Kuliah Atau Mencari Jodoh

Baca Juga :
    Judul Cerpen Kuliah Atau Mencari Jodoh

    Kuliah dan Mencari Jodoh sama-sama diinginkan oleh setiap laki-laki maupun perempuan, dahulu mungkin mencari jodoh adalah hal Yang biasanya dilakukan oleh kaum laki-laki, tetapi seiring berkembangnya jaman, wanita seolah takut untuk tidak memiliki pasangan, mengingat populasi kaum lelaki sudah mulai sedikit ketimbang perempuan, hal ini membuat sebuah Fenomena yang saya sebut sebagai “Fenomena Kuliah atau Cari Jodoh”. Kuliah Juga merupakan sarana yang dapat menentukan karir seseorang menuju masa depannya, Masa depan mendapatkan pekerjaan dan masa depan membina keluarga, loh…! Kok bisa, kuliah dijadikan ajang perjodohan sih? Iya memang begitulah nyatanya hidup, beda DULU beda SEKARANG, kalau dulu orang berkeinginan kuliah hanya untuk mencari sebuah pekerjaan, sekarang Kuliah dijadikan ajang mencari jodoh, Jodoh itu memang sudah digariskan oleh Allah dan merupakan iktikad baik seseorang demi menjalankan sunnah Rasulullah.

    Seperti kisah yang diceritakan oleh salah seorang wanita bernama Nita, setelah tamat SMA Tahun 2010 lalu, banyak pria yang bermaksud meminangnya saat itu, tetapi karena alasan belum cukup umur dan masih ingin Kuliah Nita menolak beberapa pria yang melamarnya. Nita ingin sekali membuat keluarganya bahagia, lalu ia pun Kuliah Mengambil Jurusan Kesehatan di Medan, Nita merupakan anak perempuan satu-satunya dalam keluarga jadi ia berharap ketika selesai kuliah nanti bisa mendapatkan pekerjaan yang diimpikannya, sampai pada suatu ketika dalam kondisi masih kuliah ia dilanda beberapa masalah, ayah Nita kecelakaan ketika mau mengirimkan uang kuliahnya, dalam hati Nita bercampur perasaan yang tak karuan “apakah aku tetap melanjutkan kuliah ya, sedangkan ayahku kecelakaan”. Ungkap dalam hati Nita.
    Nita pun bingung, memikirkan akan hal itu, sebentar lagi sudah harus bayar uang kuliah ditambah lagi ayah yang selama ini mencari kan nafkah untuk membayar uang kuliahnya, tak dapat lagi bekerja.

    Nita sering menangis sendiri di kamar, namun orangtuanya tetap memberikan semangat untuk Nita lewat telepon, untuk tidak berlarut dalam kesedihan. Di sisi lain ia ingin keluarganya bahagia “kalau aku berhenti kuliah, itu sama saja dengan menyakiti hati mereka yang telah berjuang demi menguliahkan aku”. Cetus Nita.
    Sebentar lagi uang kuliah sudah harus dibayar, namun semenjak ayahnya kecelakaan ia jarang sekali menerima kiriman “uang”. Nita termenung sendiri di sudut ruang belajar di kampusnya.

    Tiba-tiba seorang lelaki datang menghampiri Nita namanya Zenudin (bukan nama sebenarnya), teman seruangan Nita dan bertanya tentang hal apa yang menimpanya dan Nita mulai menceritakan tentang permasalahan yang sedang dialaminya, Zen yang juga termasuk orang berada di kampusnya itu menawarkan diri untuk meminjamkan uangnya, Nita pun masih bingung dan tak tau harus menerima tawaran tersebut atau tidak, Kemudian Nita memberanikan diri untuk menerima tawaran tersebut dan Nita berjanji kelak akan melunasi pinjaman uang yang diberikan oleh Zen.
    “Bang Zen, uang bang Zen Nita lunasi kalau sudah ada uang Nita ya?” Ungkap Nita.
    “Iya dek Nita, pake aja dulu abang belum perlu amat kok”. Jawab Zen.
    Nita masih biasa saja dengan sikap Zen itu, dan setiap butuh uang Nita tak malu meminta pada Zen, akhirnya Nita pun menyelesaikan kuliahnya, dan kini Nita harus memikirkan bagaimana cara melunasi uang pinjamannya pada Zen.

    Keesokan harinya Nita menemui Zen dan bercerita kalau dia belum bisa melunasi uangnya.
    “Bang maaf ya, aku belum bisa melunasi uang abang”. Ungkap Nita dengan nada cemas. Nita takut kalau Zen akan marah besar padanya.
    “Jadi gimana dek, adek sebentar lagi kan udah pulang?” Jawab Zen.
    Dalam cemas Nita bingung harus menjawab apa,
    “Abang Zen udah rela berkorban demi aku, terus apa yang harus aku kasih buat dia”. ungkap Nita dalam hati.
    “dek gimana kalau abang nikahi adek dan uang abang anggap lunas?” Tambah Zen.
    Nita menjadi semakin bingung tak karuan, pikirannya mulai bercabang dan tak tau lagi harus berbuat apa karena di sisi lain Nita tidak menaruh cinta sedikitpun pada Zen,
    “Bang, bolehkah Nita diberi waktu dalam beberapa hari ini untuk menjawabnya”. Ungkap Nita, akhirnya Zen menyanggupi.

    Nita pun pulang ke kos-kosannya dengan perasaan tak menentu, sesampainya di kost Nita memikirkan tentang hal yang baru saja dialaminya.
    Nita berpikir keras dari berbagai segi ia perhitungkan jika tak menerima bang Zen maka sama saja ia menyusahkan kedua orangtuanya karena harus membayar uang yang cukup besar, sedangkan kondisi orangtua Nita masih kekurangan, tetapi jika Nita menerima Zen ia tak mencintainya, 2 pilihan ini begitu terasa sulit bagi Nita tetapi ia harus memilih 1 dari 2 pilihan itu.
    Nita tak egois dengan keputusan yang diambilnya, kini Nita sudah mendapatkan jawabannya.

    Besoknya Nita pun segera menemui Zen dan mengungkapkan akan penawaran Zen beberapa waktu lalu bahwa dia bersedia menikah dengan Zen, walau terasa berat dan merasa malu jika di kampung nanti menjadi pembicaraan orang, tetap saja ini adalah sebuah pilihan hidupnya dan dia yang lebih tau kondisi yang sebenarnya, dan sekarang Nita sudah sah menjadi milik Zen sepenuhnya. Walau bathin menangis menanggung semua ini dengan terpaksa…

    Dari keterpaksaan itulah ternyata Allah memiliki rencana yang baik untuk mereka. Jangan menyalahkan waktu, dan menyesali jodoh anda saat ini karena Allah-lah yang Maha Membolak-balikan hati manusia.

    Cerita di atas merupakan salah satu cara Allah mempertemukan jodoh seseorang, jika terjadi kesamaan tempat, nama merupakan kebetulan semata..

    Cerpen Karangan: Fika Nuril Anwar
    Blog: trijagrafika.blogspot.co.id

    Artikel Terkait

    Kuliah Atau Mencari Jodoh
    4/ 5
    Oleh

    Berlangganan

    Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email