Judul Cerpen Organisasi Rahasia
Suara hujan jatuh di atas genting penduduk menciptakan musik alam. Ditambah nyanyian jangkrik membuat suasana malam begitu tenang. Hembusan angin membuat siapapun yang keluar di malam itu akan menggigil kedinginan. Lolongan anjing menambah suasana malam kian mencekam.
Di pos penjagaan terbaring sesosok gadis remaja tengah meringkuk berusaha menghangatkan tubuhnya. Nafasnya memburu menahan dinginnya malam. beberapa kali dia mengerang menahan sakit yang berasal dari luka senjata api di pahanya. Pasalnya gadis itu adalah seorang gadis gelandangan yang lari dari kejaran sekelompok tentara yang mengincarnya bertahun-tahun.
Beberapa saat kemudian gadis itu mendengar sesuatu. Sebuah suara terdengar samar, bagai ditenggelamkan oleh air hujan. Ia mengamati keadaan di depannya yang samar tepat dari mana suara-suara itu berasal, kepalanya masih terbaring. Walaupun dalam keadaan miring ia masih bisa melihat seseorang berlari ke arahnya.
Mereka telah menemukanku, pikirnya. Rasa takut membuat sekujur tubuhnya bergetar. Dia berusaha mengusir rasa takutnya jauh-jauh. Tanpa pikir panjang, gadis itu bangkit lalu sekuat tenaga berlari meninggalkan tempat itu. Gadis itu menjejakkan kaki telanjangnya di jalan setapak penuh lumpur. Sebuah benda keras tiba-tiba menghantam pungungnya hingga gadis itu terjatuh tak sadarkan diri.
Seorang laki-laki gemuk berusia sekitar enam puluh tahunan. Ia memakai seragam tentara berwarna biru gelap dengan dada yang dihiasi pita-pita dan medali-medali penghargaan yang terlihat seperti tambalan. Bahunya lebar dan ia membawa topi di bawah lengannya sehingga menampakkan rambutnya yang mulai menipis.
“Hahaha.” Ia tertawa. Sampai kepalanya terlontar ke belakang untuk memperlihatkan dagunya yang berbintik-bintik dan terguncang-guncang. “Apakah kau sudah mati? Kau sudah mati Emiri? Kau tidak terlihat seperti orang mati bagiku! Hahaha!”
Laki-laki itu mendekati tempat di mana Emiri terbaring dan ia memiringkan kepalanya untuk mengamati wajah gadis itu. “Sini semua!” ia berkata kepada rekan-rekannya tanpa berpaling.
“Siap, pak!” mereka berteriak bersamaan, dan berbaris tegap.
“Bawa gadis ini!” perintah lelaki tersebut.
“Siap, pak!” tentara-tentara itu kemudian menggotong gadis itu menuju mobil yang terparkir tak jauh dari tempat itu.
Sekelompok tentara yang menamakan dirinya Tim HG5, agen itelejen militer rahasia, menyerbu masuk rumah Emiri beberapa tahun lalu dan berhasil menculik kakak laki-lakinya yang berusia 18 tahun. Sejak saat itu ia harus hidup dan terpaksa mengetahui bahwa HG5 telah memanipulasi sel genetik manusia untuk menjadikan kakaknya seorang pembunuh organik yang didesain dengan kemampuan canggih dan aktif saat ia berusia 6 tahun. Kini dirinya telah tertangkap oleh tim HG5 tepat saat umurnya sudah menginjak 18 tahun. Dan nasibnya kini akan seperti kakaknya. Organ tubuhnya akan digantikan dengan program-program robot canggih yang akan mengubahnya menjadi mesin pembunuh.
—
Mata Emiri membelalak bahkan saat dirinya belum menyadari kalau ia telah terjaga dari tidurnya. Tanpa disadari, program robot itu benar-benar menguasai otaknya saat terlelap. Program itu tumbuh menjalar menjangkau setiap partikel jiwanya. Program itu menyebarkan pengetahuan berbahaya serta mengembangkan kemampuan membunuhnya. Semakin hari Emiri merasa dirinya tumbuh menjadi mesin pembunuh mematikan. Dan sayangnya, ia tak mampu berbuat apa-apa. Meski bebarapa kali dia menolak perintah dari HG5 untuk menjadi seorang pembunuh.
Emiri berniat kabur dari tempat itu. Jika tidak cepat, waktu benar-benar akan mengubahnya menjadi pembunuh paling berbahaya. Dia berusaha bangkit dari tidurnya. Kepalanya terasa pusing. Ia berjalan sempoyongan ke satu sisi dan menyandarkan dirinya di dinding. Secepat kilat, ia berusaha membuka pintu di samping kanannya. Saat dia berhasil membuka pintu kamarnya.
Emiri berjalan gontai menuju pintu keluar markas itu. Perut Emiri terasa mulas. Ia merasa ia akan memutuskan napasnya sendiri. Pada saat Emiri mendekati pintu, seseorang mencegatnya.
“Hey, kamu?” kata orang tersebut.
Emiri menoleh dengan santai agar dirinya tak terlihat tegang dan tidak dicurigai.
“Bukankah kau…,” kata orang itu sambil menghembuskan napas. Ia tidak mampu menyelesaikan kalimatnya.
Emiri sedang berhadapan dengan seorang lelaki tinggi yang badan rapuhnya terbungkus jas panjang yang terbuat dari wol tebal. Dia mencium bau busuk. Di sekeliling lehernya terkalung syal panjang bermotif garis-garis dan sebuah topi yang berbahan kain tebal yang hampir menutupi matanya.
Emiri mengusap wajahnya dengan lengan bajunya, matanya menatap tajam ke arah lelaki tersebut. ia menarik napas sangat dalam. Wajah orang yang berdiri di depannya tidak asing lagi dilihat oleh Emiri. Ia menatap lelaki itu semakin dalam. Tidak salah lagi, ia adalah kakaknya yang diculik beberapa tahun lalu. Tapi apa yang terjadi dengan kakaknya. Kenapa kondisinya seperti itu. Saat Emiri berbicara, suaranya hampir tidak terdengar.
“Kenapa kau bisa berada di sini?” kata lelaki itu. Jelas terlihat di pelupuk matanya ada air mata yang tertahankan.
“Apa kau kakak? Kak Felly, apa kau benar-benar kak Felly?” ia bertanya dengan kepahitan.
“Benar, Emiri. Aku kakakmu yang telah menghilang bertahun-tahun.” Felly menjawab dengan suara parau.
“Apa yang terjadi dengan kakak? Kenapa tubuh kakak begitu kurus?”
“Mereka telah merubah kakak. Awalnya kakak dinobatkan sebagai mesin pembunuh paling berbahaya. Lama kelamaan, program-program robot itu tidak mampu kakak kendalikan dan akhirnya tubuhkulah yang termakan oleh program robot itu. saat mereka mengetahui kakak seperti ini, mereka tak mengizinkan kakak menjadi seorang pembunuh lagi tapi justru tubuhku adalah sumber energi yang dihisap oleh mereka.” Air mata yang sempat tertahan pun keluar. Sisi manusiawinya masih ada. Dia masih bisa mengeluarkan air mata. Matanya berkedip. Cahaya neon mengarah ke atas wajahnya dan menyebabkan lubang yang dalam di pipinya dan kantong hitam di bawah matanya. Terlihat semua kerutan di wajahnya tampak seperti sebuah teluk.
“Apa pun maksudnya ini, aku harus menghentikan semua ini” Emiri murka dengan cerita kakaknya, apakah dia akan bernasib seperti kakaknya kelak.
Lalu, di balik mereka terdengar suara yang amat dalam dan jelas. Mereka mengenal suara itu. pemimpin Tim HG5.
“Emiri, pergilah dari tempat ini sebelum kau tertangkap oleh mereka!”
“Tapi, bagaimana dengan kakak?” Emiri menangis
“Aku rasa kakak punya cara untuk mengatasinya. Pergilah!” Felly berbalik. Meninggalkan Emiri.
Emiri keluar dari markas tersebut. Ia berjalan sempoyongan, dan sebelum ia berlari menentukan arah, ia dikejutkan oleh pekikan tajam. Emiri menutup telinganya, tapi suara itu tetap saja seperti menusuk-nusuk. Suara itu berasal dari dalam telinganya. Seperti gaung. Ia geleng-gelengkan kepalanya dari satu sisi lainnya, mencoba mengeluarkan suara mengerikan itu dari dalam kepalanya. Ingin sekali ia merobek kepalanya sendiri dan mengelurkan benda apapun itu. “Keluarlah dari kepalaku!” teriaknya. “Keluar! Ini kepalaku! Ini hidupku! Kau telah mencuri hidupku!” pekiknya. “Kau pantas mati!”
Akhirnya dengungan suara yang tadinya mengebor masuk ke dalam otaknya reda. Hanya sebagian cetusan yang masih mendesis dan pada akhirnya padam.
Emiri menyeka wajahnya. Air matanya tertiup angin. Teriakan-teriakannya telah pergi bersama mereka, lenyap di udara. Segala emosi yang tadi dirasakannya juga hilang begitu saja, menyisakan pikiran tentang kakaknya.
Emiri menyeret tubuhnya ke arah bebatuan yang menghapar di sepanjang jalur setapak. Dia menghempaskan dirinya di jalan setapak dengan lunglai. Air berwarna kehitaman menyembur dari dadanya dan tubuhnya bergetar hebat sehingga membuat udara menyembur kuat ke arah tetesan air. Akhirnya dia bisa kabur dari markas itu dan bisa bernapas lega.
—
Masa depan Emiri sekarang jauh lebih baik daripada beberapa waktu yang lalu. Meskipun ia tidak tau harus pergi ke mana dan siapa yang akan ia temui. Meskipun sebenarnya ia sudah terbiasa hidup seorang diri selama 12 tahun pasca hilangnya kak Felly.
Dan sekarang, ia memiliki kesempatan melanjutkan hidup. Pertempurannya sekarang hanya dengan waktu dan kekuatan di dalam tubuhnya. Sewaktu-waktu program di dalam tubuhnya tidak bisa ia kendalikan seperti halnya Kak Felly.
Memikirkan masalah itu membuatnya merasa berat. Ia tidak mau merasa sedih karena ia yakin bahwa ini adalah saat yang tepat. HG5 tidak akan lagi mengawasinya. Namun bagaimana ia bisa bahagia, ketika mengetahui kalau dirinya tak akan bisa bertemu dengan kakaknya lagi?
Emiri hanya tesenyum kecut dengan semua pemikirannya itu. Namun setelah satu atau dua menit, ia mulai berpikir serius. Ia berkata pada dirinya sendiri, bahwa ia benar-benar akan membalas dendam pada Tim HG5 yang telah menghancurkan hidupnya.
Cerpen Karangan: Erna Kurniawati
Blog: kurniaerna.simplesite.com
Twitter: @kurniaernaruto5..
Suara hujan jatuh di atas genting penduduk menciptakan musik alam. Ditambah nyanyian jangkrik membuat suasana malam begitu tenang. Hembusan angin membuat siapapun yang keluar di malam itu akan menggigil kedinginan. Lolongan anjing menambah suasana malam kian mencekam.
Di pos penjagaan terbaring sesosok gadis remaja tengah meringkuk berusaha menghangatkan tubuhnya. Nafasnya memburu menahan dinginnya malam. beberapa kali dia mengerang menahan sakit yang berasal dari luka senjata api di pahanya. Pasalnya gadis itu adalah seorang gadis gelandangan yang lari dari kejaran sekelompok tentara yang mengincarnya bertahun-tahun.
Beberapa saat kemudian gadis itu mendengar sesuatu. Sebuah suara terdengar samar, bagai ditenggelamkan oleh air hujan. Ia mengamati keadaan di depannya yang samar tepat dari mana suara-suara itu berasal, kepalanya masih terbaring. Walaupun dalam keadaan miring ia masih bisa melihat seseorang berlari ke arahnya.
Mereka telah menemukanku, pikirnya. Rasa takut membuat sekujur tubuhnya bergetar. Dia berusaha mengusir rasa takutnya jauh-jauh. Tanpa pikir panjang, gadis itu bangkit lalu sekuat tenaga berlari meninggalkan tempat itu. Gadis itu menjejakkan kaki telanjangnya di jalan setapak penuh lumpur. Sebuah benda keras tiba-tiba menghantam pungungnya hingga gadis itu terjatuh tak sadarkan diri.
Seorang laki-laki gemuk berusia sekitar enam puluh tahunan. Ia memakai seragam tentara berwarna biru gelap dengan dada yang dihiasi pita-pita dan medali-medali penghargaan yang terlihat seperti tambalan. Bahunya lebar dan ia membawa topi di bawah lengannya sehingga menampakkan rambutnya yang mulai menipis.
“Hahaha.” Ia tertawa. Sampai kepalanya terlontar ke belakang untuk memperlihatkan dagunya yang berbintik-bintik dan terguncang-guncang. “Apakah kau sudah mati? Kau sudah mati Emiri? Kau tidak terlihat seperti orang mati bagiku! Hahaha!”
Laki-laki itu mendekati tempat di mana Emiri terbaring dan ia memiringkan kepalanya untuk mengamati wajah gadis itu. “Sini semua!” ia berkata kepada rekan-rekannya tanpa berpaling.
“Siap, pak!” mereka berteriak bersamaan, dan berbaris tegap.
“Bawa gadis ini!” perintah lelaki tersebut.
“Siap, pak!” tentara-tentara itu kemudian menggotong gadis itu menuju mobil yang terparkir tak jauh dari tempat itu.
Sekelompok tentara yang menamakan dirinya Tim HG5, agen itelejen militer rahasia, menyerbu masuk rumah Emiri beberapa tahun lalu dan berhasil menculik kakak laki-lakinya yang berusia 18 tahun. Sejak saat itu ia harus hidup dan terpaksa mengetahui bahwa HG5 telah memanipulasi sel genetik manusia untuk menjadikan kakaknya seorang pembunuh organik yang didesain dengan kemampuan canggih dan aktif saat ia berusia 6 tahun. Kini dirinya telah tertangkap oleh tim HG5 tepat saat umurnya sudah menginjak 18 tahun. Dan nasibnya kini akan seperti kakaknya. Organ tubuhnya akan digantikan dengan program-program robot canggih yang akan mengubahnya menjadi mesin pembunuh.
—
Mata Emiri membelalak bahkan saat dirinya belum menyadari kalau ia telah terjaga dari tidurnya. Tanpa disadari, program robot itu benar-benar menguasai otaknya saat terlelap. Program itu tumbuh menjalar menjangkau setiap partikel jiwanya. Program itu menyebarkan pengetahuan berbahaya serta mengembangkan kemampuan membunuhnya. Semakin hari Emiri merasa dirinya tumbuh menjadi mesin pembunuh mematikan. Dan sayangnya, ia tak mampu berbuat apa-apa. Meski bebarapa kali dia menolak perintah dari HG5 untuk menjadi seorang pembunuh.
Emiri berniat kabur dari tempat itu. Jika tidak cepat, waktu benar-benar akan mengubahnya menjadi pembunuh paling berbahaya. Dia berusaha bangkit dari tidurnya. Kepalanya terasa pusing. Ia berjalan sempoyongan ke satu sisi dan menyandarkan dirinya di dinding. Secepat kilat, ia berusaha membuka pintu di samping kanannya. Saat dia berhasil membuka pintu kamarnya.
Emiri berjalan gontai menuju pintu keluar markas itu. Perut Emiri terasa mulas. Ia merasa ia akan memutuskan napasnya sendiri. Pada saat Emiri mendekati pintu, seseorang mencegatnya.
“Hey, kamu?” kata orang tersebut.
Emiri menoleh dengan santai agar dirinya tak terlihat tegang dan tidak dicurigai.
“Bukankah kau…,” kata orang itu sambil menghembuskan napas. Ia tidak mampu menyelesaikan kalimatnya.
Emiri sedang berhadapan dengan seorang lelaki tinggi yang badan rapuhnya terbungkus jas panjang yang terbuat dari wol tebal. Dia mencium bau busuk. Di sekeliling lehernya terkalung syal panjang bermotif garis-garis dan sebuah topi yang berbahan kain tebal yang hampir menutupi matanya.
Emiri mengusap wajahnya dengan lengan bajunya, matanya menatap tajam ke arah lelaki tersebut. ia menarik napas sangat dalam. Wajah orang yang berdiri di depannya tidak asing lagi dilihat oleh Emiri. Ia menatap lelaki itu semakin dalam. Tidak salah lagi, ia adalah kakaknya yang diculik beberapa tahun lalu. Tapi apa yang terjadi dengan kakaknya. Kenapa kondisinya seperti itu. Saat Emiri berbicara, suaranya hampir tidak terdengar.
“Kenapa kau bisa berada di sini?” kata lelaki itu. Jelas terlihat di pelupuk matanya ada air mata yang tertahankan.
“Apa kau kakak? Kak Felly, apa kau benar-benar kak Felly?” ia bertanya dengan kepahitan.
“Benar, Emiri. Aku kakakmu yang telah menghilang bertahun-tahun.” Felly menjawab dengan suara parau.
“Apa yang terjadi dengan kakak? Kenapa tubuh kakak begitu kurus?”
“Mereka telah merubah kakak. Awalnya kakak dinobatkan sebagai mesin pembunuh paling berbahaya. Lama kelamaan, program-program robot itu tidak mampu kakak kendalikan dan akhirnya tubuhkulah yang termakan oleh program robot itu. saat mereka mengetahui kakak seperti ini, mereka tak mengizinkan kakak menjadi seorang pembunuh lagi tapi justru tubuhku adalah sumber energi yang dihisap oleh mereka.” Air mata yang sempat tertahan pun keluar. Sisi manusiawinya masih ada. Dia masih bisa mengeluarkan air mata. Matanya berkedip. Cahaya neon mengarah ke atas wajahnya dan menyebabkan lubang yang dalam di pipinya dan kantong hitam di bawah matanya. Terlihat semua kerutan di wajahnya tampak seperti sebuah teluk.
“Apa pun maksudnya ini, aku harus menghentikan semua ini” Emiri murka dengan cerita kakaknya, apakah dia akan bernasib seperti kakaknya kelak.
Lalu, di balik mereka terdengar suara yang amat dalam dan jelas. Mereka mengenal suara itu. pemimpin Tim HG5.
“Emiri, pergilah dari tempat ini sebelum kau tertangkap oleh mereka!”
“Tapi, bagaimana dengan kakak?” Emiri menangis
“Aku rasa kakak punya cara untuk mengatasinya. Pergilah!” Felly berbalik. Meninggalkan Emiri.
Emiri keluar dari markas tersebut. Ia berjalan sempoyongan, dan sebelum ia berlari menentukan arah, ia dikejutkan oleh pekikan tajam. Emiri menutup telinganya, tapi suara itu tetap saja seperti menusuk-nusuk. Suara itu berasal dari dalam telinganya. Seperti gaung. Ia geleng-gelengkan kepalanya dari satu sisi lainnya, mencoba mengeluarkan suara mengerikan itu dari dalam kepalanya. Ingin sekali ia merobek kepalanya sendiri dan mengelurkan benda apapun itu. “Keluarlah dari kepalaku!” teriaknya. “Keluar! Ini kepalaku! Ini hidupku! Kau telah mencuri hidupku!” pekiknya. “Kau pantas mati!”
Akhirnya dengungan suara yang tadinya mengebor masuk ke dalam otaknya reda. Hanya sebagian cetusan yang masih mendesis dan pada akhirnya padam.
Emiri menyeka wajahnya. Air matanya tertiup angin. Teriakan-teriakannya telah pergi bersama mereka, lenyap di udara. Segala emosi yang tadi dirasakannya juga hilang begitu saja, menyisakan pikiran tentang kakaknya.
Emiri menyeret tubuhnya ke arah bebatuan yang menghapar di sepanjang jalur setapak. Dia menghempaskan dirinya di jalan setapak dengan lunglai. Air berwarna kehitaman menyembur dari dadanya dan tubuhnya bergetar hebat sehingga membuat udara menyembur kuat ke arah tetesan air. Akhirnya dia bisa kabur dari markas itu dan bisa bernapas lega.
—
Masa depan Emiri sekarang jauh lebih baik daripada beberapa waktu yang lalu. Meskipun ia tidak tau harus pergi ke mana dan siapa yang akan ia temui. Meskipun sebenarnya ia sudah terbiasa hidup seorang diri selama 12 tahun pasca hilangnya kak Felly.
Dan sekarang, ia memiliki kesempatan melanjutkan hidup. Pertempurannya sekarang hanya dengan waktu dan kekuatan di dalam tubuhnya. Sewaktu-waktu program di dalam tubuhnya tidak bisa ia kendalikan seperti halnya Kak Felly.
Memikirkan masalah itu membuatnya merasa berat. Ia tidak mau merasa sedih karena ia yakin bahwa ini adalah saat yang tepat. HG5 tidak akan lagi mengawasinya. Namun bagaimana ia bisa bahagia, ketika mengetahui kalau dirinya tak akan bisa bertemu dengan kakaknya lagi?
Emiri hanya tesenyum kecut dengan semua pemikirannya itu. Namun setelah satu atau dua menit, ia mulai berpikir serius. Ia berkata pada dirinya sendiri, bahwa ia benar-benar akan membalas dendam pada Tim HG5 yang telah menghancurkan hidupnya.
Cerpen Karangan: Erna Kurniawati
Blog: kurniaerna.simplesite.com
Twitter: @kurniaernaruto5..
Organisasi Rahasia
4/
5
Oleh
Unknown