Selamat Jalan Sahabat

Baca Juga :
    Judul Cerpen Selamat Jalan Sahabat

    Hari ini aku dan Claudia sahabatku pulang sekolah dengan menaiki angkot, tidak seperti biasanya. Biasanya kami pulang sekolah selalu dijemput oleh kakakku. Tetapi karena kakak sedang sibuk kuliah jadi kami hari ini naik angkutan umum. Kami duduk di pinggir dekat pintu angkot. Selama di perjalanan kami bercerita tentang seorang cowok yang bernama Frans. Dia tampan, pintar dan Ketua Osis di sekolah kami. Banyak wanita yang mengejar-ngejar dia dan merebut perhatiannya. Kami adalah salah satu pengagumnya, tetapi kami tidak berlebihan seperti wanita-wanita itu. Kami selalu bersikap seperti biasa saja. Apalagi sahabatku Claudia, dia cuek sekali terhadap Frans.

    Tidak terasa karena asyik bercerita claudia sudah mau sampai di depan gang rumahnya, lalu claudia mengatakan kepada supir “Pinggir Pak” Claudia pun berpamitan kepadaku. “Vika aku duluan yaa, Hati-hati” “Oke Claudia, sampai jumpa besok” Jawabku. Setelah lima menit kemudian aku pun turun. Rumah kami hanya berjarak beberapa gang saja.

    Keesokan harinya kami berjumpa di sekolah. Dan tak terasa bel Istirahat pun berbunyi kami pergi ke kantin untuk membeli makanan lalu kami berpapasan dengan kakak kelas kami yaitu Kak Frans. Dia senyum kepada kami tapi aku melihat ada yang lain di senyumnya. Aku berpikir, ada apa yah? Ahhh mungkin perasaanku saja. Setelah membeli makanan kami langsung mencari tempat duduk. Tetapi semua tempat penuh. Saya melihat kak Frans melambaikan tangannya dan berkata “Hei duduk disini aja, kosong kok”. “iya kak” jawabku. Aku langsung menarik tangan Claudia dan akhirnya kami duduk bersama Kak Frans.

    “Apa kabar Claudia?” Tanya kak Frans
    “Baik kak Frans” jawab Claudia yang terlihat gugup.
    “Oh ternyata kalian sudah saling kenal?” tanyaku dengan kaget.
    “Iyah. Sebenarnya kami sudah kenal lama” jawab kak Frans
    “Loh. Kok kamu enggak pernah cerita denganku Claudia?” tanyaku dengan bingung.
    “Maaf ya Vika, sebenarnya aku dan kak Frans sudah berpacaran tapi kami tidak mau memperllihatkannya di sekolah” Jawab Claudia
    “Iya tidak apa-apa. Tapi kenapa kamu sembunyikan dariku? Aku kan sahabatmu?” tanyaku
    “Bukan seperti itu vika, aku hanya ingin menjaga perasaanmu. Aku tahu kalau kau menyukai kak Frans.” Bisik Claudia kepadaku
    “Ya sudahlah. Aku tidak apa-apa kok, lagi pula aku hanya mengagumi bukan mencintai.” Jawabku dengan santai.
    “Hmm. Kalian bicara apa? Kenapa berbisik-bisik seperti itu?” Tanya kak frans.
    “gak.. gakk… gak ada apa-apa kok kak, rahasia perempuan heheheh” jawabku

    Bel pun berbunyi
    “Sudah bunyi bel, mari kita kembali ke kelas” kata Claudia

    Setelah bunyi bel kami kembali ke kelas dan kak frans juga kembali ke kelas, mereka saling memandang dan tersenyum, tapi kenapa ada yang aneh dengan perasaanku yah? Aaah mungkin ini hanya perasaanku saja. Kami sudah sampai di kelas, dan tiba-tiba Claudia merasa pusing.

    “Claudia, kamu kenapa?” tanyaku dengan cemas.
    “aku gak apa-apa, hanya merasa sedikit pusing.” Jawab Claudia.
    “Apa kamu ingin istirahat di UKS? Sini biar kuantar.” Tanyaku
    “Tidak vika. Aku baik-baik saja” jawab Claudia.

    Tidak beberapa lama Claudia pingsan dan hidungnya mengeluarkan darah. Aku ketakutan dan meminta tolong kepada teman sekelas untuk memberitahu Guru dan membawanya ke Ruang UKS (Unit Kesehatan Sekolah). Aku langsung membantu teman-teman membawa Claudia ke ruangan UKS. Setelah itu aku langsung menuju ke kelas Kak Frans untuk memberitahukan tentang keadaan Claudia. Aku berharap Guru kak Frans tidak ada di dalam kelas. Dan ternyata harapanku benar. Guru kak Frans tidak masuk sehingga aku bisa memberitahukan keadaan Claudia kepada kak Frans. Lalu aku dan kak frans langsung bergegas ke ruangan UKS sambil memegang tanganku. “kenapa aku deg-degan ya? Ahhh apa karena aku khawatir saja terhadap Claudia?” tanyaku dalam hati.

    Sesampainya di ruang UKS aku melihat betapa besar Kekhawatiran kak Frans terhadap Claudia. Sepertinya dia merasa sedih melihat keadaan Claudia.
    Aku langsung menelepon Mama Claudia yaitu Tante Ratih..
    “Hallo tante, ini aku vika”
    “Oh iya vika ada apa nak?” Tanya tante Ratih
    “hmmmm Claudia tante”
    “ada apa dengan Claudia vika?”
    “clau… clau… Claudia pingsan tante dan hidungnya mengeluarkan darah”
    “apa? Iya iya tante akan kesana!”

    Beberapa menit kemudian tante Ratih tiba di sekolah dengan membawa ambulan dan langsung membawa Claudia Ke rumah sakit. Aku dan kak Frans ikut ke Rumah Sakit bersama Tante Ratih. “kenapa dengan Claudia? Apakah dia punya penyakit yang serius?” pikirku.
    “Claudia kenapa? Apakah dia punya penyakit yang serius?” Tanya kak Frans kepadaku
    “Selama denganku dia tidak pernah berbicara ataupun mengeluh kepadaku kak” jawabku
    Kami bingung dan cemas. Tante Ratih menangis di sepanjang perjalanan. Sesampainya di rumah sakit Claudia langsung diperiksa Dokter. Kami menunggu di luar.

    Hari pun sudah malam, dan jarum jam sudah menunjukkan ke angka 8.
    “Tante aku pulang yah” kataku
    “Iyah Vika terimakasih sudah menemani tante” jawab tante
    “yah tan, aku juga pulang. Sabar yah tante, Claudia pasti akan baik-baik saja kok” kata kak Frans
    “iya frans, vika. Terimakasih ya sayang kalian sudah membantu tante.”

    Kami pun keluar dari rumah sakit. Tanpa disadari, ternyata saat ini kami akan pulang bersama. Aku merasa senang. Tapi… ahhh. “Apa ini? Tidak tidak. Aku memang kagum padanya, tapi tidak mencintainya bukan?” pikirku. Kak frans memberhentikan sebuah taksi.
    “Ayo vika, kita naik taksi saja, ini sudah malam. Bahaya jika anak perempuan naik angkutan umum.” Kata kak frans.
    Aku terdiam dan pikiranku semakin kacau. Aku G-R karena kata-katanya itu. Aku merasa dia mempedulikanku. Tapi aku tetap tidak boleh berfikiran yang aneh-aneh. Aku pun masuk kedalam taksi dan duduk di sampingnya.

    “dimana rumahmu kak?” Tanya kak frans
    “di Jl. Cempaka Gg. Bersama kak” jawabku
    “kalo begitu kita ke arah rumah kamu saja duluan”
    “oke kak” jawabku

    Beberapa menit kemudian sampailah di depan gangku.
    “Stop. Pak saya turun disini saja. Aku duluan ya kak. terimakasih” kataku
    “Ok vika. Sama-sama”

    Beberapa hari kemudian mereka berjumpa di sekolah lalu merencanakan ingin menjenguk Claudia. Ternyata sudah dua minggu Claudia berada di rumah sakit. kami pergi berdua dengan mengendarai sepeda motor milik kak frans. aku sangat senang bisa bersamanya. Tapi, aku juga sedih karena ia adalah kekasih sahabatku. Sesampainya di rumah sakit, kami pun masuk ke ruangan Claudia dan terkejut melihat rambut Claudia yang indah kini habis dan menjadi botak. Wajahnya pun tidak ceria seperti biasanya. Entah apa sebabnya kami tidak mengetahuinya. Kami pun bertanya kepada tante ratih,

    “tante, ada apa dengan Claudia? Kenapa dia bisa jadi seperti ini?” tanyaku dengan serius.
    Tante ratih melihat wajah Claudia sambil menangis.
    “dia sakit nak. Dia mengidap penyakit kanker otak dan diprediksi dokter bahwa hidupnya tidak lama lagi.” Jawab tante sambil menangis.
    “haaaahhh?? Tidak mungkin tante. Tidak. Selama ini Claudia tidak pernah merasa sakit di depanku”
    “dia menyembunyikannya nak, dia sangat sayang padamu sehingga dia tidak ingin melihatmu sedih jadi dia tidak memberitahumu”.
    “apa itu benar tante?” Tanya kak frans
    “benar frans”
    Kak Frans mendekati Claudia dan berbisik “aku akan menjagamu dan selalu ada di sisa akhir hidupmu sayang, aku sangat mencintaimu.”
    Kak frans pun berlari keluar, dia merasa sangat sedih melihat orang yang dicintainya tergeletak tak sadarkan diri. Sementara aku terduduk lesu dan terus menangis menerima kenyataan tentang sahabatku…

    Hari-hari berlalu, aku dan kak frans sering menjenguk Claudia. Kami menemaninya sepanjang sisa hidupnya. Kami melihat betapa sakitnya yang dia rasakan. Seminggu harus menjalani tiga kali kemoterapi. Hanya doa dan usaha yang dilakukan untuk menyembuhkan Claudia.

    Dua minggu lagi adalah hari ulang tahun sahabatku Claudia. Aku ingin memberikan surprise untuknya supaya dia bahagia. Setiap hari aku dan kak frans selalu menjenguknya.

    Hari ini adalah hari ulang tahunnya aku dan kak Frans akan menemuinya di rumah sakit. Setibanya kami disana kami melihat tubuhnya sudah tidak berdaya. Tante Ratih duduk di sampingnya seakan tak ingin berpisah sedetikpun dengannya. Claudia sudah sadarkan diri. Namun dia tak banyak bicara. Lalu aku dan kak frans mendekatinya.
    “hai sayangku, sahabatku tercinta.. bagaimana keadaanmu?” tanyaku
    Claudia hanya senyum dengan mata yang berbinar-binar.
    “Selamat Ulang Tahun Claudia, aku membawakan semua favoritmu. Aku yakin kau akan baik-baik saja. Ini bunga untukmu. Indahnya sama sepertimu.” Sahut kak frans.
    “terimakasih kak frans, aku mencintaimu selamanya.” Jawab Claudia lemas dan terbata-bata.
    “aku pun begitu Claudia, aku sangat mencintaimu sejak pandangan pertama kita dulu.” Kata kak frans. (terlihat tetesan air matanya di pipi).
    “Claudia, semangatlah.. kami semua sangat menyayangimu.. kami ingin bersamamu selalu”. Dengan nadaku yang agak kesal karna aku takut kehilangannya.
    Lalu Claudia berbicara, “aku sangat menyayangi kalian semua. Aku bahagia bisa memiliki kalian. Ma, Claudia sangat berterimakasih karena mama sudah merawat Claudia selama ini, dengan penuh perjuangan mama melawan kenyataan pahit yang terjadi padaku ini. Aku sangat menyayangi mama. Vika, kak frans, aku ingin kalian menemani mamaku selalu, agar mama tidak kesepian. Aku juga ingin kalian bahagia. Vika. Aku mohon jagalah kak frans sebagaimana aku menjaganya. Karna Aku tau kau pun menyayangi kak frans. kak.. maafkan aku karena tidak bisa menepati janji untuk selalu bersamamu. Pintaku, jagalah mama dan juga sahabatku vika. Aku harap kalian akan hidup bahagia.”
    “apaan sih Claudia, ngawur deh” kataku mengalihkan kesedihan kami semua.
    Tak ada yang berbicara. Hanya terdengar isak tangis yang sangat menyedihkan.
    “Aku sudah tenang sekarang. Dan aku sudah tidak sanggup menahannya lagi” kata Claudia.
    Semakin keras suara tangisan di ruangan ini.. dokter dan perawat pun mulai berdatangan. Kami semua mengelilingi Claudia. Claudia menghembuskan nafas dengan perlahan dan tak sadarkan diri. Setelah diperiksa dokter ternyata Claudia sudah meninggal.

    “CLAUDIAAAAA…” Teriak tante ratih.
    “Claudia…” kata ku lemas.
    Kak frans hanya tertunduk dan terdiam tak bisa berkata apapun. Semua hanya bisa menangis, Dan pada akhirnya kami ikhlas atas kepergianmu Claudia…

    “SELAMAT JALAN SAHABATKU”

    Cerpen Karangan: Elvika
    Facebook: Santika Shanty Lubis

    Artikel Terkait

    Selamat Jalan Sahabat
    4/ 5
    Oleh

    Berlangganan

    Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email