Cintaku Adalah Kekasihnya (Part 1)

Baca Juga :
    Judul Cerpen Cintaku Adalah Kekasihnya (Part 1)

    Aku berteduh di tepi sungai kehidupan yang seakan menghanyutkan lambayan kasih sayang yang sempat kurasakan, bersama embun pagi kunantikan apa yang mejadi mimpi, namun seakan tak dapat kuraih tanpa dirimu kasih.
    Bagai burung, aku terbang. Mencari kebahagiaan demi masa depan yang telah direncanakan oleh Sang Pengabul Harapan. Rabbiku, kasihku, temani aku dalam setiap ayunan langkah kakiku menuju keridhoan-Mu.
    Syukron Rabbii, engkau telah memberiku kesempatan untuk melihat sebuah senyum kebahagiaan pada wajah dia yang kucinta. Walau bukan karenaku setidaknya aku dapat merasakan kebahagiaan itu. Tak perlu dia tau seberapa besar rasa itu kuberi padanya, karena yang terpenting adalah bukan itu, namun bagaimana kamu dapat tersenyum selalu wahai kasihku.

    FLASHBACK ON
    Hari itu, aku dengan teman-temanku tengah bermain di depan kelas, kami memutuskan untuk selalu menghabiskan waktu bersama sebelum akhirnya kami akan dipisahkan, aku bersama temanku ratna, kami sangat dekat bisa dibilang dia adalah sahabatku. Setelah bermain ratna menitipkan handphonenya padaku karena ia hendak pergi menemui pacarnya, sambil ngelamun aku langsung aja ngambil hpnya. Saat itu kami masih duduk di bangku kelas 3 smp dan kami tengah menanti hasil ujian kami, aku bahkan tak pernah mencoba berpacaran walau banyak pria yang menawarkan. Bukan GR tapi emang kenyataan.

    “sahwa tolong pegang hpku yaah, aku mau ketemu fahri kalau aku nggak balik kamu bawa aja hpku pulang, oke?” sambil berlari meninggalkanku
    “oke!!” aku hanya tersenyum dan mulai memutar music di hp ratna”

    Beberapa jam berlalu, dan ratna belum datang juga, sambil melihat ke sekeliling sekolah semua anak pada main nggak ada yang belajar, soalnya gurunya lagi rapat semua, pas lagi duduk ada adik kelas lewat, sambil senyum lagii, emang sih senyumnya manis, tapi aku nggak tergoda, kan aku sahwa wanita dengan rasa cuek yang katanya berlebihan. Setelah beberapa waktu aku menunggu akhirnya aku memutuskan untuk pulang dan memabawa hpnya.

    “heeey!! teman-teman aku duluan yaah, assalamualaikum?”
    “huuufftt, kenapa dia pulang begitu cepaat hari ini, baiklah waalaikumslam” jawab teman-temanku

    Sesampainya di rumah aku langsung mengambil air wudhu dan melaksanakan shalat dzuhur terlebih dahulu. Di tengah sujud terakhirku aku berdoa.
    “rabbikuu, terima kasih karena telah melindungiku dalam setiap langkahku, aku bahkan dapat hidup dengan tenang di tengah pergaulan yang begitu menggiurkan, aku tau itu pasti karena Engkau selalu melindungiku Rabbiku, pada satu hati saja, izinkan aku mencintai hanya pada satu hati yang benar-benar akan menjagaku dan melindungiku karena-Mu”

    Selesai melaksanakan shalat saya pun menyempatkan diri untuk membaca al-qur’an sebentar. Setelah mengaji aku langsung lihat ke jendela sambil nyari angin kesejukan di siang ini, ruang kamar yang kecil, penuh buku, dengan satu lemari pakaian di samping kiri tempat tidurku, dan jendela yang di samping kanan meja belajarku pun menjadi tempat untukku menikmati angin sepoi ini, terkadang aku sempatkan diri untuk menghayal, tapi pas aku sadar perutku sudah mengamuk dan itu artinya saatnya aku makan siang.

    Seusai makan siang aku langsung menuju kamar sambil baca buku dan ternyata aku tertidur.
    “tiiiitt tiiitt tiitt” hp ratna berbunyi
    “halo, assalamualaikum, maaf siapa ini?” dengan nada mengantuk
    “sahwa kamu tidur yaaah, adduuh maaf deeh kalau aku ganggu, hp aku masih di kamu kaaan?”
    “ahh kamu yah ratna, eemmm iya nih hp kamu, habis kamu nggak balik-balik jadi aku bawa pulang deeh!!”
    “oohh maaf yaah, sebentar sore aku bisa ke rumahmu kaan ambil hpku?
    “kenapa tidak? kamu ini”
    “heheheeh iya iya pesek”
    “ihh iya iya mentang-mentang hidung kamu mancung jadi ngatain aku pesek”
    “hehheeh iya iya maaf ya udah sana bangun udah ashar tu ibu ustdzah yang pesek”
    “iya iyaaa, assalamualaikum?”
    “waalaikumslam ibu ustadzah” sambil menutup teleponnya

    Tanpa menunggu lama aku pun langsung bangun dan menuju kamar mandi untuk mandi dan melaksanakan shalat ashar, selepas shalat aku membantu ibu menjaga toko.
    “sahwa, tolong jemur kerupuk ibu naak!” mamah memanggilku dari dapur
    “ohh iyaa iya buu”

    Saaat aku ke luar untuk menjemur kerupuk, langkahku terhenti sejenak saat melihat seorang pria dengan menggunakan helm merah, dengan motor berwarna merah mendekatiku, aku bahkan tak pernah terpikat dengan pria, namun pria yang satu ini benar-benar membuatku terpaku padanya. Tapi nggak mungkin aku jatuh cinta.
    “sahwa, oohh ini rumahmu yaah? waaah kereen!!”
    “eeh kamu ratna, aku kira siapa” sambil terbangun dari lamunanku saat melihatnya.
    Entah kenapa aku begitu sedih saat mengetahui bahwa wanita yang ia bonceng adalah ratna, awalnya aku pikir dia sendiri namun ternyata ia bersama ratna, aku rasa itu pasti pacarnya ratna. Mereka serasi. hemmm
    “eemm masuk dulu naa,” aku mengajak ratna masuk ke rumahku
    “ahh nggak usah sahwa soalnya aku buru-buru”
    “ohh ya udah tunggu bentar yaah, aku ambil hp kamu dulu” sambil pergi dan masuk ke dalam rumahku dengan suasana hati yang tidak menyenangkan.

    Sambil beristghfar saya pun melangkahkan kaki untuk keluar lagi.
    “inii ratna hp kamu, maaf yaah udah ngerepotin sampe kesini,”
    “ahhh nggak ngerepotin kok malah lebih bagus lagi kalau ratna sering-sering ninggalin hpnya ke kamu biar kita ke sini teruss, hehhehe” sambil berusaha bercanda namun aku begitu terkejut dan jantungku begitu deg-degan mendengarnya.
    “heeem, dasar perayuu, ayo pergi! kita pulang dulu yaahh sahwa, thanks”
    “iyaa ratna hati-hati yaah!!”
    Pria itu tersenyum padaku dan aku hanya terus beristighfar pada Allah karena tak ingin tertipu.
    Namun anehnya, aku bahkan tak pernah terpikat pada pria, namun pria ini benar-benar membuatku merasakan hal yang aneh.

    Malam itu aku menerima pesan dari nomor baru, itu sudah biasa bagiku, jadi aku tidak meladeni nomor baru itu. Namun dia mengirim pesan lagi, “hay ini aku saudaranya ratna yang tadi ituu,” aku terkejut membaca sms itu bahkan aku begitu deg-degan saat membaca pesan itu. Malam itu pun kami saling berkirim pesan dan mengobrol lewat sms. Rupanya dia anak Makassar, namanya Muhamad risaldi, dia sekolah di SMP N 1, dia cukup baik tapii aku hanya ingin berteman dengannya tidak lebih dari itu.

    Keesokan harinya
    “sahwa, ini benar-benar mengagetkanku, bagaimana mungkin kamu dengannya, oohh sungguh tidak mungkin”
    “ada apa eca, bicaralah pelan-pelan jangan membuatku bingung, heeemm” dengan tenang aku menjawab eca
    “kamu pacaran dengan saudaranya ratna yaah? dia hari ini bahkan mengambil fotomu dan menunjukannya untuk semua teman kelasku, mereka semua terkejut bahkan aku hampir pingsan saat mendengar dan melihatnya, oohhh bagaimana mungkin”
    “foto? pacaran? apa maksudnya eca? aku nggak ngerti, aku bahkan baru kenal dia semalam!!”
    “memangnya kalian tidak pacaran? tapi bagaimana dia bisa dapatkan fotomu?”
    “dengar ecaa, karena kamu temanku jadi kumohon katakan pada semua teman kelasmu bahwa yang dikatakan risal itu tidak benar, dan bilang pada risal alangkah baiknya kalau dia tidak melakukan hal itu, karena kamu kan tau sendiri aku tidak pernah pacaran, dan orangtuaku pun tidak mengizinkanku pacaran, jadi kalau berita ini sampai ke telinga orangtuaku maka itu adalah pertanda buruk bagi kita berdua.”
    “baiklah, aku akan melakukan dan mengatakannya teman, demi harga diri”
    “pergilah, hati-hati”
    Aku berlalu, dan tidak habis pikir apa yang dilakukan pria itu benar-benar menjengkelkan. Aku tak ingin memberitahukan ini pada ratna karena aku tak mau dia ikut campur dalam masalah ini, hmm aku bahkan tak pernah berpacaran dan malah menggosipkanku berpacaran dengannya, benar-benar gila pria itu.

    Aku terus mencari pria itu dan sudah hampir seminggu ini aku tidak melihatnya, namun aku benar-benar kesal padanya. bukan maksud ingin memarahinya namun hanya ingin menjelaskan padanya bahwa yang ia lakukan itu salah.

    Waktu berjalan sebagaimana mestinya, hingga aku bertemu dengan hari dimana aku dan teman-temanku akan mengatahui hasil ujian kita, dan Alhamdulillah kami lulus semua, namun itu berarti, aku akan segera pergi meninggalkan kota ini untuk melanjutkan sekolah di kampung nenekku.

    Hari dimana aku akan berangkat pun kini telah di depan mata, Nampak teman-temanku begitu sedih melihatku
    “sudahlah, allah menciptakan semua berpasang-pasangan karena kita sudah bertemu maka tentu saja kita juga harus berpisah, lagipula aku pasti akan kembali suatu hari nanti, apakah kalian akan membiarkanku pergi dengan suasana hati yang begitu sakit karena melihat kalian seperti ini?”
    Semua teman-temanku menggelengkan kepala, dan aku pun pergi, aku pun langsung naik ketas kapal dan melambaikan tanganku pada mereka, dan aku bahkan tak melihat risal sama sekali, dia benar-benar menjengkelkan aku bahkan belum sempat memarahinya.

    Kini, aku begitu membenci risal, karena dia aku jadi disangka wanita munafik, aku bahkan tak pernah berpacaran karena aku tau pacaran itu bukanlah sesuatu yang baik namun dia malah menyebarkan gossip yang begitu menjijikan seperti itu.

    Satu tahun berlalu, kini aku sudah duduk di bangku kelas 2 sma, tapi saat semester dua nanti aku harus kembali lagi ke tempatku yang dulu, karena ayah dan ibuku tinggal di sana dan aku lebih nyaman tinggal bersama mereka. waktu setahun itu pun telah melupakanku pada masalahku dengan si risal itu.

    Singkat cerita, semester dua pun tiba dan itu tandanya aku harus segera kembali ke tempatku yang dulu, aku berpamitan pada nenek dan berangkat hari itu juga. Saat perjalananku di atas kapal, aku bertemu dengan seorang pria yang sering aku temui di mushollah kapal. Dia baik, rajin beribadah, sopan, dan sangat perhatian. Kita mulai akrab setelah hari keduaku di atas kapal, tepatnya selepas shalat subuh. Saat saya sedang duduk di bangku kapal sambil mendengarkan musik, dan menikmati pemandangan lautan lepas bersama puluhan orang lainnya, tiba-tiba dia datang menghampiriku.
    “assalamualaikum ukhtii” ucapnya padaku
    “oh, waalaikumsalam warahmatullah” aku menjawabnya dengan nada pelan dan agak kebingungan.
    “mau turun di pelabuhan mana?” tanyanya padaku
    “emm, di maluku” jawabku singkat
    “oohh jauh yaah?”
    Kami pun mengobrol panjang, hingga akhirnya kami pun terbiasa bertemu selepas shalat, kami semakin akrab. Dan pada hari dimana hanya saat tersisa 12 jam agar saya dapat sampai di tempat tujuanku, dia datang menemuiku, dan mengajakku ke lantai kapal paling atas tempat biasa kami mengobrol. Dia bilang ada yang ingin dia sampaikan dan sesampaiku di sana dia pun langsung memulai pembicaraannya.
    “assalamualaikum akhii” ucapku sambil menyadarkannya bahwa aku sudah ada di sampingnya.
    “waalaikumslam sahwa!!”
    “ada apa akhii, kenapa mengajakku ke sini”
    “eemm, maaf sahwa kalau saya merepotkanmu untuk ke sini, namun sesungguhnya saya hanya ingin menyampaikan sesuatu yang saya rasa harus saya sampaikan untukmu sahwa”
    “kamu kenapa ilham, sikapmu agak aneh, ada apa memangnya” tanyaku padanya
    “sahwa, saya sadar tidak pantas untukku mengatakan ini pada seseorang yang baru kukenal sepertimu, namun saya rasa saya mencintaimu, maaf sahwa bukan bermaksud lancang ingin mengungkapkan perasaan padamu, namun sungguh saya mencintaimu, saya meminta petunjuk Rabb-Ku di setiap sujud sepertiga malamku dan sepanjang itu saya selalu melihatmu datang dan tersenyum padaku, saya mohon izinkan saya menitipkan cintaku pada hatimu, bisakah kau memberiku harapan agar suatu hari nanti saya dapat bertemu denganmu lagi dan juga orangtuamu sahwa? kumohon di 12 jam terakhir ini izinkan aku untuk melihatmu tersenyum bersamaku dan mungkin untuk yang terakhir kalinya. Sahwa kumohon izinkan aku tuk mencintaimu walaupun berdinding ruang dan waktu.”

    Saya hanya terdiam dan bingung apa yang harus saya katakan. Sambil menghembuskan nafas perlahan-lahan saya mencoba menjawab ungkapannya dengan kata-kata yang tersusun rapih lagi lembut.
    “ilham, jangan meminta harapan pada hamba-Nya seperti saya, namun mintalah pada Allah dan berharaplah pada-Nya, in shaa allah tak akan ada kata kecewa. Jika aku adalah milikmu, pasti kita akan bertemu dan bersatu pada ikatan yang diridhoi-Nya. Ilham, saya tak dapat menjawab pertanyaanmu karena saya tak dapat meyakinkan hatiku, saya tak ingin memberi jawaban palsu namun percayalah kau pasti akan mendapatkan seorang bidadari syurga, karena kau terlalu sempurna, assalamualaikum” sambil pamit dan pergi meninggalkannya.
    Aku melihatnya menangis, namun aku tak tahu apa yang harus aku lakukan.

    Dan 12 jam telah berlalu itu artinya aku telah sampai di tempat tujuanku, aku mencari ilham di sepanjang penglihatanku, namun saya rasa allah telah menyembunyikannya dari pertemuan terakhir kita, mungkin ini yang terbaik agar dia tidak bersedih hati selalu. Aku pun langsung turun dan pergi meninggalkan dermaga itu, aku tersadar bahwa tempat ini telah banyak berubah.

    “heeem bahkan baru satu tahun lebih aku meninggalkan kota ini, dan sudah banyak perubahannya, mudah-mudahan teman-temanku juga berubah menjadi lebih baik”

    Sesampaiku di rumah…
    “assalamualaikum, maahh?”
    “waalaikumslam anakku yang paling cantik, ya udah simpan barang-barang kamu ke kamar lalu mandi yaahh syang?”
    “iya buu”
    Aku pun langsung membereskan barang-barangku dan mandi dan setelah itu mengobrol dengan keluargaku. Aku anak mereka satu-satunya, jadi wajar saja jika mereka begitu menjaga dan menyayangiku.

    “setelah ini, kamu mau masuk mana?” Tanya ibu
    “terserah ibu saja, sahwa ikut ibu sama bapak”
    “masuk aliyah saja, di situ banyak teman-teman smp kamu juga” jawab ayahku
    “eemmm iya paak!!”

    Keesokan harinya aku pun langsung pergi bersama ibuku menuju sekolah baruku, rupanya aku masuk aliyah, dan saat teman-temanku melihatku, mereka pun begitu senang bahkan mereka sampai berteriak histeris memanggilku.
    Saat aku masuk ke kelas dan memperkenalkan diriku pada mereke, aku langsung duduk di samping seorang murid pria, namanya rival dia baik, ramah, juga manis.

    Aku melalui hari-hari yang begitu menyenangkan bersama teman-temanku, namun juga begitu melelahkan. Saat pulang aku pun langsung ke masjid, Karena kebetulan sekolah kami punya masjid, aku langsung melaksanakan shalat dzuhur dan selepas itu aku pun tertidur di masjid.
    Saat aku bangun, rupanya masjid ini sudah kosong, tidak ada orang sama sekali, aku pun langsung bergegas pulang.

    Keesokan harinya, aku pun ke sekolah lebih awal dari hari kemarin. Saat bel masuk kami tidak langsung belajar karena kata wali kelas kami, akan ada siswa baru lagii hari ini, eeem mengapa berturut-turut seperti ini. Dan betapa kagetnya aku saat melihat siswa baru itu, dia pun hanya tersenyum dan bahkan tidak ada wajah bersalah sedikit pun ketika melihatku, dia adalah risal, anak yang kucari-cari itu.

    “astagfirullahaladziim? kamu?” dengan nada kaget
    “kenapa sahwa? kamu kenal dia?” rival bertanya padaku dengan wajah bingung.
    “tentu saja!! eehh tidak tidak aku tidak mengenalnya”
    “assalamualaikum, nama saya muhamad risaldi, saya asal Makassar, saya pindahan dari sekolah kelautan” sambil tersenyum manis pada semua teman kelasku.
    Dan tanpa kuduga banyak teman kelasku yang sepertinya terpikat padanya.

    Kami pun sudah memulai proses belajar mengajarnya, dan anak baru itu terus memandangku dia bahkan tak melihat guru yang sedang mengajar di depan, benar-benar anak gila. Setiap melihatnya rasa benci pada hatiku semakin menjadi-jadi, walau berulang kali aku berusaha menenangkan hatiku namun kurasa pria itu sudah benar-benar keterlaluan, sampai hatiku pun tak dapat memaafkannya.

    Saat bel bermain tiba aku pun langsung pergi mengambil air wudhu dan berusaha menenangkan hati.
    “hey, assalamualaikum”
    “astagfiullahaladziim (kaget), huuuhhh kau mebuatku kaget saja, pergi sana” dengan nada keras
    “heeem, kau pasti mencariku kan selama ini?” dengan nada mengejek
    “apaa?? mencarimu? iyaa benar aku mencarimu baguslah kalau kamu sadar”
    “kau pasti membenciku, aku minta maaf” sambil mengulurkan tangan dan mengajakku berjabat tangan denggannya.
    “heey, kau pikir hanya meminta maaf saja itu cukupp?? haaa? kau bahkan mencoreng nama baikku kau memfitnahku, aku bahkan tak pernah berpacaran sama sekali dan kau melakukan hal yang begitu bodoh di hadapan teman-temanmu? kau pikir aku wanita apa? haaa? dan apa ini jabat tangan? kita bukan mahrom? kalau pun kita mahrom aku tidak akan pernah mau memegang tanganmu, kau mengerti jadi pergilah jangan pernah muncul di hadapanku, karena aku sangat membencimu.”
    Aku langsung berlalu meninggalkannya, dan menuju masjid untuk menenangkan diri, orang pertama di dunia ini yang melihatku marah seperti itu adalah dia, hanya dia, dan Cuma dia, aku begitu marah tadi sampai tak dapat mengendalikan diri, biarlah dia juga tidak merekamku jadi hanya dia yang tau seperti apa wajahku tadi.
    “heey, tak peduli seberapa dalam kau membenciku, aku tidak akan pergi darimu, kau mengerti? lagipulah berhati-hatilah, bisa jadi orang yang paling kau benci akan menjadi orang yang kau cintai suatu hari nanti,” sambil mengedipkan matanya padaku, lalu tersenyum dan pergi.
    “benar-benar pria ituu, iiiihhh!!!”

    Setelah pria gila itu pergi, saya pun berusaha menenangkan diri, dan di tengah-tengah dzikirku aku pun teringat pada ilham. Entah dimana dia sekarang, dan apakah perasaannya padaku masih sama seperti dulu.
    “rabbii, saya tidak mengerti apa sebenarnya isi hati ini, namun saya percaya bahwa Engkau melindungiku beserta hatiku, kumohon jangan biarkan hati ini menyelipkan perasaan yang Engkau benci ataupun yang tidak Engkau ridhoi, rabbii lindungilah hati yang suci itu, lindungilah dia yang sempat membuatku bahagia, berikanlah ia kebahagiaan-Mu yang lebih dari yang ia bayangkan, serta lindungilah dia di jalan-Mu yang lurus”.

    Cerpen Karangan: Riza Novelia Ananda Malra
    Facebook: Riza Novelia Ciimpa

    Artikel Terkait

    Cintaku Adalah Kekasihnya (Part 1)
    4/ 5
    Oleh

    Berlangganan

    Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email