Bukan Mimpi

Baca Juga :
    Judul Cerpen Bukan Mimpi

    Seperti biasa aku berangkat sekolah dengan sahabatku Zahira. Dia sahabatku yang baik dia suka memakai tas coklat karena coklat memang kesukaannya, tiap hari pasti dia sudah stand by berada di depan rumahku jam 6 pagi seperti ojek aku aja deh. Yang punya motor sih memang Zahira tapi dia yang nungguin aku. Yah.. maklum dia sahabat yang segalanya dia sampai rela setiap hari nungguin aku untuk berangkat bersamanya walaupun sebenarnya dia yang punya motor.

    “Selamat pagi Salsa, selamat pagi juga ojeknya Salsa”. Ujar Taufik dengan ekspresi wajah yang penuh dengan senyum itu. Taufik adalah pacarnya Zahira namun dia sering menyebut pacarnya itu ojekku yah.. mungkin itu panggilan sayangnya.
    “Selamat pagi jelek” ujar Zahira dengan muka cueknya sambil pergi ke kelas. “Ehk, sayang kok gitu sih malah pergi” panggil Taufik sambil berteriak. Aku memang udah biasa melihat tingkah laku pacaran dua sahabatku ini yang aneh. Setiap hari mereka ini tidak pernah akur malah lebih sering dia bertengkar. Aku nggak tau sih bagamaina pacaran itu? Walaupun aku udah anak SMK tapi aku belum pernah pacaran mungkin karena aku terlalu fokus dalam pelajaran kali yah. Tapi aku kepengennya sih punya pacar…

    “Teng… teng… teng” bel berbunyi.
    “Ayo Salsa masuk kok malah ngelamun” ujar guru produktifku.
    “Oh Iya Bu” ujarku

    Tak terasa waktunya istirahat aku pergi ke perpustakaan bersama sahabatku Zahira.
    “Sa, kamu mau baca buku apa?” ujar Zahira. “Hmmm… buku apa yah buku ini deh” ujarku.
    Aku mengambil novel mengenai pacaran, yah aku sih memang belum pacaran tapi, baca-baca bisa tau kali yah gimana itu pacaran.
    “Loh kok kamu baca novel biasanya kan buku bertemakan pelajaran sekolah” ujar Zahira dengan tampang wajah yang aneh.” Gak papa dong sekali-kali, emang salah yah kalau aku baca novel” ujarku. “Gak sih cuman aneh aja” ujar Zahira. “Aku duduk di bangku itu yah, soalnya nunggu kamu nyari buku pasti lama” ujarku sambil pergi menuju bangku itu.

    Aku pun duduk sambil membaca novel pilihanku. Tiba-tiba ada yang duduk di sampingku dan pikirku dia bukan Zahira, kulihat tangannya dia pakai jam tangan hitam di tangan kirinya dan saat kutengok ke wajahnya uhh jantungku berdebar–debar.
    “Ehk, maaf yah aku duduk di sini, ganggu yah?” ujar cowok itu sambil menatap wajahku. “Ehk, gak papa kok gak ganggu juga” ujarku. Ya Tuhan ini cowok atau pangeran kok ganteng banget sih andai sajah dia pacarku.
    “Oh iya kamu kelas mana?” ujar cowok itu. “Aku kelas X-TKJ 1” ujarku. “Oh… pantesan baru liat” ujar cowok itu. Jawabku hanya mengangguk saja aku berharap sih dia tanya aku lagi atau aku yang nanyanya, gimana yah memangnya dia kelas berapa yah tanya ngggak tanya nggak. Ah tanya aja deh penasaran.
    “Aku duluan yah sebentar lagi bel” ujar cowok itu. “Oh iya” ujarku. Yah terlambat deh dia keburu pergi.

    “Sa, kamu beruntung banget, kamu duduk sama kakak kelas yang ganteng itu” ujar Zahira. “Ah, biasa aja deh dia gak ganteng banget” ujarku. Sebenarnya sih dia memang ganteng banget lebih dari kata ganteng banget lagi plus kelihatannya dia cowok baik-baik.
    “Kamu tau nggak dia itu kak Rifky dia adalah kakak kelas kita kelas XII hebatnya dia sering juara kelas di kelasnya. Sa.. aku berharap dia jadi pacarku atau kalau nggak juga jadi pacar kamu deh.. Aminn” ujar Zahira.

    Setelah 6 bulan aku berada di sekolah ini aku sering sekali melihat kak Rifky itu. Makin hari sepertinya aku makin suka sama kak Rifky. Setiap aku berpapasan dengannya pasti saat istirahat dan pulang sekolah. Tapi, hari ini kenapa yah aku gak lihat dia padahal ini sudah pulang sekolah. Hanya yang kulihat adalah kerumunan orang di lapangan sekolah ini, yah memang ramai soalnya hari ini adalah waktunya PENSI atau sering disebut pentas seni. Aku sih berharap kak Rifky ada di sana, aku pun langsung ke lapangan itu.

    “Sa.. kamu tau nggak siapa yang akan tampil lagi?” ujar Zahira. “Siapa memangnya Taufik yah pacar kamu.” Ujarku. “Salsa, kok Taufik sih siapa lagi dong orang yang paling ganteng, baik, pinter dan sholeh dan plus plus deh pokonya mah” ujar Zahira. “Maksudnya kak Rifky” ujarku.

    Ternyata memang benar yang tampil adalah kak Rifky seorang laki-laki yang berharap menjadi pacar pertamaku. Ya Tuhannn apakah ini namanya jatuh cinta hingga aku 100% berharap banget dia menjadi pacar pertama aku. Sadar Salsa sadar.

    Semua orang langsung mengkerumuni panggung yang ada di lapangan sehingga lapangan sekolah kami sangat penuh sampai-sampai aku dan Zahia sulit menghampiri ke panggung tersebut untuk melihat kak Rifky lebih dekat.
    “Heyy, Sayang ke mana aja kok baru liat” ujar Taufik. “Sayang? Kamu kesambet sama setan apa kok jadi panggil aku sayang?” ujar Zaihra. “Loh kok malah kamu yang nyangut sih, aku panggil sayang kan bukan ke kamu tapi sama yang di belakang kamu” ujar Taufik. “Oh sekarang pacar kamu Nabila, ya udah gak apa apa” ujar Zahira yang langsung menampakan muka cemberutnya.” Nggak kok, bercanda Zahira sayang. Kamu tau gak kak Rifky yang sekarang akan tampil ini mau nyanyi sekaligus nyatain cintanya sama cewek anak sekolah ini.” ujar Taufik. “Serius, wah beruntung banget yah cewek yang akan ditembaknya hari ini.” Zahira.

    Suasana di lapangan begitu rame seperti ada artis papan atas yang ada di sekolahku. Yah begitu ramai karena saat ini kak Rifky sedang nyanyi lagu yang romantis buat cewek yang akan ditembaknya. Namun begitu lantunan lagu itu selesai suasana menjadi hening di saat kak Rifky akan menyatakan cintanya.
    “Di sini aku berdiri di sini nyanyi di sini buat wanita yang aku suka dan aku minta wanita itu naik ke atas panggung dan berada di sampingku di sini. Dan wanita itu adalah…” ujar Rifky.
    Semua serontak memanggil nama Dinda. Yah kak Dinda adalah teman sekelasnya kak Rifky. Wanita yang sangat cantik memang pastinya mempesona semua laki-laki yang ada di sekolah ini. Tapi, aku berharap ada yang menyebut namaku walaupun satu orang dari ratusan orang di kerumunan ini tapi sayang itu tidak ada.
    “SALSA anak kelas X-TKJ 1.” ujar kak Rifky. Jantungku langsung berdebar mengapa tidak namaku disebutnya. Ya Tuhan Apakah Ini Mimpi?. Aku menampar pipiku 3 kali dan terasa begitu sakit dan itu artinya aku tidak mimpi ini bukan sebuah khayalan ku tapi ini sebuah kenyataan.
    “Sa.. dia nyebut nama kamu yang artinya dia…” ujar Zahira. Sambil memeluk badanku yang kecil ini. “Dia mungkin salah sebut namanya Ra” ujarku. “Nggak aku nggak salah sebut namanya kok”.
    Suara itu aku mengenalinya aku pun langsung membalikan badan
    “Salsa mungkin kamu bingung kenapa aku melakukan ini, tapi ini isi dari hatiku harapanku dari dulu dan sekarang aku menemukan harapan itu. Dan harapan itu ada di depanku saat ini.” ujar kak Rifky “Ka.. maaf yah kita ini gak akrab kita ini mungkin belum saling mengenal jauh, tapi kenapa kakak melakukan ini atau kakak cuman..” ucapanku terpotong begitu saja saat kak Rifky langsung menutup mulutku.
    “Gak, ini bukan main-main kamu memang bidadari yang kutunggu sudah lama. Mau kan aku jadi pacar pertama kamu?” ujar kak Rifky sambil memberiku setangkai bunga mawar. Dan semua serontak berteriak TERIMA. Tapi ini bukan pengambilan keputusan yang gampang tapi ini keputusan yang sulit yang membuatku tak berkata sekalipun.
    “SA, cepet dong jawab iyaaa” ujar Zahira.
    Ya Tuhan… dia laki-laki yang aku inginkan dia tidak bercanda dia serius di depan umum seperti ini. Ini memang bukan mimpi dia adalah pangerang yang tidak diduga-duga namun sekarang langsung ada di hadapanku. Dan aku pun langsung menjawab
    “Iya kak” ujarku.
    Semua langsung berteriak histeris dan bertepuk tangan.

    Cerpen Karangan: Siti Asri Septiani
    Facebook: Siti Asri

    Artikel Terkait

    Bukan Mimpi
    4/ 5
    Oleh

    Berlangganan

    Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email