Pelangiku Yang Telah Hilang

Baca Juga :
    Judul Cerpen Pelangiku Yang Telah Hilang

    Aku menunggu pelangi datang dalam derasnya hujan. Derasnya hujan memberiku harapan datangnya dia. Hujan semakin deras, namun dia tak kunjung datang. Semakin derasnya hujan, aku ragu akan kedatangannya. Bahkan Sang surya pun kembali ke peraduanya. Dan hujan pun mulai reda. Hingga aku dikejutkan akan panggilan ibuku.

    “Maudy, ayo segera masuk!!! semua sudah menunggumu untuk makan!” kata ibuku sambil menghampiriku
    “sebentar, aku masih menunggu kedatangannya” jawabku
    “sudahlah dia takkan datang” kata ibu sambil membelai rambutku.
    “baiklah, ibu duluan saja, aku akan menyusul” jawabku

    Aku adalah murid SMP Tunas Bangsa. Maudy biasa orang-orang memanggilku. Della adalah satu satunya sahabatku, dia tidak pernah mengecawakanku, tapi sejak saat itu aku ragu akan kesetiaanya dan semenjak saat itu dia jarang masuk sekolah bahkan sikapnya pun berubah. Aku merasa khawatir akan keadaanya, aku mulai menanyakan keaadaanya kepada guru, tapi saat aku menghampiri guru bel berbunyi. KRIIINGG!!!.. bel pun berbunyi, aku segera pulang dan mencari keberadaan Della.

    Aku pergi ke rumahnya, saat aku tiba ternyata rumahnya terkunci rapat, jendelanya pun tertutup oileh tirai bahkan berdebu seakan tidak ada penghuninya, lalu aku pergi menemui tetangganya. “pak dimana pemilik rumah ini?” tanyaku. “saya tidak tahu, tapi belakangan ini saya jarang melihatnya.” apa yang terjadi dengannya? batinku.

    Setelah samapai di rumah aku pergi ke kamar dan membaringkan tubuhku, aku SMS dia tak pernah menjawab, aku Telepon bahkan tak tersambung, tiba-tiba ibu mengejutkanku dengan membuka pintu tanpa mengetuknya dahulu. “maudy, ibu mau berbicara sesuatu” kata ibuku. belum sempat aku menjawab Adzan berkumandang. “mari kita sholat dahulu” ajak ayahku. “Baiklah…”

    Keesokan harinya aku penasaran tentang apa yang ingin ibu bicarakan kemarin. Aku segera menghampiri ibuku, tapi tiba-tiba handphoneku berdering, dengan semangat aku mengangkatnya, aku mengira bahwa telepon itu dari della tapi ternyata dari Bella saudara kembar della. “Hallo Maudy” kata bella. “hallo ini siapa ya?, lo kok tau nomor gue dari mana?” tanyaku
    “ini gue saudara kembar della, gua dapat nomor lo dari HP nya della”. “lho della punya kembaran, kok dia nggak pernah cerita sama gua, terus dimana della, gimana keadaanya?”
    “ya ini aku, kembarannya.. masa della nggak pernah cerita sama lo.. gue mau ngasih tahu lo tentang della. gini, sebenarnya della ada di Singapura. sejak dua bulan terakhir, Della mengidap penyakit, dia selama ini nggak pernah kasih tau lo karena dia nggak ingin kamu sedih.” jelas bella “APPAA”. Dia kok tega banget nggak pernah kasih tau gue tentang penyakitnya. Aku langsung menutup teleponnya lalu aku segera pergi kemar dengan mata yang berkaca-kaca. Tidak terasa aku tertidur di ranjang.

    Hingga hari-hari kulewati tanpa Della, aku berjalan dengan kesedihan dan kesunyian. hingga tak ada semangat dalam jiwaku. Aku berniat, akan pergi ke Singapura untuk menjenguk Della besok. aku mulai mengemasi barang barangku. Dan aku pun membeli tiket pesawat untuk besok. Tanpa kusadari ibuku berdir di belakangku dan bertanya padaku.
    “Maudy, kenapa kamu mengemasi barang-barang?” tanya ibuku. “aku ingin menjenguk della”. “jadi kamu sudah tau tetang della?” kata ibuku. “ya.. tapi kenapa ibu tidak memberitahuku tentang apa yang terjadi” tanyaku.”ibu Della yang berpesan pada ibu agar tidak memberitahumu, baiklah ibu membirikanmu izin untuk ke Singapura”

    Saking lelahnya, aku bangun kesiangan. Saat aku pergi ke bandara, peasawat yang aku tumpangi sudah terbang 1 jam yang lalu. Dengan perasaan kesal aku kembali ke rumah.
    Dan tiba-tiba “BRUUKK…!” Tanpa kusadari, aku pun keluar jalur dan tertabrak oleh taksi yang berlawanan arah denganku. Aku tak sadarkan diri beberapa jam. Setelah sadar aku sudah memakai alat pernafasan dan selang infus. aku melihat ayah dan dokter sedang berbincang-bincang.

    “Maaf… saya ingin berbicara dengan anda sebentar” kata dokter. “iya ada apa dok?” jawab ayahku. “begini kondisi Maudy semakin memburuk, kami dari pihak rumah sakit tidak dapat menanganinya, kami berencana merujuk pasien ke Singapura.” jawab dokter.
    “baiklah dok”. “kami akan bertanggungjawab atas keberangkatan pasien, kemungkinan besok pasien akan dipindahkan.” kata dokter. “baiklah dok, terimakasih” jawab ayahku.

    Keesokan harinya tepat pukul 08.00 pagi, aku telah siap di bawa ke Singapura. 1 jam kemudian kami telah sampai di sebuah rumah sakit yang besar nan mewah. lalu aku dibawa ke sebuah ruangan khusus untuk melakukan perawatan intensif. setelah menjalani perawatan intensif akhirnya aku dipindahkan di kamar reguler.

    Dua minggu telah kulewati di rumah sakit itu, tanpa keceriaan sedikit pun. tiba-tiba aku teringat jika Della juga di Singapura. Tapi aku belum tau pasti keberadaanya.Dan saat itulah aku masih memikirkanya.

    Keesokan harinya disaat aku mulai mengatakan keberadaan Della saat itulah keadaanku mulai kritis, dan aku tak sadarkan diri. Setelah beberapa hari aku tersadar dari koma. Aku pun berbincang-bincang dengan ibuku bahwa aku ingin bertemu Della. Ibuku mengatakan bahwa Della sudang tiada, saat aku terbaring lemah dengan komaku.

    Cerpen Karangan: Ika Neta Salma
    Facebook: Ikanurfianti Lestari

    Artikel Terkait

    Pelangiku Yang Telah Hilang
    4/ 5
    Oleh

    Berlangganan

    Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email