Sahabat Jadi Cinta

Baca Juga :
    Judul Cerpen Sahabat Jadi Cinta

    Tiga tahun berlalu. Selama tiga tahun itu terangkum semua kehidupan yang kujalani saat tiga tahun yang lalu. Dari mulai aku bertemu dengan dirinya sampai aku berpisah dengan dia.

    Vinza Nur namanya. Dirinya yang sangat aku sayangi, namun dia hanya menganggapku sebatas sahabat. Sakit yang kurasakan namun memang itu yang dia rasakan kepadaku. Kini semua yang kurasakan saat itu hanyalah kenangan yang kosong. Namun ada satu titik dimana semuanya akan berubah.

    Saat pertama bertemu dengannya itulah saat aku merasakan kenyaman yang tak pernah kurasakan sebelumnya. Pernah kutanya padanya “Kalau kamu suka dengan seseorang apa kamu akan menyatakannya?” Tanyaku lembut membuatnya kaget.
    “Oh kamu.” Dia sejenak menatap langit dengan pandangan kosong, dan dia berkata. “Tidak.” Jawabnya dengan santai dengan menatapku dan tersenyum.
    Perkataanya membuat hatiku sakit. Itu bukan kata yang aku inginkan selama ini, apa aku teralu mengharapkannya? Oh apa iya? Aku sangat menyayanginya. Aku ingin memeilikinya. Aku ingin selalu berada di sampingnya kalau dia senang maupun sedih. Namun itu mungkin hanya khayalan yang tak mungkin kudapatkan. Mungkin kehidupan mempertemukanku dengannya hanya untuk membuatku tersiksa seperti ini.

    “Kalau kamu ada seseorang yang nembak kamu apa kamu akan menerimanya?” tanyanya kapadaku dengan nada yang serius.
    “Entahlah aku bingung. Kalau ada rasa kepadanya mungkin aku dapat menerimanya, namun jika tidak ya mungkin tidak.” Jawabku dengan harapan dia mengerti.
    “Adakah seseorang yang kau sukai?”
    Pertanyaanya seakan-akan dia adalah anak yang bodoh. Oh tuhan mengapa ini terjadi padaku? Aku sangat menyayanginya. Apa aku harus mengungkapkannya? Oh tidak-tidak, tidak akan ada yang memberi tahunya jika aku sengat menyayanginya. Jagan sampai ada. karena suatu saat nanti dia akan mengetahuinya sendiri.

    Hari demi hari telah dilewati begitu saja. Aku menulis semua yang kurasakan di sebuah buku yang bercover pink dan bergambar kelinci yang saling jatuh cinta. Aku menulis banyak hal. Dan memang di situ juga aku menungkapkan seluruh isi hatiku, semuanya tak terkecuali tentang dia yang kusayangi selama tiga tahun ini.

    Hari itu aku duduk di sebuah bangku yang berada di lapangan basket. Dan menulis:

    Dear. 29 Maret 2015.
    Hari yang kulewati masih seperti biasa, dia yang kusayangi tak pernah menyayangiku sama sekali. Dia hanya menganggapku sahabat. Kami sering curhat, dia pernah cerita tentang seseorang yang dia sayangi entahlah dia itu siapa. Namun Vinza tak pernah memberi tahu siapa seseorang itu.
    Vinza memang anak yang kusayangi namun dia terus cerita tentang seseorang yang dia sayangi kepadaku. Inilah ujian untukku dan perasaanku yang dimainkan oleh dia.
    I LOVE VINZA NUR…

    Ketika aku akan menutup bukuku dan berdiri, sebuah bola basket mengenaiku. Hingga aku terjatuh dan kepalaku terkena tiang yang berada tepat di belakangku. Kepalaku pusing dan pandanganku mulai kabur. Aku melihat seseorang berlari mendekatiku, namun pandanganku tak jelas. Apakah itu Vinza? Dia yang kusayangi. Pandanganku sudah menghitam hingga aku tak melihat siapa-siapa. Aku tak sadarkan diri.

    Untuk beberapa saat aku hanya melihat Vinza, Vinza, dan Vinza. Seperti tak ada lagi seseorang yang kulihat selain dia. Aku mulai membuka mata pelan-pelan dan kepalaku tarasa sakit dan berat. Dan orang pertama kali adalah dia yang kusayangi. Vinza.
    “Oh, kamu sudah sadar. Maaf yah aku yang ngelepar bolanya.” Ucapnya ketika melihatku.
    “Iya, Iya gak pa-pa ko.” Jawabku dengan berusaha bangun dari perbaringan.
    “Udah kamu tiduran saja biar gak pusing.”
    Aku kembali tiduran.

    “Kamu tau seseorang yang kusayangi sejak pertama kali bertemu?”
    Aku hanya menggelengkan kepala yang masih terasa sakitnya.
    “Dia yang mempunyai buku ini.” Vinza mengangkat buku yang covernya pink dan bergambar kelinci yang saling jatuh cinta. Tapi itu kan buku punyaku.
    “Itu kan punyaku Za.” Kata ku dengan berusaha mengambil buku yang berada di tangan Vinza.
    “Iya ini punya kamu. Jujur aku suka kamu sejak pertama kita bertemu namun kau tau jika aku tak mau pacaran walaupun kedua orangtuaku memperbolehkan aku berpacaran. Kau tau kenapa?”
    “enggak.”
    “karena aku tak mau kehilangan dirimu. karena pacaran kebanyakan masalah, berantem, putus dan ahirnya aku kehilangan seseorang yang kusayangi.”
    “Jadi kau menyukaiku sejak dulu?”
    “Iya”
    Oh tuhan inilah keajaiban yang kurasakan saat ini.

    Cerpen Karangan: Dinda Regita Cahyani Utami
    Facebook: Dinndha

    Artikel Terkait

    Sahabat Jadi Cinta
    4/ 5
    Oleh

    Berlangganan

    Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email