Judul Cerpen Joki Jeruji Besi
Lambat laun ruangan ini makin pengap tak ada hembus angin yang mau menjamanya. Bau keringat dan t*i yang tertimbun bertahun-tahun mematikan hidung hingga tak dapat lagi kugunakan untuk mencium bau sesuatu. Tak ada bedanya malam atau pun siang yang ada hanya gelap, sinar mentari tak mampu menembus pekatnya dinding besi yang terlapisi dosa ini jadi aku tak tahu berapa usiaku sekarang dan sudah berapa lama aku di sini.
Sebenarnya hidup di sini bukanlah keinginanku aku di sini hanya untuk menggantikan seseorang yang bahkan tidak kukenal. Saat aku sedang berjalan memunguti rimbunan sampah yang menutupi kota, aku melihat seorang gadis kecil yang sedang duduk sambil menangis, kudekati ia kemudian bertanya “Kenapa menangis dek?” gadis kecil itu tak segera menjawab, ia masih meneruskan tangisannya yang tersedu-sedu sambil menundukkan kepala. “Bukankah lebih baik masalah itu diceritakan, meski kepada seseorang yang belum anda kenal sepertiku, siapa tahu saya bisa membantu mencarikan solusinya” kataku. Gadis itu mencoba menghentikan isakkan tangisnya perlahan-lahan.
“Besok, saya akan dimasukkan dalam penjara”’ Kata gadis kecil itu. mendengar ucapannya aku menjadi bertanya-tanya, memangnya kejahatan macam apa yang bisa dilakukan gadis kecil ini di usianya, penasaran dengan hal itu, aku langsung bertanya “memangnya apa yang sudah kau lakukan?” tanyaku.
“Aku hanya membela diriku” Jawab gadis itu.
“Kalau hanya membela diri, kenapa bisa itu menjadi kejahatan?” tanyaku lagi. Gadis kecil itu menghela napas. Menyiapkan dirinya seolah ia akan menceritakan sesuatu yang sangat luar biasa rahasia kepadaku.
“Begini ceritanya, aku dan ibuku bekerja sebagai pembantu rumah tanggah, kami tidak memiliki rumah, sebab itu kami tinggal di rumah majikan kami, suatu hari saat rumah sedang sepi dan hanya tinggal aku dengan tuan pemilik rumah, entah setan apa yang merasukinya hingga ia tiba-tiba mendekatiku dan memperlakukanku seolah aku adalah istrinya lalu mengatakan keinginan yang katanya ia ingin membawaku pada kesenangan. Aku yang merasa tidak nyaman segera berlari ke dapur dengan beralasan ingin memasak untuk makan siang, tak selang berapa saat ia mengikutikku ke dapur, ia mendekatiku jauh lebih agresif dari yang pertama, ia mencoba memelukku, tapi aku bisa menghindar, ia mencoba menciumku, aku terus menghindarinya, tapi ia semakin bernafsu untuk mendapatkanku, hingga saat mendapatkan tanganku ia mencengkramnya begitu kuat hingga aku tak dapat melepaskan diri, aku meronta dan berteriak, tapi ia menutup mulutku dengan tangan yang satunya ia mencoba menciumku aku yang berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan diri, hingga tanpa sadar tangan sebelah kiriku mencoba untuk meraih pisau yang tergeletak di atas meja, saat pisau itu sudah ada di gengamanku, tanganku bergerak sendiri menebas leher pemilik rumah itu dan seketika itu pula ia menghembuskan napas terakhirnya”
Aku memahami betul kisahnya, memanng bukan ia yang salah yang bersalah sudah mendapatkan balasannya yang bersalah sudah mati jadi dia tidak bisa dihukum, sementara harus ada yang dihukum dan dimasukan penjara untuk semua kejahatan meski ia bukan penjahatnya, itu sudah menjadi peraturan di kota ini dan tidak bisa diubah. Selesai ia menceritakan kisah tragisnya itu, ia kembali meneruskan tangisannya, aku yang tak tega melihat perempuan menangis berusaha untuk membantunya.
“Bagaimana kalau aku membantumu?” kataku pada gadis itu.
“Membantuku, memangnya bagaimana caranya?” tanya gadis itu.
“Aku akan mengantikanmu untuk di penjara” jawabku.
“Tapi, kau kan tak mengenalku, dan lagi kenapa kau ingin membantuku sampai seperti itu?” tanyanya.
“Aku hanya ingin membantu, lagi pula kau masih terlalu kecil untuk dipenjara, kau tidak akan kuat hidup di dalam ruangan pengap dengan bau kotoran yang menyengat tiap waktu itu. masa depanmu masih panjang jadi kau tidak layak hidup di dalam penjara” jelasku padanya.
“Benarkah, benarkah kau mau melakukan itu?” katanya meragukan ucapanku.
“Iya kenapa aku harus bercanda, lagi pula aku sudah hidup cukup lama dan bagiku hidup di luar seperti ini dan di kota ini, tidaklah berbeda dengan hidup di dalam penjara, sama-sama bau busuk sampah, hanya saja limbah sampahnya yang berbeda”. Jelasku lagi. Mendengar ucapanku gadis itu tersenyum lebar. Memandangku seolah aku adalah malaikat yang mengembalikan hidupnya, ia mengengam tanganku dan tak henti-hentinya mengucapkan kata “terima kasih”.
Sebab itulah aku sekarang berada di dalam ruangan pengap ini, di dalam sini terkadang aku merindukan suasana yang biasa terjadi di luar sana, seperti ketika seseorang saling adu jotos hanya untuk berebut tempat duduk, atau ketika orang-orang besar itu melakukan pembunuhan masal pada orang-orang yang tak punya identitas, aku merindukan pemandangan itu, tapi dibalik itu aku juga bersyukur berada di dalam sini sebab aku tak harus mengais sampah lagi untuk sesuap nasi sebab di sini sudah disediakan.
Cerpen Karangan: Andre W
Facebook: Moh andre wahzudi
Lambat laun ruangan ini makin pengap tak ada hembus angin yang mau menjamanya. Bau keringat dan t*i yang tertimbun bertahun-tahun mematikan hidung hingga tak dapat lagi kugunakan untuk mencium bau sesuatu. Tak ada bedanya malam atau pun siang yang ada hanya gelap, sinar mentari tak mampu menembus pekatnya dinding besi yang terlapisi dosa ini jadi aku tak tahu berapa usiaku sekarang dan sudah berapa lama aku di sini.
Sebenarnya hidup di sini bukanlah keinginanku aku di sini hanya untuk menggantikan seseorang yang bahkan tidak kukenal. Saat aku sedang berjalan memunguti rimbunan sampah yang menutupi kota, aku melihat seorang gadis kecil yang sedang duduk sambil menangis, kudekati ia kemudian bertanya “Kenapa menangis dek?” gadis kecil itu tak segera menjawab, ia masih meneruskan tangisannya yang tersedu-sedu sambil menundukkan kepala. “Bukankah lebih baik masalah itu diceritakan, meski kepada seseorang yang belum anda kenal sepertiku, siapa tahu saya bisa membantu mencarikan solusinya” kataku. Gadis itu mencoba menghentikan isakkan tangisnya perlahan-lahan.
“Besok, saya akan dimasukkan dalam penjara”’ Kata gadis kecil itu. mendengar ucapannya aku menjadi bertanya-tanya, memangnya kejahatan macam apa yang bisa dilakukan gadis kecil ini di usianya, penasaran dengan hal itu, aku langsung bertanya “memangnya apa yang sudah kau lakukan?” tanyaku.
“Aku hanya membela diriku” Jawab gadis itu.
“Kalau hanya membela diri, kenapa bisa itu menjadi kejahatan?” tanyaku lagi. Gadis kecil itu menghela napas. Menyiapkan dirinya seolah ia akan menceritakan sesuatu yang sangat luar biasa rahasia kepadaku.
“Begini ceritanya, aku dan ibuku bekerja sebagai pembantu rumah tanggah, kami tidak memiliki rumah, sebab itu kami tinggal di rumah majikan kami, suatu hari saat rumah sedang sepi dan hanya tinggal aku dengan tuan pemilik rumah, entah setan apa yang merasukinya hingga ia tiba-tiba mendekatiku dan memperlakukanku seolah aku adalah istrinya lalu mengatakan keinginan yang katanya ia ingin membawaku pada kesenangan. Aku yang merasa tidak nyaman segera berlari ke dapur dengan beralasan ingin memasak untuk makan siang, tak selang berapa saat ia mengikutikku ke dapur, ia mendekatiku jauh lebih agresif dari yang pertama, ia mencoba memelukku, tapi aku bisa menghindar, ia mencoba menciumku, aku terus menghindarinya, tapi ia semakin bernafsu untuk mendapatkanku, hingga saat mendapatkan tanganku ia mencengkramnya begitu kuat hingga aku tak dapat melepaskan diri, aku meronta dan berteriak, tapi ia menutup mulutku dengan tangan yang satunya ia mencoba menciumku aku yang berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan diri, hingga tanpa sadar tangan sebelah kiriku mencoba untuk meraih pisau yang tergeletak di atas meja, saat pisau itu sudah ada di gengamanku, tanganku bergerak sendiri menebas leher pemilik rumah itu dan seketika itu pula ia menghembuskan napas terakhirnya”
Aku memahami betul kisahnya, memanng bukan ia yang salah yang bersalah sudah mendapatkan balasannya yang bersalah sudah mati jadi dia tidak bisa dihukum, sementara harus ada yang dihukum dan dimasukan penjara untuk semua kejahatan meski ia bukan penjahatnya, itu sudah menjadi peraturan di kota ini dan tidak bisa diubah. Selesai ia menceritakan kisah tragisnya itu, ia kembali meneruskan tangisannya, aku yang tak tega melihat perempuan menangis berusaha untuk membantunya.
“Bagaimana kalau aku membantumu?” kataku pada gadis itu.
“Membantuku, memangnya bagaimana caranya?” tanya gadis itu.
“Aku akan mengantikanmu untuk di penjara” jawabku.
“Tapi, kau kan tak mengenalku, dan lagi kenapa kau ingin membantuku sampai seperti itu?” tanyanya.
“Aku hanya ingin membantu, lagi pula kau masih terlalu kecil untuk dipenjara, kau tidak akan kuat hidup di dalam ruangan pengap dengan bau kotoran yang menyengat tiap waktu itu. masa depanmu masih panjang jadi kau tidak layak hidup di dalam penjara” jelasku padanya.
“Benarkah, benarkah kau mau melakukan itu?” katanya meragukan ucapanku.
“Iya kenapa aku harus bercanda, lagi pula aku sudah hidup cukup lama dan bagiku hidup di luar seperti ini dan di kota ini, tidaklah berbeda dengan hidup di dalam penjara, sama-sama bau busuk sampah, hanya saja limbah sampahnya yang berbeda”. Jelasku lagi. Mendengar ucapanku gadis itu tersenyum lebar. Memandangku seolah aku adalah malaikat yang mengembalikan hidupnya, ia mengengam tanganku dan tak henti-hentinya mengucapkan kata “terima kasih”.
Sebab itulah aku sekarang berada di dalam ruangan pengap ini, di dalam sini terkadang aku merindukan suasana yang biasa terjadi di luar sana, seperti ketika seseorang saling adu jotos hanya untuk berebut tempat duduk, atau ketika orang-orang besar itu melakukan pembunuhan masal pada orang-orang yang tak punya identitas, aku merindukan pemandangan itu, tapi dibalik itu aku juga bersyukur berada di dalam sini sebab aku tak harus mengais sampah lagi untuk sesuap nasi sebab di sini sudah disediakan.
Cerpen Karangan: Andre W
Facebook: Moh andre wahzudi
Joki Jeruji Besi
4/
5
Oleh
Unknown