Judul Cerpen He Is Mine
“Maaf kita harus putus.” Mungkin menurut semua orang yang gak tau kejadian awalnya bakalan bilang aku yang jahat. But, kalian hanya tau akhirnya tanpa mengetahui permasalahan awal. Dan disini aku bukan bercerita tentang aku putus dengan Dean melainkan tentang pertemuanku dengan seorang cowok yang menurutku berbeda dari cowok lain.
Dan disinilah aku, Reina Aqsa yang biasanya dipanggil Rei. Ini sudah memasuki bulan ke-4 dan aku masih nyaman menyandang status jomblo. Aku memiliki banyak kegiatan yang dapat membantuku melupakan kesedihan jika ditinggalkan oleh orang yang kusayangi. Namun tiba-tiba dia datang.
“Rei” SMS dari Levin mampu membuatku ternganga. Levine adalah kakak kelas aku yang terkenal dengan kecuekannya dan posisinya sebagai ketua olahraga di sekolah kami.
“Eh iya kenapa kak?” Aku tidak terlalu fanatik seperti teman-teman perempuanku yang lain jadi, ya aku sih biasa aja.
“Kamu dulu SD disini juga kan?” Dan saat aku baca ini, aku ketawa sekeras-kerasnya. Karena di Jakarta, cowok seperti dia sangat jarang ditemui. Sopan juga Gumamku. Namun tetap saja itu belum bisa membuatku mengaguminya seperti yang teman-temanku lakukan.
“Iya kak, kenapa yah?”
“Gak papa sih, nanya aja. Aku ganggu ya?” FIX. Aku terkekeh disini. Cowok yang dikenal keren dan punya teman banyak itu, sesopan ini. Aku sedikit gak percaya sebenarnya.
“Gak lah kak, kenapa? nyantai aja kali” Aku cuma mau mencairkan suasana aja.
“Gak papa nih gue nyantai? gue ngerasa aneh ngomong pakai kata-kata ‘kamu’ gitu” Untuk ketiga kalinya aku terkekeh. Ternyata dia hanya menghargai aku sebagai cewek dan dia nyoba jadi cowok yang sopan.
“Yaelah kak sama-sama orang Jakarta juga kan? Biasa aja lahh” Entah kenapa aku mulai nyaman.
Dan selanjutnya percakapan kami terus berlangsung sampai akhirnya aku yakin kalau kami saling sayang. Tapi yang aku tau dia masih ngerasa nyaman dengan kesendiriannya. Jadi, aku nunggu.
Dan hari Sabtu pun tiba. Hari dimana para anak sekolah bersenang-senang dengan teman-temannya dengan ekstrakulikulernya yang sesuai hobby dan pulang sedikit lebih lama agar bisa bermain dengan teman-temannya. Saat sedang asyik mendengarkan lagu, tiba-tiba Dika, kakak kelas aku yang udah dekat banget sama aku, nyuruh aku nyamperin dia katanya sih mau cerita-cerita. Saat aku datengin Dika, aku lihat dari jauh kalau disitu tuh rame banget, dan diantaranya ada Levin. What can I do?
“Rei coba lo duduk disini bentar” Tiba-tiba Levin manggil aku untuk duduk di sebelahnya dan aku jadi sorotan mata semua orang yang ada disitu. Aku mencoba tenang dan berjalan ke arah Levin sampai akhirnya aku duduk di sebelahnya.
“Ada apa?” Aku mencoba tenang sambil minum air minumku yang tadi kubeli sebelum berada di antara mereka semua.
“Gue bagi minum dong” Aku terkejut. Ternyata dia manggil aku cuma untuk minta minum.
“Ya udah nah jangan diabisin”
Dia ngambil minum aku dan dia letakkan di lantai, aku bingung dan memilih untuk diam. Secepat kilat, dia memegang tanganku dan menatap mataku dalam-dalam. Aku dapat mengetahui semuanya dari matanya.
“Gue sayang lo, Rei” OH GOD! Suaranya berhasil membuat semuanya terdiam dan menghangatkan pipiku. “Lo mau gak jadi pacar gue?” Lagi dan lagi dia berhasil memberhentikan duniaku untuk waktu yang cukup lama.
“Iya aku mau” Aku mengucapkannya dengan sangat yakin. Dia tersenyum, aku juga. Dan semuanya mulai ramai mengucapkan selamat untuk kami berdua.
“Kenalin Reina Aqsa, pacar gue.” Levin mengucapkan itu semua dengan mantap di depan semua teman-temannya.
Sejak hari itu, Levin dan aku selalu tertawa dengan berbagai topik. Aku merasa dia adalah cowok pertama yang aku kenal gak jaim dan selalu terbuka. Begitu juga dia, dia merasa aku adalah cewek pertama yang dia kenal selalu menerima dia apa adanya. Aku selalu berdoa agar Tuhan tidak mengambil kebahagiaan aku yang satu ini. Hingga hari ini, aku belum bisa berhenti mencintainya. He’s mine and I’m His.
Cerpen Karangan: Tita
Blog: reginaatita.blogspot.co.id
“Maaf kita harus putus.” Mungkin menurut semua orang yang gak tau kejadian awalnya bakalan bilang aku yang jahat. But, kalian hanya tau akhirnya tanpa mengetahui permasalahan awal. Dan disini aku bukan bercerita tentang aku putus dengan Dean melainkan tentang pertemuanku dengan seorang cowok yang menurutku berbeda dari cowok lain.
Dan disinilah aku, Reina Aqsa yang biasanya dipanggil Rei. Ini sudah memasuki bulan ke-4 dan aku masih nyaman menyandang status jomblo. Aku memiliki banyak kegiatan yang dapat membantuku melupakan kesedihan jika ditinggalkan oleh orang yang kusayangi. Namun tiba-tiba dia datang.
“Rei” SMS dari Levin mampu membuatku ternganga. Levine adalah kakak kelas aku yang terkenal dengan kecuekannya dan posisinya sebagai ketua olahraga di sekolah kami.
“Eh iya kenapa kak?” Aku tidak terlalu fanatik seperti teman-teman perempuanku yang lain jadi, ya aku sih biasa aja.
“Kamu dulu SD disini juga kan?” Dan saat aku baca ini, aku ketawa sekeras-kerasnya. Karena di Jakarta, cowok seperti dia sangat jarang ditemui. Sopan juga Gumamku. Namun tetap saja itu belum bisa membuatku mengaguminya seperti yang teman-temanku lakukan.
“Iya kak, kenapa yah?”
“Gak papa sih, nanya aja. Aku ganggu ya?” FIX. Aku terkekeh disini. Cowok yang dikenal keren dan punya teman banyak itu, sesopan ini. Aku sedikit gak percaya sebenarnya.
“Gak lah kak, kenapa? nyantai aja kali” Aku cuma mau mencairkan suasana aja.
“Gak papa nih gue nyantai? gue ngerasa aneh ngomong pakai kata-kata ‘kamu’ gitu” Untuk ketiga kalinya aku terkekeh. Ternyata dia hanya menghargai aku sebagai cewek dan dia nyoba jadi cowok yang sopan.
“Yaelah kak sama-sama orang Jakarta juga kan? Biasa aja lahh” Entah kenapa aku mulai nyaman.
Dan selanjutnya percakapan kami terus berlangsung sampai akhirnya aku yakin kalau kami saling sayang. Tapi yang aku tau dia masih ngerasa nyaman dengan kesendiriannya. Jadi, aku nunggu.
Dan hari Sabtu pun tiba. Hari dimana para anak sekolah bersenang-senang dengan teman-temannya dengan ekstrakulikulernya yang sesuai hobby dan pulang sedikit lebih lama agar bisa bermain dengan teman-temannya. Saat sedang asyik mendengarkan lagu, tiba-tiba Dika, kakak kelas aku yang udah dekat banget sama aku, nyuruh aku nyamperin dia katanya sih mau cerita-cerita. Saat aku datengin Dika, aku lihat dari jauh kalau disitu tuh rame banget, dan diantaranya ada Levin. What can I do?
“Rei coba lo duduk disini bentar” Tiba-tiba Levin manggil aku untuk duduk di sebelahnya dan aku jadi sorotan mata semua orang yang ada disitu. Aku mencoba tenang dan berjalan ke arah Levin sampai akhirnya aku duduk di sebelahnya.
“Ada apa?” Aku mencoba tenang sambil minum air minumku yang tadi kubeli sebelum berada di antara mereka semua.
“Gue bagi minum dong” Aku terkejut. Ternyata dia manggil aku cuma untuk minta minum.
“Ya udah nah jangan diabisin”
Dia ngambil minum aku dan dia letakkan di lantai, aku bingung dan memilih untuk diam. Secepat kilat, dia memegang tanganku dan menatap mataku dalam-dalam. Aku dapat mengetahui semuanya dari matanya.
“Gue sayang lo, Rei” OH GOD! Suaranya berhasil membuat semuanya terdiam dan menghangatkan pipiku. “Lo mau gak jadi pacar gue?” Lagi dan lagi dia berhasil memberhentikan duniaku untuk waktu yang cukup lama.
“Iya aku mau” Aku mengucapkannya dengan sangat yakin. Dia tersenyum, aku juga. Dan semuanya mulai ramai mengucapkan selamat untuk kami berdua.
“Kenalin Reina Aqsa, pacar gue.” Levin mengucapkan itu semua dengan mantap di depan semua teman-temannya.
Sejak hari itu, Levin dan aku selalu tertawa dengan berbagai topik. Aku merasa dia adalah cowok pertama yang aku kenal gak jaim dan selalu terbuka. Begitu juga dia, dia merasa aku adalah cewek pertama yang dia kenal selalu menerima dia apa adanya. Aku selalu berdoa agar Tuhan tidak mengambil kebahagiaan aku yang satu ini. Hingga hari ini, aku belum bisa berhenti mencintainya. He’s mine and I’m His.
Cerpen Karangan: Tita
Blog: reginaatita.blogspot.co.id
He Is Mine
4/
5
Oleh
Unknown