Judul Cerpen Taman Kotaku, I Love You
Kulirik terus jam yang melingkar di pergelangan tanganku. Saat ini masih menunjukkan pukul 08.00 pagi, satu jam lagi aku akan berangkat ke Taman Kota. Dulu aku pernah kesana ketika usiaku menginjak enam tahun, sekarang aku diajak teman-teman mengunjunginya lagi untuk yang kedua kalinya. Aku sungguh senang.
“Seperti apa ya taman kota sekarang?”. Gumamku dalam hati.
Sekarang aku sudah sampai di taman kota, aku sangat terkejut dengan apa yang ada di hadapanku, taman kota yang sekarang tidak seperti dulu, seingatku taman kota yang dulu sangat bersih, indah dan asri.
“Apa yang terjadi? apa semua orang sudah tidak peduli lagi dengan tempat ini? Tak adakah orang yang mengurus tempat ini?”. Sejuta pertanyaan itu melintas di kepalaku.
Saat kulangkahkan kakiku menuju pintu gerbang taman kota, aku dikejutkan lagi dengan pemandangan di hadapanku. Sampah-sampah menumpuk bak gunung berapi, dedaunan berjatuhan silih berganti bak musim gugur di Jepang.
Aku memberanikan diri untuk bertanya kepada pemandu wisata yang bernama dada Suwarso tentang kejadian semua ini. Ternyata memang sampah benar-benar melonjak pasca lebaran Idul Fitri karena dikerubungi para pengunjung dari berbagai penjuru kota.
Selain sampah yang sangat mengganggu pandangan, kondisi hewan-hewan di dalamnya juga sangat menghawatirkan. Mereka banyak yang mati.
“Saya merasa sedih melihat kandang-kandang yang kosong atau hanya punya satu penghuni, juga aquarium yang suram karena ada orang yang tega membunuh ikan-ikan di dalamnya.”. tambah pak Suwarso sambil mengerutkan tangan di dahi.
“Apa? Membunuh?”. Tanyaku terkejut. “kenapa tidak langsung dilaporkan ke polisi, Pak?”. Mendengar pertanyaanku Pak Suwarso terdiam.
Saat sedang serius mengobrol dengan Pak Suwarso sambil memandangi hewan-hewan, tiba-tiba…
“Aaaaa…!”. Teriak sesorang dari arah kandang singa. Semua orang berlarian ke asal suara tersebut, spontan aku juga ikut lari, ternyata ada dua ekor singa mati di kandang yang sama, aku dan teman-teman kaget bukan kepalang. Aku bergegas lari lapor kepada pihak Taman Kota. Aku tidak tahan dengan kematian hewan-hewan yang terus saja terjadi.
“Kenapa keadaan ini dibiarkan saja? Hewan-hewan banyak yang mati? Saya akan laporkan ke polisi!”. Ucapku dengan sedikit kesal.
“Hati-hati kalau bicara, Mbak! Kami disini tidak diam saja, kami selalu mencari penyebab dari masalah ini.”. jawab salah satu petugas sambil ngotot, sepertinya dia tersinggung.
“Iya, Pak! Maafkan saya jika salah ucap! Apa yang bisa saya bantu untuk menyelesaikan masalah ini?”.
“Nanti saja kami menghubungi Mbak jika kami membutuhkan bantuan! Terima kasih atas kesediaannya!”. Tambahnya sedikit tersenyum.
Aku dan teman-teman pun pulang karena jam kunjung Taman Kota sebentar lagi habis.
SEKIAN
Cerpen Karangan: Zulfa Nur Alfiah
Facebook: Zulfa Alfiah
Kulirik terus jam yang melingkar di pergelangan tanganku. Saat ini masih menunjukkan pukul 08.00 pagi, satu jam lagi aku akan berangkat ke Taman Kota. Dulu aku pernah kesana ketika usiaku menginjak enam tahun, sekarang aku diajak teman-teman mengunjunginya lagi untuk yang kedua kalinya. Aku sungguh senang.
“Seperti apa ya taman kota sekarang?”. Gumamku dalam hati.
Sekarang aku sudah sampai di taman kota, aku sangat terkejut dengan apa yang ada di hadapanku, taman kota yang sekarang tidak seperti dulu, seingatku taman kota yang dulu sangat bersih, indah dan asri.
“Apa yang terjadi? apa semua orang sudah tidak peduli lagi dengan tempat ini? Tak adakah orang yang mengurus tempat ini?”. Sejuta pertanyaan itu melintas di kepalaku.
Saat kulangkahkan kakiku menuju pintu gerbang taman kota, aku dikejutkan lagi dengan pemandangan di hadapanku. Sampah-sampah menumpuk bak gunung berapi, dedaunan berjatuhan silih berganti bak musim gugur di Jepang.
Aku memberanikan diri untuk bertanya kepada pemandu wisata yang bernama dada Suwarso tentang kejadian semua ini. Ternyata memang sampah benar-benar melonjak pasca lebaran Idul Fitri karena dikerubungi para pengunjung dari berbagai penjuru kota.
Selain sampah yang sangat mengganggu pandangan, kondisi hewan-hewan di dalamnya juga sangat menghawatirkan. Mereka banyak yang mati.
“Saya merasa sedih melihat kandang-kandang yang kosong atau hanya punya satu penghuni, juga aquarium yang suram karena ada orang yang tega membunuh ikan-ikan di dalamnya.”. tambah pak Suwarso sambil mengerutkan tangan di dahi.
“Apa? Membunuh?”. Tanyaku terkejut. “kenapa tidak langsung dilaporkan ke polisi, Pak?”. Mendengar pertanyaanku Pak Suwarso terdiam.
Saat sedang serius mengobrol dengan Pak Suwarso sambil memandangi hewan-hewan, tiba-tiba…
“Aaaaa…!”. Teriak sesorang dari arah kandang singa. Semua orang berlarian ke asal suara tersebut, spontan aku juga ikut lari, ternyata ada dua ekor singa mati di kandang yang sama, aku dan teman-teman kaget bukan kepalang. Aku bergegas lari lapor kepada pihak Taman Kota. Aku tidak tahan dengan kematian hewan-hewan yang terus saja terjadi.
“Kenapa keadaan ini dibiarkan saja? Hewan-hewan banyak yang mati? Saya akan laporkan ke polisi!”. Ucapku dengan sedikit kesal.
“Hati-hati kalau bicara, Mbak! Kami disini tidak diam saja, kami selalu mencari penyebab dari masalah ini.”. jawab salah satu petugas sambil ngotot, sepertinya dia tersinggung.
“Iya, Pak! Maafkan saya jika salah ucap! Apa yang bisa saya bantu untuk menyelesaikan masalah ini?”.
“Nanti saja kami menghubungi Mbak jika kami membutuhkan bantuan! Terima kasih atas kesediaannya!”. Tambahnya sedikit tersenyum.
Aku dan teman-teman pun pulang karena jam kunjung Taman Kota sebentar lagi habis.
SEKIAN
Cerpen Karangan: Zulfa Nur Alfiah
Facebook: Zulfa Alfiah
Taman Kotaku, I Love You
4/
5
Oleh
Unknown