Jatuh Cinta Atau Jatuh Hati?

Baca Juga :
    Judul Cerpen Jatuh Cinta Atau Jatuh Hati?

    Saat-saat yang mendebarkan, apakah mungkin aku akan berada di Sekolah favoritku? Ternyata Tuhan berkehendak lain, aku gagal putus asa dalam nyatanya aku tidak bisa menorehkan perasaanku untuk sekolah favoritku.

    Namaku Fatimah, yang baru saja kehilangan harapan, karena sekolah yang kuidam-idamkan bukan rezekiku, tak lama berselang temanku Maimun menegurku “Sudah lah Fatimah, jangan kau pikirkan, mungkin Alloh berkehendak lain, coba buka matamu masih banyak sekolah lain yang mau menerimamu”, “Bukan itu Mai, aku ingin sekali membanggakan orangtuaku, kau tau kan aku yang jadi kebanggaan mereka” sahutku pahit, “Iyah Fatimah aku tau tapi mungkin ada rencana Alloh yang lebih indah” balas Maimun sembari menenangkanku, “Kau benar Mai, lantas aku harus bagaimana, sekolah mana Mai?”, “tak usah resah Fatimah, kau bisa bersekolah di sekolahku” jawab Maimun,
    Aku pun membalas dengan senyum masam.

    Tertutupnya PPDB, terbukannya awal jalan baru bagiku di SMP ku yang baru yang tak pernah kuharapkan, ruang kelas yang dipenuhi coretan-coretan, kamar mandi yang usang menemaniku selama 3 tahun yang akan datang.
    “Harusnya aku bisa belajar lebih keras lagi, tapi nasi sudah menjadi bubur. Walaupun begitu tetap harus aku jalani” gumamku

    Hari-hari pun berlalu, sudah tidak terbayangkan hal-hal mengerikan sekolah ini, tergantikan dengan teman-teman yang sangat menyenangkan, guru-guru yang care, ditambah lagi baru-baru ini aku akan memulai ujian semester pertamaku, kebahagiaan serasa menyelimutiku, aku pun masih berteman akrab dengan Maimun serta teman-teman sekelasnya, dia lebih tua setahun di atasku.

    Ujian semesterku dilaksanakan 1 pekan, dan tempat duduknya diacak tak terbayangkan aku harus sebangku dengan kakak kelasku yang sangat jail, setiap hari selama ujian semesterpun tak pernah terlewatkan 1 hari tanpa dijailinnya diriku..
    Hingga hari terakhir ujian semester pertamaku dia Putra menyatakan perasaannya bahwa ia telah terlena olehku. Sontak terkejutku, seperti pohon yang tiba-tiba tergugur daun-daunnya. Aku tak membalas apapun karena aku tak ingin menyakiti hatinya dan hatiku. Terpikir bahwa dia hanya main-main saja, ternyata salah.

    Hari senin kami bertemu di dekat kamar mandi, dia memandangku dengan sejuta pertanyaan menunggu satu pernyataan dariku, karena saat itu aku hanya ingin memuaskan senyumnya aku pun menjawab “Ya Putra” dia pun berlari ke kelas dengan bahagianya. Setiap hari tak pernah terlewati tanpa senyuman saat berpapasan dengannya, kejailan Putra selalu dapat membuatku tertawa lebih kencang dari biasanya, perlahan perasaanku mulai berubah menyanyanginya.

    Lambat laun kami pun menjalani status rumit ini, tapi yang membuatku bertahan karena sikapnya yang sopan terhadapku. Hingga akhirnya bunda dan ayah mengetahui bahwa aku menjalin hubungan dengannya, dan mereka pun mengutukku sejadi-jadinya. Karena mengetahui bahwa Putra bukanlah orang jawa, dan bukan lelaki yang sekeyakinan dengan keluargaku

    Aku pun memutuskan kebahagianku dengannya, mudah saja kuucap “Putra maaf bunda sudah mengetahuinya, kita tak dapat lagi bersama” menyiksa sekali mengucapkannya dengan nafas terhela Putra pun menjawab “tak apa-apa Fatimah, mungkin suatu saat nanti jika Tuhan menakdirkan kita bersama” seraya menutupi keluh dimatanya dengan senyum, aku pun hanya mengangguk.
    Airmata terus menembus melembabkan lesung pipiku, dan dia pun begitu, semuanya berjalan menyakitkan.

    Periode berlalu begitu cepat hingga kelulusan pun menyertainya, tersisa aku sendiri dan kenanganku yang masih melengkapi rasaku yang Jatuh Cinta bersamanya hingga Jatuh Hatiku sendirian.

    Cerpen Karangan: Sonya
    Blog / Facebook: Siti Sonyaa S

    Artikel Terkait

    Jatuh Cinta Atau Jatuh Hati?
    4/ 5
    Oleh

    Berlangganan

    Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email