Tetap Di Sini, Dengan Perasaan Yang Sama

Baca Juga :
    Judul Cerpen Tetap Di Sini, Dengan Perasaan Yang Sama

    “Princess mau lewat. Princess mau lewat, kasih jalan.”
    Kalimat itu memang tak asing lagi di telinga Dinda. Meskipun merasa risi dengan kata itu, tapi ya gimana lagi. Apalagi yang bilang gitu adalah orang yang disukainya, ya harus terima lah.

    Dinda sama Riko emang deket banget. Riko juga sering sekali main ke rumahnya Dinda. Tapi sekarang ada yang beda dengan Riko. Ia sekarang menjadi lebih perhatian sama Dinda.

    Seperti biasanya Riko dan Dinda, sering chattingan. Tak menyangka pesan Riko ke Dinda tidak seperti biasanya, yang biasanya sering mengejek, sekarang berubah menjadi sedikit perhatian kepada Dinda. Dinda tak menganggap pusing dengan hal tersebut. Walaupun Riko sedikit menjadi jadi perhatiannya kepadanya tetapi, Dinda masih saja bersikap dingin pada Riko. Padahal sebenarnya Dinda ada segumpal rasa sayang pada Riko, tetapi ia tidak terlalu sibuk untuk merawat perasaannya pada Riko tersebut.

    Dinda memang orang yang tidak mau mempedulikan bagaimana perasaan orang-orang di sekitarnya terhadap dia, dari yang menyukainya sampai yang sangat membencinya.
    Semakin banyak hari yang berganti, perhatiaannya Riko semakin menjadi jadi terhadap Dinda. Ia sekarang mulai berpikir, kenapa Riko sekarang perhatian sama dia. Tapi ia tidak terbebani oleh itu, dia hanya berpikir enteng, mungkin Riko sedang menjebak Dinda dengan perhatiannya itu.

    Dinda kaget dengan pesan Riko, yang dipikirnya terlalu aneh
    “Din, aku pengen ketemu.”
    Dinda bingung, biasanya Riko kalau mau ketemu ya langsung nyamperin Dinda. Baru kali ini Riko bilang kalo mau ketemu Dinda.
    “kapan?” Dinda membalasnya dengan gugup
    “gimana kalau besok?”
    “besok aku ada acara, tapi kalau pagi aku bisa.” Dinda berharap agar Riko menjawab iya
    “iya, aku ke kelasmu ya”

    “Din, kamu chattingan sama Riko?”
    “kenapa?” dengan gugup Dinda membalas
    “aku besok mau cerita”
    “aku besok nggakk bisa, nanti aja ceritanya. Nanti aku telepon.” Dinda membalas dengan penuh penasaran.

    Jam menunjukkan pukul 08.00 malam. Tanpa pikir panjang Dinda lalu menelepon Nabil.
    “Hallo, Nabil?”
    “Dinda?”
    “Iya”
    “kamu chattingan sama Riko?”
    “kenapa ya?” dengan gugupnya Dinda menjawab
    “tadi Gita cerita sama aku, katanya Riko suka sama kamu.”
    “haaa? Masa?” Dinda kaget
    “iya beneran. Gita cerita sama aku kalo dia dikasih tau Angga. Angga bilang ke Gita kalo Riko itu suka kamu”
    “emm, iya. Sebenernya besok itu Riko ngajak ketemu.”
    “pasti Riko mau nembak kamu.”
    “terus besok aku harus gimana?”

    Dinda bingung jika yang dibilang Nabil itu benar. Dia mau jawab apa, jika Dinda nolak Riko, pasti hubungan Dinda sama Riko sudah enggak sedeket dulu. Jika Dinda nerima Riko, hubungan Dinda sama Gita yang akan hancur.

    “gimana ya Din, aku juga bingung. Kasihan Gita ya juga kasihan kamu. Emang Riko itu nggak punya hati ya.”
    “Bil, gimana ini. Besok aku harus gimana?”
    “tolak aja. Pasti kamu nggak suka Riko kan?”
    Dinda terdiam Nabil bilang gitu. Air matanya sudah tidak bisa ditahannya lagi.
    “ya nggak lah.” Dinda menjawab dengan menyembunyikan kesedihannya.
    “kalo gitu besok bilang kalo kamu pengen temenan aja.”
    Tak terasa sekarang sudah jam 11.15 malam. Nabil akhirnya menutup teleponnya.

    Dinda mencari-cari Riko tapi Riko tak muncul muncul. Dinda pun ngobrol dengan temannya temannya. Dinda terus terus memandang ke luar. Tapi Riko tak muncul-muncul. Tak lama kemudian Riko muncul, tapi dia tidak tidak nyamperin Dinda.

    Rasa sakit di hati Dinda belum hilang hilang. Dinda masih saja memikirkan Gita bukannya memikirkan Riko. Dia menjadi canggung saat ketemu Gita. Dinda merasa kalau dirinya yang bersalah bukannya Riko. Meskipun Gita masih bersikap baik sama Dinda, tapi Dindalah yang merasa tidak enak sama Gita. Dulu Dinda sangat deket sekali sama Gita, ya pastaslah kalau Dinda merasa tidak enak.
    Dinda juga berpikir kalau Nabil juga sebenarnya suka sama Riko. Karena dulu emang pernah dikabarkan kalau Nabil suka sama Riko. Bukan Cuma Nabil yang suka sama Riko, tapi banyak teman-teman Dinda yang suka sama Riko. Tapi kenapa yang dipilih Riko itu Dinda.
    Ahh bodoh. Kenapa Dinda harus mikirin cowok kayak gitu. Kenapa juga Dinda bisa suka sama cowok yang kayak gitu.

    “kalo mau ngomong sekarang aja. dateng ke sini.” Dinda mebalas dengan kesal
    “kamu kayaknya marah sama aku kok”
    “kalo kamu nggak ke sini sekarang aku tambah marah sama kamu”
    “bener kan. Kamu marah sama aku”
    “10 menit nggak sampe sini aku pulang”
    “iya iya aku ke sana”

    Dinda kesal banget sama Riko. Sudah 10 menit Riko tidak datang-datang.
    “aku udah di depan.”
    Nabil dan teman-temannya cari tempat untuk sembunyi biar tidak ketahuan sama Riko kalau sebenarnya Nabil juga di situ sama Dinda. Dinda menyiapkan perekam suara di hpnya. Biar nanti Nabil bisa tahu apa yang dibicarakan Riko.
    “mau ngomong apa?” Tanya Dinda ke Riko
    “entah”
    “aku beri 10 menit untuk ngomong” jawab Dinda kesal
    “10 menit kan lama” dengan santainya Riko menjawab pertanyaan Dinda
    Seperti yang diduga Nabil sebelunya, kalo Riko hari ini akan menyatakan perasaannya.
    “aku pengen lebih deket sama kamu Din”
    “ini kan udah deket”
    Dinda sama Riko malah jadi berantem. Mereka masih tetap dalam pendirian masing masing. Lima menit mereka diam-diaman, akhirnya Riko menyerah. Tempat itu sekarang jadi ramai, karena Nabil dan teman-temannya keluar dan nyamperin Dinda dan Riko. Mereka seolah-olah tidak mengerti apa yang terjadi antara Dinda dan Riko. Dinda lalu pergi meninggaklkan tempat itu dan membiarkan Nabil dan teman-temannya di sana.

    Sesampainya di rumah Dinda lalu mengirim pesan ke Riko yang bertuliskan permintaan maafnya pada Riko. Tapi, Dinda masih tidak bisa memberi tahu Riko kalau dia menolak Riko gara gara dia merasa tidak enak pada Gita. Dinda berharap setelah kejadian itu Riko tidak menjahuinya. Dinda melakukannya dengan memberi perhatian kepada Riko.

    Dinda setiap hari selalu membuat Riko agar tetap dekat dengannya, dia tidak ingin kalau Riko berpaling darinya. Tapi, sepertinya perhatiannya itu akan sia-sia, setelah hadirnya Elga di samping Dinda. Terdengar kabar kalau Elga dekat dengan dia, menjadikan Riko menjahuinya. Dinda memang sudah mengira kalau Elga suka dia dari dulu.

    Tetapi kehadiran Elga tidak bertahan lama, karena Dinda berusaha untuk menjauhi Elga agar Riko tidak berpaling darinya. Sekarang hubungan Dinda sama Riko masih terjalin dengan baik, semua yang dipikirkan Dinda sebelumnya tidak pernah terjadi. Yang dulunya Dinda berpikir kalau Riko akan menjauhinya itu tidak pernah terjadi.

    Setelah teman-teman Dinda tahu kalau Gita sudah punya pacar, meraka menyuruhnya untuk menerima cintanya Riko, tapi ya bagaimana lagi, Dinda sudah terlanjur menjawab tidak pada Riko.

    Mungkin Dinda sama Riko sudah ditakdirkan untuk tidak bersama. Karena cinta tak selalu memiliki. Tapi Dinda masih berusaha bertahan untuk Riko. Riko telah berjanji pada Dinda kalau sepuluh tahun kemudian Riko akan mengajaknya ke sebuah tempat yang selama ini telah diimpikannya.

    Cerpen Karangan: Esti Retno Listiyani
    Facebook: Esti Retno Listiyani

    Artikel Terkait

    Tetap Di Sini, Dengan Perasaan Yang Sama
    4/ 5
    Oleh

    Berlangganan

    Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email