Love Street (Part 1)

Baca Juga :
    Judul Cerpen Love Street (Part 1)

    Kenalkan nama gue Teresia putri, Pagi ini aku baru saja masuk smp. Pagi ini aku segaja berangkat cepat supaya tidak telambat.
    “Ma tere berangkat sekolah dulu ya?” ucapku.
    “Iya hati hati.” jawab mamaku.

    Aku berjalan keluar dari pintu pagar, Di tengah perjalanan aku mengambil novel dari tasku. Memang aku gemar membaca novel, Aku berjalan sambil membaca novel. Karena jalan kesmpku memang sama dengan ke-sd ku dulu, jadi sudah hafal jalan.

    Setelah cukup jauh aku berjalan akhirnya aku sampai di smp. Aku terus melangkah tampa memperhatikan jalan.
    Tiba tiba ‘Brukk’ aku bertabrakan dengan seseorang hingga terjatuh.
    “Sorry.” ucapnya sambil mengulurkan tangan.
    Aku menggapai tangannya dan dia menarik tanganku hingga aku berdiri.
    “Nih novel kamu.” ucapnya sambil memberikan novelku. Aku hanya mengambilnya dengan kepalaku yang menunduk.
    “Kok diam?” tanyanya. Aku masih tak menjawab hanya menundukkan kepala.
    “Heyy..” panggilnya sambil memegang daguku, supaya aku memandangnya. Dan sekarang aku sedang menatapnya, dia mengunakan rompi dengan tulisan osis.
    “Sorry ta-ta-tadi aku tidak melihat jalan Sorry.” Ucapku sambil berlari meninggalkannya.
    “Hey nama kamu siapa?” tanyanya. Aku hanya menghiraukannya dan terus berlari menuju kelas.

    Sesampainya di kelas.
    “Yeyy… tere kita sekelas rupanya. Awalnya kukira aku bakal gak ada kawan.” ucap renita.
    “Benarkah?” tanyaku.
    “Rasanya lo gak pernah berubah deh.” ucapnya.
    “Benarkah?” ucapku lagi.
    “Iya hanya sifat dingin dan novel terus.” ucapnya. Aku tak membalasnya aku berjalan menuju kursi duduk terletak di sebelah renita dan meletakkan tas dan buku novelku di laci.
    “Keluar yuk.” ajak renita.
    “Ya.” jawabku. Dia menggandeng tanganku.
    “Kamu pun gak berubah, hobi banget gandeng tangan aku.” ucapku sambil menatapnya, dia hanya tersenyum melihatku. Lalu kami tegak di luar kelas.

    Tak lama kemudian bel pun berbunyi kami langsung berbaris di lapangan.
    Setelah semua siswa berbaris semua tiba tiba seorang laki laki maju kedepan dan mengambil mikrofon dan…
    “Saya ucapkan selamat datang kepada siswa dan siswi yang baru masuk, Sebentar lagi osis akan mengadakan penggantian anggota setiap kelas mengusulkan maksimal 3 orang, saya selaku ketua osis mengucapkan terima kasih atas perhatiannya sebentar.” ucapnya sambil menyerahkan mikrofon kepada guru di sebelahnya. Aku menatapnya sebentar.
    “Sepertinya dia cowok yang tadi aku tabrak.” pikirku.

    Setelah dari lapangan kami masuk kelas. Tak beberapa lama kemudian seorang guru wanita masuk.
    “Selamat pagi anak anak.” sapa ibu itu.
    “Pagi buk.” balas semua siswa dan siswi.
    “Pekenalkan nama ibu, Ratnawati. kalian bisa panggil ibu, ibu ratna atau ibu wati. dan pagi ini kita akan adakan pemilihan ketua kelas, wakil dan sekretaris.” ucap ibu ratna.
    “Baik buk.” jawab semua siswa/i.
    “Di sini siapa yang pernah menjadi ketua kelas?” tanya ibu ratna. Hanya ada dua orang laki laki yang mengangkat tangan.
    “Oke kalian maju ke depan. dan yang pernah jadi wakil angkat tangan.” ucap ibu ratna.
    “Tere lo kan pernah jadi wakil, angkatlah tangan.” bujuk renita. Aku tak berkomentar hanya diam saja. Akhirnya renita mengangkat tanganku.
    “Renitaku sayang ngapain angkat tangan?” ucapku marah.
    “Supaya lo jadi wakil.” jawabnya santai.
    “Tapi kamu musti jadi sekretaris ya.” ucapku.
    “Iya iya.” jawabnya. Dan aku mengangkat tangan.

    “Hanya satu? maju ke depan.” tanya ibu ratna, Aku berjalan ke depan.
    “Jadi siapa yang mau jadi sekretaris?” tanya ibu ratna. Lalu renita pun angkat tangan.
    “Gak ada yang minat cuma satu?” tanya ibu ratna bingung.
    “Ya udah kamu maju ke depan.” sambung ibu ratna, Lalu renita maju ke depan dan tegak di sampingku.
    “Oke setelah ibu lihat lihat ketuanya kita lakukan secara voting. yang di kanan namanya siapa?” tanya ibu ratna.
    “Rahman bu.” jawabnya.
    “Kamu?” tanya ibu ratna sambil menunjuk yang disebelah kiri.
    “Steven.” jawabnya.
    “Jadi siapa yang milih rahman jadi ketua kelas angkat tangan?” ucap ibu ratna. Cuma ada 10 orang yang angkat tangan tidak termasuk aku dan renita.
    “Jadi sudah pasti yang jadi ketua kelas kita adalah steven dan karena yang mau jadi wakil dan sekretaris masing masing satu jadi langsung ibu angkat aja, nama kamu siapa?” tanya ibu kepala sekolah sambil menunjukku.
    “Teresia.” jawabku datar.
    “Kamu?” sambil menunjuk renita.
    “Renita bu.” jawab renita lembut.
    “Dan kalian juga akan ikut anggota osis. kalian dipersilakan kembali duduk.” ucap ibu ratna. Lalu kami kembali duduk.

    “Cie yang jadi wakil.” ejek renita.
    “Ini kan juga kemauan lo.” jawabku sambil mengambil novel yang ada dilaci.
    “Pasti mau baca novel lagi.” ucap renita.
    “Menurut lo apa?” tanyaku datar.
    “Ya lo mau baca novel.” jawabnya.
    “Ya udah.” jawabku datar sambil membaca novel.

    Tak beberapa lama kemudian.
    “Yang dipilih jadi anggota osis sekarang maju ke depan.” ucap seseorang.
    “Hei… tere ayo maju.” panggil renita sambil menarik tanganku.
    “Kamu aja yang daftarkan namaku.” jawabku malas.
    “Ayuk.” panggilnya sambil menarik tanganku dengan paksa.
    “Iya iya..” jawabku sambil berdiri sambil memegang novel ditangan kiri sedangkan tangan kananku ditarik.
    “Kalau bukan lo yang paksa pasti gue gak akan mau maju kedepan melakukan hal yang gak penting.” jawabku sambil masih membaca novel.
    “Nanti kalian ikut saya ke ruang osis.” ucapnya.
    “Bukannya ini suara cowok yang tadi pagi kutabrak.” pikirku lalu mengangkat kepalaku dan merapikan rambutku yang menutupi muka.
    “Ehh.. lo kan yang tadi..” ucapnya sambil menatapku. Aku hanya tersenyum, lalu kembali menunduk untuk menulis identitas untuk anggota osis.
    “Oke sekarang kalian ikut saya.” ucapnya sambil mengambil buku identitas osis dan berjalan duluan. Tanganku kembali ditarik renita aku hanya ikut dan terus membaca novel.
    “Eh tunggu dulu nama koko siapa?” tanya renita.
    “Devin. Panggil ko dev atau ko devin atau lo gue juga boleh.” jawabnya santai. Aku masih terfokus dengan novelku.
    “Hei.. kawan lo itu kok diam saja?” tanya ko devin sambil menunjukku.
    “Orangnya memang kayak gitu cuek plus dingin.” jawab renita, Aku hanya menatapnya sebentar lalu kembali membaca buku.
    “Ko devin, kan jadi ketua osis pasti banyak cewek yang gejar ngejar kan?” tanya steven.
    “Alayy..” ucapku.
    “Hei..!!!” ucap renita sambil memukul bahuku, Aku hanya melihatnya sekilas lalu kembali membaca.
    “Itu hal yang wajar siapa cewek yang gak mau punya pacar seorang pemimpin.” jawabnya santai sambil menepuk bahu steven.
    “Tapi ko dev gak pernah naksir gitu?” tanya steven lagi.
    “Belum pernah, tapi baru saja koko naksir seseorang.” jawabnya sambil tersenyum.
    “Emang tipe koko kayak mana?” tanya renita.
    “Yang pasti, ceweknya gak ribet, gak manja, cuek atau dingin dan pintar.” jawabnya Dan semuanya pada menatap ke arahku.
    “Apa?” tanyaku bingung.
    “Gak ada.” jawab renita.
    “Ya udah.” jawabku sambil kembali fokus ke novelku.
    “Tapi satu hal yang aku mau tanya, kenapa lo memberitau tipe cewek yang lo suka?” tanyaku sambil melepaskan tanganku dari gandengan tangan renita.
    “karena gue ditanya pasti gue jawab.” balasnya sambil tersenyum padaku.
    “Tadi katanya mau ke mana? iya tadi mau ke ruang osis, kalau gitu aku jalan dulu kutunggu di depan ruang osis. Bye..” ucapku sambil berjalan lebih cepat dan membaca novelku.
    “Cewek aneh.” ucap ko devin namun aku hanya menghiraukannya dan terus berjalan ke ruang osis.

    Setelah sampai di depan ruang osis aku tegak di sebelah pintu sambil menyilangkan kaki kanan di depan sambil membaca novel dan memasukkan tangan kanan kedalam kantong rok ku.
    Setelah 15 menit kemudian mereka datang dengan peserta yang lain.
    “Dasar ketua osis lemot.” ucapku kesal sambil menutup buku novelku.
    “Cewek aneh.” balas ko devin kesal sambil membuka pintu ruangan osis, Lalu kami masuk.
    “Anggota osis yang baru silakan duduk. perkenalkan nama gue devin boleh dipanggil ko dev atau ko devin atau lo gue pun juga gak papah da..”
    “Langsung aja ke inti gak usah berbelit belit.” uacapku memotong pembicaran ko devin.
    “Iya sabar neng nih baru mau masuk inti…” balasnya.
    “Oke perkenalkan ini shellya wakil ketua osis, kalian bisa panggil kak shellya…” sambungnya sambil menunjuk seorang cewek yang baru masuk.
    “Hai…” sapanya sambil melambaikan tangan.
    “Hai…” jawab semua anggota osis. Aku hanya diam saja dan sambung membaca novelku.
    “Jadi sabtu ini adalah hari ulang tahun smp kita jadi setiap kelas harus memilih dress codenya lalu beri laporan kepada osis, makanya kami meminta 3 orang dari setiap kelas.” ucap ko devin.
    “Jadi harus long dress tapi warnanya tentuin satu kelas, oke?” sambung kak shellya.
    “Oke kak.” jawab seluruh anggota osis sedangkan aku sibuk membaca novelku.

    “Hei… kamu yang lagi baca novel dengar apa yang koko jelaskan?!” tanya ko devin sambil menatapku.
    “Dengar.” jawabku datar sambil menatapnya.
    “Apa yang koko jelaskan tadi?” tanya lagi.
    “Sabtu ini hari ulang tahun smp kita jadi setiap kelas harus memilih dress code tapi musti long dress. lalu melaporkannya ke osis makanya koko minta 3 orang dari setiap kelas. Udah kan.” ucapku lalu kembali membaca novel.
    “Bisa perhatikan sebentar.” ucapnya lagi.
    “Udah..!!” jawabku sambil menaikan nada suara dan berdiri.
    “Sekarang kamu keluar dari ruangan osis!!” bentaknya sambil menunjuk ke arah pintu.
    “Oke, emang lo kira gue mau ikut ini!!” bentakku balik sambil berjalan keluar.
    “Cowok lemot sok kecakepan.” ucapku marah.
    “Apa tadi lo bilang?!” tanyanya dari dalam ruang osis.
    “Cowok lemot sok kecakepan.” jawabku kasar lalu berjalan kembali kekelas.
    “Cewek aneh.” balasnya dengan suara yang keras hingga aku dapat mendengarnya.

    Sesampainya di kelas aku langsung duduk.
    “Ternyata gak ada guru, berarti free time.” ucapku pelan lalu kembali membaca novel.

    Tak lama kemudian.
    “Hei… lo itu gimana sih?!” bentak seseorang.
    “Seperti suara cowok.” pikirku.
    “Apa? lo mau jadi sama seperti si ketos itu.” bentakku kepada steven yang di sebelahnya ada renita.
    “Ayo lah jadi cewek jangan garang garang nanti gak laku lo.” sambung renita.
    “Renita ku sayang kamukan tau aku itu kayak mana orangnya, jadi gak usah bilang gitu lagi bosan dengarnya.” balasku.
    “Nih tadi ketos itu nitip kekita suruh lo keruang osis sekarang.” ucap steven.
    “Malas.!!” jawabku.
    “Cepat aja.” sambung renita.
    “Iya iya…” jawabku sambil berdiri dari tempat duduk dan berjalan ke ruang osis.

    Sesampainya di ruang osis.
    “Ngapain lo panggil gue?!” tanyaku hanya menatap punggungnya.
    “Ngapain?!” tanyaku mulai marah.
    “Ahh sudahlah aku balik kelas aja… bosan menghadapi cowok aneh kayak lo.” sambungku sambil melangkah keluar dari ruang osis.
    “Tunggu..” ucapnya. Aku menghentikan langkahku.
    “Gue panggil lo ke sini buat.. nih ambil.” ucapnya sambil memberikan sebuah jaket.
    “Buat apa?” tanyaku.
    “Ini jaket osis. Cepat ambil.” ucapnya sambil melemparnya ke arahku.
    “Santai ajalah kasihnya. cuma buat ini? buang buang waktu gue banget.” ucapku sambil berjalan meninggalkan ruang osis.

    Aku kembali ke kelas.
    “Tere kami udah putuskan bakal pake long dress warna green yang cowok pake jas warna hijau kemeja dalam putih pake dasi juga keren pokoknya, warna kesukaan lo jugakan.” ucap renita.
    “Aku setuju, cuma aku gak ada yang long dress.” ucapku.
    “Tenang kita nanti ke mall gue pun juga gak ada, kita bareng bareng aja cari.” Sambung renita.
    “Kapan?” tanyaku.
    “Kalau tadi gak salah dengar waktu lo gak ada kamis sama jumat libur karena persiapan ultah sekolahnya di hotel.” jawab renita.
    “Ya udah.” sambungku sambil berjalan kekursi duduk.
    “Tapi kita belum lapor ketua osis.” sambung renita.
    “Nanti suruh aja steven yang lapor.” jawabku sambil duduk dan kembali membaca novel.
    “Iya pintar juga lo.” sambung renita.
    “Aku kan memang pintar.” jawabku. Lalu renita pergi suruh steven kasih laporan dress code kelas kami.


    Tak lama kemudian bel istirahat berbunyi.
    “Tere kantin yuk.” ajak renita.
    “Malas.” jawabku masih fokus ke novelku.
    “Ayuk.” ucapnya sambil menarik tanganku, aku hanya ikut pada tarikkannya dan meninggalkan buku novelku di meja.
    “Eh rasanya sebelum gue pergi suruh steven kasih laporan lo kan ada bilang sesuatu. apa?” tanya renita.
    “yang mana?” tanyaku balik (bingung).
    “Yang tadi itu.” sambungnya.
    “Ooo itu Aku kan memang pintar.” jawabku.
    “Aku tau lo pintar dipelajaran tapi tidak pintar dalam hal cowok.” sambung renita.
    “Itu lo tau.” sambungku.
    “Gue itu sedang dalam hal pelajaran tapi pintar dalam hal cowok.” ucapnya.
    “Ya aku tau itu.” jawabku.
    “Eh ada yang memperhatikanmu lo.” ucap renita.
    “Biar aja.” sambungku malas.
    “Eh tunggu dulu dia kan ko devin. dia lihatin kamu terus lo, jangan jangan dia suka sama kamu kali.” goda renita.
    “Jadi gak ke kantin? kalau gak aku balik ke kelas lagi nih.” sambungku.
    “Iya jadi.” jawabnya, lalu kami mempercepat langkah ke kantin.

    Di kantin.
    “Tere lo mau pesan apa? biar gue pesankan.” tanyanya.
    “Gak ah aku gak lapar.” jawabku.
    “Ya udah kalau gitu kamu duduk dulu aja.” sambung renita sambil berjalan ke kerumbunan orang untuk memesan makanan. Aku mencari tempat duduk.
    “Ih mimpi apa aku kemarin kok aku bisa ketemu cowok kayak gitu.” pikirku.
    “Apa jangan jangan dia betulan suka sama aku.” pikirku.
    “Tapi kan gak mungkin. tapi dia keren juga.” pikirku.
    “Duh kok jadi mikirin dia.” ucapku.
    “Ayo pikirin siapa?” tanya renita yang ternyata sudah siapa memesan.
    “Gak ada.” jawabku.
    “Gak ada apanya. tadi kamu bilang duh kok jadi mikirin dia? dia siapa? jangan jangan ko devin.” terka renita.
    “Engak ada.” jawabku.
    “Yakin?” tanyanya lagi.
    “Udah lah.” ucapku. Lalu renita menghabiskan makanan yang telah dia pesan.
    setelah itu kami kembali ke kelas.

    Pagi hari datang lagi waktu aku berangkat sekolah 06.30
    “Ma tere berangkat ya.” ucapku.
    “Kok pagi kali?” tanya mamaku.
    “Pagi ini ada rapat osis jadi musti berangkat pagi.” jelasku.
    “Ya udah hati hati.” sambung mamaku.
    “Iya jaket?!” ucapku dengan sedikit keras.
    “Jaket? bikin mama terkejut aja.” balas mamaku. Aku berlari ke kamar memgambil jaket.
    “Aku berangkat.” ucapku lagi sambil berlari keluar rumah.

    Sesampainya di sekolah 07.05
    “Mati aku telat 5 menit.” ucapku sambil berlari ke ruang osis.
    “Sorry aku telambat.” ucapku dari depan pintu dengan nafas yang tidak teratur.
    “Anggota baru masa terlambat, kenapa bisa terlambat?” tanya kak shellya. Tiba tiba.
    “Sorry koko telat.” ucap seseorang.
    “Eh ketos juga telat.” ejek kak shellya.
    “Emang siapa lagi yang telat selain gue?” tanya dengan nafas yang tidak teratur.
    “Tengok di samping lo.” ucap kak shellya.
    “Hhh? cewek aneh telat?!” ucapku ko devin.
    “Masa ketos telat.” ejekku balik.
    “Kalau dilihat lihat kalian cocok juga.” ucap kak shellya.
    “Masa aku sama dia.” ucapku serentak sama ko devin.
    “Tu kan gomong aja bisa serentak.” ucap kak shellya.
    “Cie… cie…” ejek anggota osis yang lain.
    “Kita tengok alasan ketos kenapa telambat”,
    “Devin kenapa lo telambat?” tanya kak shellya.
    “Tadi aku tersesat di jalan bernama jalan cinta.” jelasnya.
    “Emang ada jalan cinta?” tanyaku sambil menatapnya.
    “Jalan cinta ke hatimu. Ha.. ha. ha.” ucapnya lalu diakhiri dengan tawa yang keras.
    “Gila lo.” ucapku sambil memdorongnya dan pergi meninggalkan ruang osis.
    “Woi!! mau ke mana?” teriaknya.
    “Bukan urusan lo!!” jawabku sambil berlari ke kelas.

    Cerpen Karangan: Winne Chintia
    Blog / Facebook: Winne chintia

    Artikel Terkait

    Love Street (Part 1)
    4/ 5
    Oleh

    Berlangganan

    Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email