Judul Cerpen Serupa Tapi Tak Sama
Sebuah mobil ambulan membawa seorang pasien perempuan telah tiba di rumah sakit dan aku pun mulai berlari menuju ruang operasi dan entah mengapa aku sangatlah gugup dan ketakutan padahal ini bukanlah kali pertama aku melakukan operasi dadakan karena telah terjadi kecelakaaan.
Baiklah aku pun mulai memasuki ruang operasi dan saat kulihat wajah pasien itu aku begitu terkejutnya hingga tak bisa berbuat apa-apa dan tubuhku mulai lemas begitu pun dengan wajah para perawat-perawat yang begitu keheranan melihat pasien itu bagaimana tidak wajah kami, ehmm… maksudku adalah wajahku dan pasien itu sangatlah mirip bahkan bukan hanya mirip tapi sama, hanya saja wajahnya sedikit memar karena kecelakaan. Baiklah aku tak boleh begini saja aku harus memulai operasinya “Mari kita mulai operasinya” sontak para perawat menjawab “baik dok”.
Dua jam telah berlalu operasi pun telah selesai, aku telah berhasil menyelamatkannya, aku tak tahu siapa dia tapi aku tak bisa berhenti memandanginya karena wajahnya yang begitu mirip denganku, aku sangatlah keheranan mengapa wajahnya begitu sama denganku, padahal seperti yang kutahu aku tak punya saudara kembar atau semacamnya, tapi mengapa perempuan ini begitu mirip denganku.
“Dokter Nirmala” panggil salah satu perawat “iya ada apa?” jawabku “apa dokter tidak mau pulang? operasi telah selesai dok dan ini juga sudah malam”. “ahh.. iya sebentar, oh iya di mana keluarga pasien ini sus?”. “ohh.. keluarga pasien sedang ada di luar negeri dok tapi orangtuanya telah mengirimkan semua biaya rumah sakit dan juga mereka mengatakan bahwa mereka tidak bisa datang kemari karena kesibukkan mereka”. “ohh.. begitu terima kasih informasinya sus”. Setelah mendengar apa yang dikatakan perawat tadi aku begitu kasihan melihat pasien ini, bagaimana tidak ia seperti ini tapi orangtuanya tidak datang kemari untuk melihatnya, padahal dia ini anaknya, ahh sudahlah lebih baik aku pulang ibuku pasti telah menunggu di rumah, sebaiknya aku cepat pulang saja.
Sesampainya di rumah aku pun langsung ke kamar dan seperti biasa ibuku pasti tertidur di kamarku karena telah lama menungguku pulang, biasanya aku akan membangunkan ibuku tapi untuk kali ini aku tak tega untuk membangunkannya, kulihat wajahnya yang tetap cantik menurutku di usiannya yang kian senja, untuk kali ini aku akan tidur bersama ibu seperti yang biasa kami lakukan dulu ketika aku masih kecil, ibu pasti menemaniku untuk tidur. Namun, kali ini bukan ibu yang akan menemaniku tidur, tapi aku yang akan menemani ibu tidur, aku ingin menjaga ibu dalam tidurnya seperti yang ibu lakukan dulu kepadaku.
“Kringgg….”
“Mala bangun nak, alarmu sudah berbunyi, ayo sholat shubuh nak” sontak saja aku terbangun dan aku pun langsung berlari untuk mandi dan kemudian sholat. Setelah sholat dan mandi aku langsung mengganti pakaianku dan turun untuk menyapa kedua orangtuaku sebelum berangkat
“ayo.. sarapan dulu nak”. “ahh.. ibu maaf tapi aku harus segera ke rumah sakit bu” aku mengambil selembar roti sambil mencium ibuku dan berlari ke mobil agar aku bisa sampai di rumah sakit tepat waktu.
Setibanya di rumah sakit seperti biasa aku langsung memeriksa semua pasien-pasien rawat inapku dan pasien terakhir yang kuperiksa adalah pasien semalam yang wajahnya mirip denganku dan pertama kali yang kuperiksa adalah namanya, hehehehe.. Iya aku ingin tahu siapa namanya, ternyata nama gadis ini adalah Citra Paramita, “ahh.. nama yang indah” bisikku dalam hati dan kulihat tanggal lahirnya dan saat itulah aku mulai terkejut karena…
“Nirmala” tiba-tiba ada suara yang memanggil namaku dan tak kusangka itu adalah suara pasien ini “ahh, iya anda sudah sadar” tanpa menjawabku dia malah menangis sambil memeluk tubuhku sekuat-kuatnya sambil bertanya “apakah kamu Nirmala Wiyata?”, aku pun menjawab pertanyaanya “iya, saya dokter Nirmala” dia pun mulai berhenti menangis dan mulai melepaskan pelukkannya, kemudian dia menceritakan segalanya padaku, bahwa ternyata aku dan dia adalah saudara kembar yang telah lama terpisah, lantas aku pun mulai bertanya padanya “siapa orangtua kandung kita?” dan citra pun menjawab bahwa orangtua kandung kami adalah orangtua yang bersamanya dan citra menceritakan padaku bahwa saat kami masih bayi orangtuaku meminta untuk merawat salah satu di antara kami dan orangtua angkatku membawaku dan karena pekerjaan membuat orangtua kandung kami harus membawa citra ke luar negeri sehingga kami semakin terpisah.
Setelah mendengar semua dari citra aku langsung pulang ke rumah dan menemui ibuku seakan tak peraya dengan semunya, ternyata memang benar bahwa selama ini aku bukanlah anak kandung ayah dan ibuku, aku pun menangis di pelukan ibuku begitu pun ibuku yang menangis sambil memelukku dengan erat seakan takut akan kehilangan diriku.
Dua hari setelah hari meyedihkan itu aku ke rumah sakit untuk menjemput citra, upsss.. maksudku kak citra, orangtua kandung kami sudah sepakat bahwa selama di Indonesia citra akan tinggal denganku, tentu saja dengan ayah dan ibu angkatku pastinya dan tak ada yang berubah aku akan tetap jadi anak ayah dan ibu angkatku, begitupun dengan citra akan tetap menjadi anak papa dan mama kami, ya… kami serupa tapi tak sama karena berbeda orangtua, walaupun sebenarnya kami lahir dari seorang ibu yang sama, tapi pada akhirnya kami akan tetap berbeda, hanya rupa kami yang takkan pernah berbeda.
Cerpen Karangan: Puspita Nuur Sanubari
Facebook: Puspita Sanubari
Sebuah mobil ambulan membawa seorang pasien perempuan telah tiba di rumah sakit dan aku pun mulai berlari menuju ruang operasi dan entah mengapa aku sangatlah gugup dan ketakutan padahal ini bukanlah kali pertama aku melakukan operasi dadakan karena telah terjadi kecelakaaan.
Baiklah aku pun mulai memasuki ruang operasi dan saat kulihat wajah pasien itu aku begitu terkejutnya hingga tak bisa berbuat apa-apa dan tubuhku mulai lemas begitu pun dengan wajah para perawat-perawat yang begitu keheranan melihat pasien itu bagaimana tidak wajah kami, ehmm… maksudku adalah wajahku dan pasien itu sangatlah mirip bahkan bukan hanya mirip tapi sama, hanya saja wajahnya sedikit memar karena kecelakaan. Baiklah aku tak boleh begini saja aku harus memulai operasinya “Mari kita mulai operasinya” sontak para perawat menjawab “baik dok”.
Dua jam telah berlalu operasi pun telah selesai, aku telah berhasil menyelamatkannya, aku tak tahu siapa dia tapi aku tak bisa berhenti memandanginya karena wajahnya yang begitu mirip denganku, aku sangatlah keheranan mengapa wajahnya begitu sama denganku, padahal seperti yang kutahu aku tak punya saudara kembar atau semacamnya, tapi mengapa perempuan ini begitu mirip denganku.
“Dokter Nirmala” panggil salah satu perawat “iya ada apa?” jawabku “apa dokter tidak mau pulang? operasi telah selesai dok dan ini juga sudah malam”. “ahh.. iya sebentar, oh iya di mana keluarga pasien ini sus?”. “ohh.. keluarga pasien sedang ada di luar negeri dok tapi orangtuanya telah mengirimkan semua biaya rumah sakit dan juga mereka mengatakan bahwa mereka tidak bisa datang kemari karena kesibukkan mereka”. “ohh.. begitu terima kasih informasinya sus”. Setelah mendengar apa yang dikatakan perawat tadi aku begitu kasihan melihat pasien ini, bagaimana tidak ia seperti ini tapi orangtuanya tidak datang kemari untuk melihatnya, padahal dia ini anaknya, ahh sudahlah lebih baik aku pulang ibuku pasti telah menunggu di rumah, sebaiknya aku cepat pulang saja.
Sesampainya di rumah aku pun langsung ke kamar dan seperti biasa ibuku pasti tertidur di kamarku karena telah lama menungguku pulang, biasanya aku akan membangunkan ibuku tapi untuk kali ini aku tak tega untuk membangunkannya, kulihat wajahnya yang tetap cantik menurutku di usiannya yang kian senja, untuk kali ini aku akan tidur bersama ibu seperti yang biasa kami lakukan dulu ketika aku masih kecil, ibu pasti menemaniku untuk tidur. Namun, kali ini bukan ibu yang akan menemaniku tidur, tapi aku yang akan menemani ibu tidur, aku ingin menjaga ibu dalam tidurnya seperti yang ibu lakukan dulu kepadaku.
“Kringgg….”
“Mala bangun nak, alarmu sudah berbunyi, ayo sholat shubuh nak” sontak saja aku terbangun dan aku pun langsung berlari untuk mandi dan kemudian sholat. Setelah sholat dan mandi aku langsung mengganti pakaianku dan turun untuk menyapa kedua orangtuaku sebelum berangkat
“ayo.. sarapan dulu nak”. “ahh.. ibu maaf tapi aku harus segera ke rumah sakit bu” aku mengambil selembar roti sambil mencium ibuku dan berlari ke mobil agar aku bisa sampai di rumah sakit tepat waktu.
Setibanya di rumah sakit seperti biasa aku langsung memeriksa semua pasien-pasien rawat inapku dan pasien terakhir yang kuperiksa adalah pasien semalam yang wajahnya mirip denganku dan pertama kali yang kuperiksa adalah namanya, hehehehe.. Iya aku ingin tahu siapa namanya, ternyata nama gadis ini adalah Citra Paramita, “ahh.. nama yang indah” bisikku dalam hati dan kulihat tanggal lahirnya dan saat itulah aku mulai terkejut karena…
“Nirmala” tiba-tiba ada suara yang memanggil namaku dan tak kusangka itu adalah suara pasien ini “ahh, iya anda sudah sadar” tanpa menjawabku dia malah menangis sambil memeluk tubuhku sekuat-kuatnya sambil bertanya “apakah kamu Nirmala Wiyata?”, aku pun menjawab pertanyaanya “iya, saya dokter Nirmala” dia pun mulai berhenti menangis dan mulai melepaskan pelukkannya, kemudian dia menceritakan segalanya padaku, bahwa ternyata aku dan dia adalah saudara kembar yang telah lama terpisah, lantas aku pun mulai bertanya padanya “siapa orangtua kandung kita?” dan citra pun menjawab bahwa orangtua kandung kami adalah orangtua yang bersamanya dan citra menceritakan padaku bahwa saat kami masih bayi orangtuaku meminta untuk merawat salah satu di antara kami dan orangtua angkatku membawaku dan karena pekerjaan membuat orangtua kandung kami harus membawa citra ke luar negeri sehingga kami semakin terpisah.
Setelah mendengar semua dari citra aku langsung pulang ke rumah dan menemui ibuku seakan tak peraya dengan semunya, ternyata memang benar bahwa selama ini aku bukanlah anak kandung ayah dan ibuku, aku pun menangis di pelukan ibuku begitu pun ibuku yang menangis sambil memelukku dengan erat seakan takut akan kehilangan diriku.
Dua hari setelah hari meyedihkan itu aku ke rumah sakit untuk menjemput citra, upsss.. maksudku kak citra, orangtua kandung kami sudah sepakat bahwa selama di Indonesia citra akan tinggal denganku, tentu saja dengan ayah dan ibu angkatku pastinya dan tak ada yang berubah aku akan tetap jadi anak ayah dan ibu angkatku, begitupun dengan citra akan tetap menjadi anak papa dan mama kami, ya… kami serupa tapi tak sama karena berbeda orangtua, walaupun sebenarnya kami lahir dari seorang ibu yang sama, tapi pada akhirnya kami akan tetap berbeda, hanya rupa kami yang takkan pernah berbeda.
Cerpen Karangan: Puspita Nuur Sanubari
Facebook: Puspita Sanubari
Serupa Tapi Tak Sama
4/
5
Oleh
Unknown