjadi.
Dan, Alvin merentangkan tangannya dan tangan Inchi.
“Hirup dalam-dalam udara disini?”
Inchi menghirup udara Sunset itu dalam-dalam lalu tersenyum ke arah kepala Alvin di samping telinganya.
“Tapi Aku bisa membuat kamu merasakan kembali Sunset terindah yang pernah kamu jalani.”
“Aku sayang kamu?” bisik Alvin lembut.
“Aku juga.” balas Inchi di sertai senyuman bahagianya.
TAMAT
Cerpen Karangan: Caesar Yollinchika
Facebook: Tuyyul MuDa
Matahari hampir saja tenggelam dari peradabannya, suasana yang tadinya memancar, perlahan tertutup oleh cahaya berwarna jingga dari sang Sunset.
Terlihat seorang gadis indigo berambut sepanjang 10 cm di bawah bahu tengah duduk membenamkan wajahnya di kedua lutut yang ia peluk di ujung Dermaga. Air mata telah mengalir deras di pipinya.
“Dasar anak bodoh. Apa kamu mau jadi anak pembangkang seperti abangmu hah?”
Plakkk!!
Kejadian yang dia alami di rumah tadi telah sukses mengguncang batinnya. Tamparan pedas dari sang Ayah masih terasa sangat perih di pipi kirinya. Tetapi rasanya masih belum bisa menandingi rasa pedas di hatinya.
Ia tak peduli akan hawa dingin yang mulai menyelimutinya, dia hanya peduli dengan perasaannya. Dia tak ingin, jika ia pulang nanti, Ayahnya akan kembali menamparnya dan menghina Abangnya, Dhenka.
Sebenarnya ia pun tak ingin membuat Ayahnya murka, tapi mau bagaimana lagi? ia tak bisa terus-terusan menuruti semua keinginan Ayahnya. Sedangkan keinginannya tak pernah sedikitpun dituruti oleh Ayahnya.
Tiba-tiba seorang pria menyelimutkan jaketnya ke tubuh Inchi. Inchi mendongak, didapatinya sosok Abang yang selama ini selalu jadi sasaran kemurkaan Ayahnya ketika Ayahnya menemukan titik kesalahan dalam dirinya.
Dhenka duduk melipat kedua tangannya di atas lutut, menatap Sunset yang hampir tiba.
“Bibi udah cerita ke Abang semuanya, Maafin Abang ya? gara-gara Abang, kamu jadi kena sasaran amarahnya Ayah?”
“Ini bukan salah Abang, udah cukup selama ini Abang nanggung semua kesalahan Inchi. Inchi yang salah, nggak seharusnya Inchi menentang keinginan Ayah.”
“Kalo aja dulu Abang nerima permintaan Ayah untuk jadi pria pembisnis, pasti Ayah nggak akan nimpahin permintaan itu ke kamu.”
“Itu haknya Abang, Abang berhak nentuin apa yang Abang inginkan.”
“Kalo Abang berhak, seharusnya kamu juga berhak Chi? kamu makhluk normal, kamu punya mimpi, dan kamu juga punya keinginan untuk mencapainya.”
Inchi tertunduk, dia tak berani menatap Abangnya.
“Abang rela ninggalin musik demi kamu.”
Inchi tersentak, “Jangan Bang? itu impiannya Abang, Abang harus tetep meraih impiannya Abang.”
“Dan ngebiarin kamu terus-terusan di kekang oleh Ayah? nggak akan Chi, kamu adek Abang, kamu segalanya buat Abang.”
Bruukk!!
Inchi langsung memeluk tubuh Dhenka dari samping.
“Inchi sayang Abang, Inchi nggak mau kehilangan Abang, Abang adalah satu-satunya orang yang bisa ngerti perasaan Inchi setelah Bunda pergi.”
Dhenka berbalik badan menghadap Inchi, “Itu kewajiban seorang Abang menjaga adeknya, sekalipun Abang harus bertaruh nyawa, Abang rela menjalaninya demi adek Abang, Demi kebahagiaan adeknya Abang.” Dhenka mengelus lembut pipi Inchi dan memeluknya.
“Inchi nggak tau gimana caranya membalas semua pengorbanan Abang.”
“Kamu cukup belajar yang rajin, dan raih mimpimu setinggi langit.”
“Inchi mau, Abang selalu ada buat Inchi, dan selalu menemani Inchi Menjemput Sunset di ujung Dermaga ini.” Inchi.
“Abang janji akan ngasih Sunset terindah buat kamu.”
Dhenka dan Inchi menatap Sunset yang telah datang, mereka melempar senyuman menatap Sunset yang indah, seindah orang yang saat ini mereka peluk.
Waktu berlalu, 3 tahun telah terlewati. Sekarang ini Inchi telah berhasil meraih mimpinya sebagai seorang penulis. Dhenka? 1 tahun lalu dia pergi karena tertimpa besi bangunan yang roboh saat menyelamatkan Inchi yang saat itu hampir saja merenggang nyawa. Meski terpukul, Inchi sangat bahagia karena dia pernah memiliki seorang Abang seperti Dhenka dan bisa merasakan bukti dari ucapan Dhenka bahwa Abangnya akan rela bertaruh nyawa demi dirinya. Ditambah lagi Ayah yang sudah berubah total, dari Ayah yang dulu arogan dan egois, sekarang berubah menjadi Ayah yang selalu mendukung apa yang diinginkan olehnya.
Hari ini adalah hari 1 tahun kepergian Dhenka. Saat Sunset hampir tiba, Inchi berdiri di ujung Dermaga yang sama dengan Dermaga tempatnya sering Menjemput Sunset bersama Dhenka.
“Inchi?”
Inchi menoleh, “Alvin?”
Alvin? ya, Alvin adalah pemuda tampan yang dikenalkan oleh Dhenka pada Inchi. Dan pemuda pertama yang berhasil membuat Inchi jatuh cinta. Selama ini Alvinlah yang selalu menemani Inchi Menjemput Sunset setelah Dhenka pergi.
Alvin berdiri di belakang Inchi, menggenggam kedua tangan Inchi.
“Aku emang nggak bisa ngasih Sunset terindah buat kamu, tapi,” ucapan Alvin terpotong ketika menatap Sunset yang setitik lagi akan terjadi.
Dan, Alvin merentangkan tangannya dan tangan Inchi.
“Hirup dalam-dalam udara disini?”
Inchi menghirup udara Sunset itu dalam-dalam lalu tersenyum ke arah kepala Alvin di samping telinganya.
“Tapi Aku bisa membuat kamu merasakan kembali Sunset terindah yang pernah kamu jalani.”
“Aku sayang kamu?” bisik Alvin lembut.
“Aku juga.” balas Inchi di sertai senyuman bahagianya.
TAMAT
Cerpen Karangan: Caesar Yollinchika
Facebook: Tuyyul MuDa
Menjemput Sunset di Ujung Dermaga
4/
5
Oleh
Unknown