Jimmy Bersamaku

Baca Juga :
    Judul Cerpen Jimmy Bersamaku

    Tiga tahun aku sudah aku bersahabat dengan Jimmy Mahendra, kakak kelasku. Walau lebih tua dia dariku, aku tak biasa memanggilnya kak. Sulit kalau jadi anak yang ngehits di kelas seperti dia. Ke mana mana selalu direbutin para cewek cewek konyol yang sukanya minta foto dan tanda tangannya. Sebelumnya perkenalkan namaku Fadli Alamsyah, kelas 10 MIPA 2. Aku dan Jimmy bersekolah di SMA Purnama, Jakarta.

    “Jim sabtu besok ada acara nggak” tanyaku
    “Menurut schedule yang kubuat sih tidak ada. Emangnya ada apa.”
    “Climbing yuk.”
    “Asyik juga tuh. Aku mau kok”
    “Oke sip. Besok aku jemput dari rumah jam 8 yah.” ajakku.
    “Ya.”

    Sabtu yang dinantikan telah tiba. Aku dan Jimmy bergegas menuju tempat hunting. Terpukaunya kami dengan panorama yang tiada banding itu. Jimmy langsung merogoh tasnya dan mengambil sebuah kamera bermerek Canon itu langsung dipotretnya panorama tersebut. Setelah 10 menit aku menunggunya mengambil gambar. Akhirnya kami pun bergegas segera climb di arena tersebut. Kami segera memasang alat mainnya. “Jim ayo kita mulai”. “Ayo!”. Aku dan Jimmy dengan gesit memanjat lubang demi lubang. Dan kejadian tragis ini terjadi. Jimmy terpeleset dari pijakannya, kepalanya terbentur tembok clim dan dia jatuh melayang karena alat climbnya masih mengikat tubuhnya. “Jimmy!!!” teriakku.

    “Aku a.. ada di mana Li.”
    “Tenang Jim, kamu sekarang di rumah sakit.”
    “Kamu tadi jatuh.”
    “Kepalaku terasa sakit Li. Pusing.”
    “Iya memang tadi kepalamu terbentur dinding.”
    “Cobalah tetap tenang Jim. Ada aku dan dokter di sini.”

    Setelah tiga hari dirawat. Jimmi pun diperbolehkan pulang oleh dokter. Jimmy kembali sekolah bersamaku. Jimmy pernah mengatakan kalau dia lahir pada tanggal 18 September. Dan hari itu adalah besok. Jimmy pun lupa dengan ulang tahunnya, ya mungkin karena benturan keras di kepalanya membuat dia lupa sementara. Hari itu pun tiba. Sepulang sekolah aku dan teman teman yang lain segera pulang awal menuju rumah Jimmy mendahuluinya pulang untuk memberinya kejutan.

    “Tok… tok… tok. Mah mamah Jimmy pulang Mah.” Setelah lima menit menunggu tak ada jawaban si mama. Tak sabar Jimmy pun membuka pintunya yang tak terkunci itu. “Kenapa lampunya mati, mah.. mah Mamah ke mana?” ujarnya dengan wajah pucat usai sembuh dari sakitnya. Tiba tiba Jimmy pun terkejut ketika lampu menyala terang. “Happi birthday Jimmy.” Semua teman teman sekelasnya mengucapkan selamat pada Jimmy termasuk aku. “Fadli.. Teman teman… Mamah.”
    “Mamah sayang kamu nak.” pelukan mamahnya membuatnya terharu melihat kejutan tersebut.
    “Sudah cepat tiup lilinnya Jim, keburu mati.”
    “Baiklah.”

    “Tiup lilinnya.. Tiup lilinnya… Tiup lilinnya sekarang…” belum selesai kami menyanyi. Jimmy pun jatuh terkapar lemas di lantai. “Jimmy!!!” teriak mamahnya. Karena panik, aku gelagapan menelepon dokter. Kami segera membawanya ke rumah sakit.

    “Dok tolong selamatkan anak saya dok!” mohon mamahnya. Dokter menekan hening nadinya. “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Dia sudah tiada bu”. “Jimmy!!!” jerit mamanya dan seketika pingsan.

    “Jim aku akan selalu bersamamu. Walau kita beda dunia.” ujarku memegang tangan dingin Jimmy dan menangis.

    Cerpen Karangan: Nanda Dwi Irawan
    Facebook: Nanda Dwi Irawan

    Artikel Terkait

    Jimmy Bersamaku
    4/ 5
    Oleh

    Berlangganan

    Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email