Surat Pertama

Baca Juga :
    Judul Cerpen Surat Pertama

    Rasa lelah setelah beraktifitas seharian, ingin rasanya beristirahat sejenak. Di petilasan adalah tempat yang paling pas untuk bersantai melepas lelah. Sambil membawa buku yang baru dibelinya cakil menuju petilasan, jarak dengan rumahnya kurang lebih 500 meter. Dalam perjalanan tidak seperti biasanya karena jalan begitu sepi, biasanya banyak pemuda nongkrong di saung dekat petilasan.

    “Kemana semua, kok sepi banget” berbisik dalam hati
    “Ah.. Aku tak peduli” pikirnya

    Tibalah cakil di petilasan, pintu sedikit terbuka. “Kok pintunya tidak terkunci, padahal seharusnya pintu ini harus terkunci” penuh penasaran
    “Ahhh mungkin abi atau rama atau ami setelah dari sini tidak dikunci” sedikit acuh
    Lalu seperti biasa cakil membuat kopi hitam kesukaannya dan rok*k coklat yang memang kesukaannya dari semenjak sekolah tsanawiyah dulu.

    Ketika baru meminum satu sruputan, dan melihat ke jendela ada sesuatu hal yang bikin penasaran. “lah, itu amplop siapa” pikirnya
    Tanpa pikir panjang ia segera mengambil amplop itu, ternyata amplop itu ditujukan kepada saudara cakil alQurtubi dari para salik.
    Lalu ia langsung ke luar rumah untuk melihat jejak jejak si pengirim surat. Hanya nihil yang didapat. “Ah, mungkin mereka membuat kejutan buatku” gumamnya dalam hati “nanti aku tanya mereka lah” lanjutnya. Rasa deg degan menyelimuti hati cakil “surat cinta kah, surat tanda protes kah, atau surat tantangan”
    Dibukalah surat itu

    teruntuk cakil alQurtubi
    Bismillahirrohmanirrahim, ucapan basmalah awal mula segala aktifitas. Sebagaimana rasulullah saw bersabda “setiap perkara penting yang tidak dimulai dengan biasalah maka ia terputus” (hr.abu dawud). Maksud terputus dalam hadis ini bukanlah tidak diterima amal kebaikan, akan tetapi hilangnya keberkahan. Keberkahan adalah sesuatu yang mutlak dibutuhkan dalam sebuah amal perbuatan. jika Keberkahan tiada maka amalan yang kita kerjakan akan sia sia.

    Cakil sedikit santai membacanya sambil minum kopi yang baru dibuatnya, lalu ia melanjutkan

    Dalam sebuah hadits diriwayatkan “diantara tanda bergantung pada pekerjaan yang shaleh adalah kurangnya keinginan untuk melakukan kemaksiatan”
    Terkadang ketika seorang muslim melakukan berbagai amalan sholeh, ia menyangka cukup untuk menyelamatkan dari api neraka dan memasukannya ke surga Allah. Dan ketika melakukan kemaksiatan maka ia tak peduli. Mungkin dalam pikirannya ia sudah cukup banyak melakukan amalan amalan sholeh yang selama ini ia kerjakan tiap hari tiap waktu. Banyak dari kita menggantungkan harapannya kepada amalan amalan itu.

    Cakil sedikit mengerutkan dahi “Ya, aku seringkali berpikir seperti itu” ucapnya lirih

    Seorang muslim tidak akan pernah memasuki surgaNya hanya dengan amalan amalan sholeh saja, akan tetapi dengan RahmatNya pula. Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa ahli ibadah ditanya ketika berada didekat mizan. Apakah engkau ingin masuk surga dengan amalanmu atau rahmatKu? Ia menjawab dengan penuh kesombongan tentu dengan amalanku. Setelah ditimbang amalannya tidak mampu memasukkannya ke surga. Begitu juga pada riwayat yang lain diceritakan seorang pel*cur yang berhak memasuki surgaNya, itu karena hanya menolong seekor anjing yang kehausan.
    Sekian surat pertama dariku, nanti kita sambung lagi surat surat berikutnya, semoga menjadi bahan perenungan.
    Salam para salik

    Cakil hanya bisa termenung setelah membacanya,
    “Para salik ini sebenarnya sapa? Kenapa hanya aku yang diberi surat bukannya kita disini ada abi, rama dan ami. Ah jangan jangan ini dari kang ulum”

    Disimpanlah surat pertama ini

    Cerpen Karangan: Moh. Fadli
    Facebook: Mohamad Fadli

    Artikel Terkait

    Surat Pertama
    4/ 5
    Oleh

    Berlangganan

    Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email