Seorang Pemuda berparas biasa dan penampilan rapi dengan raut muka serius menatap langit pada sore hari itu. “Sepertinya sudah jam 3.30 sore!”, ucap pemuda itu di dalam hatinya. Dia pun meluruskan pandangan ke depan sembari melangkahkan kaki ke sebuah Mushola yang ada di sekitar situ untuk menunaikan sholat Ashar.
Namanya adalah Alzi, seorang pemuda Jenius yang memiliki Kemampuan Intellektual type Logikal-Matematikal, Naturalis, Intra Personal dan Inter Personal diatas rata-rata. Dia juga memiliki kecerdasan Spiritual yang bagus. Dengan kata lain dia pemuda yang jenius dalam bidang eksak/Ilmu Pasti, bisa membaca alam sekitarnya, sensitif terhadap perasaan yang dirasakan orang lain, pandai membawa diri, rajin sholat dan mengaji.
Umurnya baru 17 tahun, namun dia sudah kuliah tingkat akhir di sebuah Universitas ternama di negeri ini. Karena bakatnya yang luar biasa, pada umur 15 tahun dia sudah lulus SMA dengan sistem akselerasi. Dan beberapa bulan lagi akan lulus dari Universitas dengan predikat Cum Laude dan Sarjana termuda yang pernah ada di Universitas tersebut.
Dari segala macam kelebihan yang dia miliki, hanya satu kekurangan dirinya. Yaitu tidak pernah merasakan bagaimana rasanya jatuh cinta. Dari sekian banyak gadis cantik yang ada di Kampus tersebut, tidak satu pun yang bisa membuatnya jatuh hati ataupun membuatnya merasakan pengalaman jatuh cinta.
Baginya jatuh cinta adalah perbuatan sia-sia, tidak produktif dan buang-buang waktu. Definisi jatuh cinta menurut Alzi hanyalah reaksi biologis yang dipicu oleh hormon testosteron dan feromon. Bukan hal hiperbola yang populer digambarkan dan ditulis dalam buku Shakespeare atau Novel-novel percintaan Tere Liye dan Komik Tatang S. yang digandrungi banyak orang.
Malah baginya Jatuh cinta adalah hal yang berbahaya karena dapat memicu jantung bekerja lebih cepat dan bila hubungannya tidak berjalan lancar, dapat mengakibatkan sakit hati hingga kematian.
Sakit hati disini bukan hanya kata kiasan, namun sakit hati dalam arti literal sesungguhnya. Karena dalam Ilmu Biologi, otot tendon jantung bisa putus setelah mengalami Trauma Emosional yang akut, sehingga jantung tidak bisa memompa darah dengan efektif. Jadi, manusia benar-benar bisa mati karena patah hati.
Hari mulai malam, Alzi berjalan menyusuri trotoar yang kusam tertutup debu. Dia berniat untuk mencari penjual nasi goreng untuk mengisi perutnya yang yang sudah terasa lapar. Beberapa langkah berjalan, suasana nampak sepi sekali, tidak ada seorangpun terlihat. Tiba-tiba Alzi melihat sesosok gadis berpakaian serba putih, berdiri di samping jembatan.
Bila orang pada umumnya akan lari karena takut mengira gadis tersebut adalah hantu, namun tidak demikian halnya dengan Alzi. Baginya hantu hanyalah proyeksi spontan pikiran manusia yang sedang ketakutan sehingga sekelebat bayangan saja bisa nampak seperti sosok hantu mengerikan.
Setelah proses pemikiran dan logika yang panjang, Alzi menyimpulkan bahwa sosok gadis tersebut bukanlah hantu, melainkan objek solid yang bisa dipastikan adalah manusia biasa, karena dia terlihat sedang melahap roti isi. Alzi pun melangkah mendekati gadis tersebut dan berkata.
“Maaf mba, boleh saya minta roti isinya?”. Pinta Alzi dengan nada datar. Rupanya rasa lapar di perutnya bisa mengalahkan rasa takut bahkan rasa malu yang ada dalam diri Alzi.
Gadis tersebut menoleh ke arah Alzi dan memasang raut muka terkejut sekaligus geli mendengar perkataan Alzi yang spontan dan lucu. Tak lama kemudian gadis itu berkata.
“Boleh, tapi kamu harus perkenalkan namamu dulu!”, ucapnya pendek.
“Nama saya Alzi, panggil saja Al, seorang Mahasiswa tingkat akhir di Universitas!”. Alzi terdiam sejenak, tak lama kemudian dia kembali berkata “Jadi, boleh saya minta roti isinya?”.
Gadis tersebut tertawa geli mendengar ucapan Alzi. Baru kali ini dia bertemu seorang lelaki yang belum dia kenal sebelumnya tapi berani meminta sesuatu kepadanya. Mengingatkan dia dengan seniman terkenal Jackson Pollock, seorang pelukis dengan gaya abstrak ekspressionis. Gayanya mirip dengan pria bernama Alzi ini, bisa mengekspresikan dirinya meskipun terlihat abstrak dan membuat semua orang penasaran.
“Ambillah, ini untukmu!”, ucap Gadis tersebut sembari mengulurkan tangannya yang memegang sepotong roti kepada Alzi. “Namaku Avina, panggil saja Avi!”.
“Jadi, kamu Avina?”, Alzi kaget seolah tak percaya. “Gadis dari fakultas sastra yang kaya, cantik dan paling digandrungi semua pria di kampus?”.
Alzi terkejut karena bertemu Avi di malam yang sepi dan dalam kondisi tak terduga seperti ini. Penampilan Avi juga jauh dari kata glamor yang biasa melekat pada seorang gadis putri jutawan yang digembar-gemborkan semua orang di kampus.
Avi tersenyum. “Itu semua hanya rumor, jangan terlalu berlebihan!”, sergahnya kepada Alzi. Seolah memberitahukan bahwa dirinya tidak seperti yang dirumorkan.
“Jadi, kamu Alzi, Mahasiswa yang Jenius itu ya?”. Air muka Avina berubah penasaran. “Apa benar kamu sejenius yang dirumorkan?”, tanya Avina.
Dari beberapa pertemuannya dengan gadis lainnya. Entah kenapa pertemuan ini seperti memiliki sensasi berbeda untuk Alzi. Seolah ada gaya gravitasi dari Avi yang menarik Alzi untuk mengorbit mendekatinya. Dia seperti tertantang untuk menjawab pertanyaan Avi untuk menunjukkan kejeniusannya.
“Namamu Avina, Lahir di Kota B, 1 April 1993. Ayah bernama X, Ibu bernama Y. Alamatmu di Kota C, bla, bla, bla”, tukas Alzi dengan nada antusias mengucapkan data diri Avina dengan lengkap.
Avina hanya bisa memasang raut muka terkejut sekaligus kagum. Bagaimana mungkin dia bisa menghafal semua itu, yang bahkan Avina sendiri tidak bisa menghafalnya diluar kepala.
“Wow, luar biasa, Al! Bagaimana kamu bisa menghafal semua itu?”. Tanya Avina dengan raut muka penasaran.
“Mmm, aku cuma tidak sengaja, melihat data diri kamu waktu berada di ruang Fakultas!”, ucapnya dengan nada datar menjawab pertanyaan Avina. “Jadi, aku boleh makan roti isi ini? Perutku sudah lapar!”. Raut mukanya berubah memelas memandang ke arah Avina.
Avina tersenyum simpul mendengar perkataannya. Melihat tingkah laku dan perkataan Alzi, membuatnya bisa tertawa dan sejenak terhibur dari penatnya kehidupan. Bagi Avina, Alzi mungkin adalah salah satu Karya Seni ciptaan Tuhan yang jarang sekali, atau mungkin satu-satunya yang bisa menghibur dirinya hanya dari percakapan biasa dan melalui pertemuan konyol yang tak disangka-sangka.
“Kamu pria yang lucu, Al!. Makanlah dulu, sebelum nanti kamu pingsan”. Tukasnya seraya mempersilahkan Alzi menghabiskan roti isi pemberiannya.
Avi dengan seksama memperhatikan Alzi yang lahap menyantap roti isi pemberiannya. Tidak ada yang menarik sedikitpun dari pria ini, wajah biasa, penampilan biasa, bahkan dilihat dari tingkah lakunya cenderung spontan dan ceroboh. Tidak sedikitpun terpancar aura yang dapat memikat hati seorang wanita. Tapi, ada sisi lain dari dirinya. Sisi lain yang membuat Avi nyaman berada di dekatnya. Dia tidak merasa canggung sedikitpun mengobrol di pinggir jalan sambil memberikan roti isi miliknya. Dia juga tidak segan tertawa terpingkal-pingkal melihat dan mendengar tingkah laku dan perkataannya yang lucu.
Selesai menghabiskan roti isi dari Avi, Alzi lalu merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebungkus coklat dan memberikannya kepada Avi.
“Ini untuk kamu, sebagai pengganti roti isi yang saya habiskan”. tukasnya pendek. Sejurus kemudian, dengan rasa penasaran Alzi berkata, “Jadi, usia kamu diatas saya? apa saya perlu memanggil kamu Kak Avi?”.
Dengan refleks, Avi mencubit kedua pipi Alzi dengan gemas. “Tidak sopan bicara tentang usia seorang gadis di hadapannya, Al!. Kamu boleh panggil namaku saja, tidak perlu pakai “KAK”, mengerti?”. Ujarnya dengan nada kesal seraya melepaskan cubitannya.
Alzi mengelus kedua pipinya yang memerah karena dicubit Avi. Kendati begitu, tidak sedikitpun dia merasa sakit atau kesal diperlakukan seperti itu. Entah kenapa, seperti ada gaya gravitasi khusus berasal dari gadis bertubuh kecil dan rapuh bernama Avi. Menarik dirinya sedemikian hebat ke arah Avi, lebih besar dari gaya gravitasi bumi, bahkan gaya gravitasi Matahari sekalipun, yang menarik semua planet tata surya mengorbit mengitarinya. Membuatnya ingin bertemu kembali dengan Avi dan selalu berada di dekatnya.
“Apa aku boleh, bertemu denganmu lagi nanti?”. Tubuh Alzi bergetar hebat sehabis mengucapkan itu. Seperti beban berat melebihi energi kalori yang lepas dari tubuhnya terlepas.
Avi tersentak mendengar permintaan Alzi. Dia merasa seperti tokoh dalam salah satu novel roman picisan karya Paolo Coelhoe. Seorang sastrawan terkenal di bidang literatur. Hatinya bagai tertusuk panah dewa cinta yang dilesakkan seorang pemuda biasa, yang lebih muda darinya. Sensasi yang belum pernah dia rasakan sebelumnya, bahkan dari seorang pemuda tampan dan jutawan bintang kampus sekalipun yang dulu pernah menggodanya. Dia mencoba tenang dan menjawab permintaan Alzi.
“Tentu, aku akan senang sekali bertemu denganmu lagi!”, ucapnya lembut seraya tersenyum manis memandang wajah Alzi.
Alzi tertegun kaku, baru kali ini ia merasakan hal seperti itu. Sensasi unik yang dia rasakan akibat reaksi biologis yang dipicu oleh hormon testosteron dan feromon. Perasaan bercampur aduk antara gembira, cemas, senang, jantung berdegup lebih kencang dan pandangan mata sejenak terasa lebih tajam. Perasaan apakah itu? mungkinkah cinta?. Ucap Alzi didalam hatinya. Dia lalu mencoba membalas senyuman Avi dengan menyeringai kaku. Seperti robot beta yang baru diuji coba.
Mereka berdua pun membalikkan badannya masing-masing. Beranjak melangkah menjauhi tempat mereka berdiam. Dalam hati, mereka tidak sabar menanti momen ketika mereka bertemu kembali. Pertemuan unik antara seorang Pria Engineer dengan seorang Gadis Sastrawan.
Cerpen Karangan: Algi Azhari
Facebook: www.facebook.com/algi.azhari
Blog: algigemini.blogspot.com
Namanya adalah Alzi, seorang pemuda Jenius yang memiliki Kemampuan Intellektual type Logikal-Matematikal, Naturalis, Intra Personal dan Inter Personal diatas rata-rata. Dia juga memiliki kecerdasan Spiritual yang bagus. Dengan kata lain dia pemuda yang jenius dalam bidang eksak/Ilmu Pasti, bisa membaca alam sekitarnya, sensitif terhadap perasaan yang dirasakan orang lain, pandai membawa diri, rajin sholat dan mengaji.
Umurnya baru 17 tahun, namun dia sudah kuliah tingkat akhir di sebuah Universitas ternama di negeri ini. Karena bakatnya yang luar biasa, pada umur 15 tahun dia sudah lulus SMA dengan sistem akselerasi. Dan beberapa bulan lagi akan lulus dari Universitas dengan predikat Cum Laude dan Sarjana termuda yang pernah ada di Universitas tersebut.
Dari segala macam kelebihan yang dia miliki, hanya satu kekurangan dirinya. Yaitu tidak pernah merasakan bagaimana rasanya jatuh cinta. Dari sekian banyak gadis cantik yang ada di Kampus tersebut, tidak satu pun yang bisa membuatnya jatuh hati ataupun membuatnya merasakan pengalaman jatuh cinta.
Baginya jatuh cinta adalah perbuatan sia-sia, tidak produktif dan buang-buang waktu. Definisi jatuh cinta menurut Alzi hanyalah reaksi biologis yang dipicu oleh hormon testosteron dan feromon. Bukan hal hiperbola yang populer digambarkan dan ditulis dalam buku Shakespeare atau Novel-novel percintaan Tere Liye dan Komik Tatang S. yang digandrungi banyak orang.
Malah baginya Jatuh cinta adalah hal yang berbahaya karena dapat memicu jantung bekerja lebih cepat dan bila hubungannya tidak berjalan lancar, dapat mengakibatkan sakit hati hingga kematian.
Sakit hati disini bukan hanya kata kiasan, namun sakit hati dalam arti literal sesungguhnya. Karena dalam Ilmu Biologi, otot tendon jantung bisa putus setelah mengalami Trauma Emosional yang akut, sehingga jantung tidak bisa memompa darah dengan efektif. Jadi, manusia benar-benar bisa mati karena patah hati.
Hari mulai malam, Alzi berjalan menyusuri trotoar yang kusam tertutup debu. Dia berniat untuk mencari penjual nasi goreng untuk mengisi perutnya yang yang sudah terasa lapar. Beberapa langkah berjalan, suasana nampak sepi sekali, tidak ada seorangpun terlihat. Tiba-tiba Alzi melihat sesosok gadis berpakaian serba putih, berdiri di samping jembatan.
Bila orang pada umumnya akan lari karena takut mengira gadis tersebut adalah hantu, namun tidak demikian halnya dengan Alzi. Baginya hantu hanyalah proyeksi spontan pikiran manusia yang sedang ketakutan sehingga sekelebat bayangan saja bisa nampak seperti sosok hantu mengerikan.
Setelah proses pemikiran dan logika yang panjang, Alzi menyimpulkan bahwa sosok gadis tersebut bukanlah hantu, melainkan objek solid yang bisa dipastikan adalah manusia biasa, karena dia terlihat sedang melahap roti isi. Alzi pun melangkah mendekati gadis tersebut dan berkata.
“Maaf mba, boleh saya minta roti isinya?”. Pinta Alzi dengan nada datar. Rupanya rasa lapar di perutnya bisa mengalahkan rasa takut bahkan rasa malu yang ada dalam diri Alzi.
Gadis tersebut menoleh ke arah Alzi dan memasang raut muka terkejut sekaligus geli mendengar perkataan Alzi yang spontan dan lucu. Tak lama kemudian gadis itu berkata.
“Boleh, tapi kamu harus perkenalkan namamu dulu!”, ucapnya pendek.
“Nama saya Alzi, panggil saja Al, seorang Mahasiswa tingkat akhir di Universitas!”. Alzi terdiam sejenak, tak lama kemudian dia kembali berkata “Jadi, boleh saya minta roti isinya?”.
Gadis tersebut tertawa geli mendengar ucapan Alzi. Baru kali ini dia bertemu seorang lelaki yang belum dia kenal sebelumnya tapi berani meminta sesuatu kepadanya. Mengingatkan dia dengan seniman terkenal Jackson Pollock, seorang pelukis dengan gaya abstrak ekspressionis. Gayanya mirip dengan pria bernama Alzi ini, bisa mengekspresikan dirinya meskipun terlihat abstrak dan membuat semua orang penasaran.
“Ambillah, ini untukmu!”, ucap Gadis tersebut sembari mengulurkan tangannya yang memegang sepotong roti kepada Alzi. “Namaku Avina, panggil saja Avi!”.
“Jadi, kamu Avina?”, Alzi kaget seolah tak percaya. “Gadis dari fakultas sastra yang kaya, cantik dan paling digandrungi semua pria di kampus?”.
Alzi terkejut karena bertemu Avi di malam yang sepi dan dalam kondisi tak terduga seperti ini. Penampilan Avi juga jauh dari kata glamor yang biasa melekat pada seorang gadis putri jutawan yang digembar-gemborkan semua orang di kampus.
Avi tersenyum. “Itu semua hanya rumor, jangan terlalu berlebihan!”, sergahnya kepada Alzi. Seolah memberitahukan bahwa dirinya tidak seperti yang dirumorkan.
“Jadi, kamu Alzi, Mahasiswa yang Jenius itu ya?”. Air muka Avina berubah penasaran. “Apa benar kamu sejenius yang dirumorkan?”, tanya Avina.
Dari beberapa pertemuannya dengan gadis lainnya. Entah kenapa pertemuan ini seperti memiliki sensasi berbeda untuk Alzi. Seolah ada gaya gravitasi dari Avi yang menarik Alzi untuk mengorbit mendekatinya. Dia seperti tertantang untuk menjawab pertanyaan Avi untuk menunjukkan kejeniusannya.
“Namamu Avina, Lahir di Kota B, 1 April 1993. Ayah bernama X, Ibu bernama Y. Alamatmu di Kota C, bla, bla, bla”, tukas Alzi dengan nada antusias mengucapkan data diri Avina dengan lengkap.
Avina hanya bisa memasang raut muka terkejut sekaligus kagum. Bagaimana mungkin dia bisa menghafal semua itu, yang bahkan Avina sendiri tidak bisa menghafalnya diluar kepala.
“Wow, luar biasa, Al! Bagaimana kamu bisa menghafal semua itu?”. Tanya Avina dengan raut muka penasaran.
“Mmm, aku cuma tidak sengaja, melihat data diri kamu waktu berada di ruang Fakultas!”, ucapnya dengan nada datar menjawab pertanyaan Avina. “Jadi, aku boleh makan roti isi ini? Perutku sudah lapar!”. Raut mukanya berubah memelas memandang ke arah Avina.
Avina tersenyum simpul mendengar perkataannya. Melihat tingkah laku dan perkataan Alzi, membuatnya bisa tertawa dan sejenak terhibur dari penatnya kehidupan. Bagi Avina, Alzi mungkin adalah salah satu Karya Seni ciptaan Tuhan yang jarang sekali, atau mungkin satu-satunya yang bisa menghibur dirinya hanya dari percakapan biasa dan melalui pertemuan konyol yang tak disangka-sangka.
“Kamu pria yang lucu, Al!. Makanlah dulu, sebelum nanti kamu pingsan”. Tukasnya seraya mempersilahkan Alzi menghabiskan roti isi pemberiannya.
Avi dengan seksama memperhatikan Alzi yang lahap menyantap roti isi pemberiannya. Tidak ada yang menarik sedikitpun dari pria ini, wajah biasa, penampilan biasa, bahkan dilihat dari tingkah lakunya cenderung spontan dan ceroboh. Tidak sedikitpun terpancar aura yang dapat memikat hati seorang wanita. Tapi, ada sisi lain dari dirinya. Sisi lain yang membuat Avi nyaman berada di dekatnya. Dia tidak merasa canggung sedikitpun mengobrol di pinggir jalan sambil memberikan roti isi miliknya. Dia juga tidak segan tertawa terpingkal-pingkal melihat dan mendengar tingkah laku dan perkataannya yang lucu.
Selesai menghabiskan roti isi dari Avi, Alzi lalu merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebungkus coklat dan memberikannya kepada Avi.
“Ini untuk kamu, sebagai pengganti roti isi yang saya habiskan”. tukasnya pendek. Sejurus kemudian, dengan rasa penasaran Alzi berkata, “Jadi, usia kamu diatas saya? apa saya perlu memanggil kamu Kak Avi?”.
Dengan refleks, Avi mencubit kedua pipi Alzi dengan gemas. “Tidak sopan bicara tentang usia seorang gadis di hadapannya, Al!. Kamu boleh panggil namaku saja, tidak perlu pakai “KAK”, mengerti?”. Ujarnya dengan nada kesal seraya melepaskan cubitannya.
Alzi mengelus kedua pipinya yang memerah karena dicubit Avi. Kendati begitu, tidak sedikitpun dia merasa sakit atau kesal diperlakukan seperti itu. Entah kenapa, seperti ada gaya gravitasi khusus berasal dari gadis bertubuh kecil dan rapuh bernama Avi. Menarik dirinya sedemikian hebat ke arah Avi, lebih besar dari gaya gravitasi bumi, bahkan gaya gravitasi Matahari sekalipun, yang menarik semua planet tata surya mengorbit mengitarinya. Membuatnya ingin bertemu kembali dengan Avi dan selalu berada di dekatnya.
“Apa aku boleh, bertemu denganmu lagi nanti?”. Tubuh Alzi bergetar hebat sehabis mengucapkan itu. Seperti beban berat melebihi energi kalori yang lepas dari tubuhnya terlepas.
Avi tersentak mendengar permintaan Alzi. Dia merasa seperti tokoh dalam salah satu novel roman picisan karya Paolo Coelhoe. Seorang sastrawan terkenal di bidang literatur. Hatinya bagai tertusuk panah dewa cinta yang dilesakkan seorang pemuda biasa, yang lebih muda darinya. Sensasi yang belum pernah dia rasakan sebelumnya, bahkan dari seorang pemuda tampan dan jutawan bintang kampus sekalipun yang dulu pernah menggodanya. Dia mencoba tenang dan menjawab permintaan Alzi.
“Tentu, aku akan senang sekali bertemu denganmu lagi!”, ucapnya lembut seraya tersenyum manis memandang wajah Alzi.
Alzi tertegun kaku, baru kali ini ia merasakan hal seperti itu. Sensasi unik yang dia rasakan akibat reaksi biologis yang dipicu oleh hormon testosteron dan feromon. Perasaan bercampur aduk antara gembira, cemas, senang, jantung berdegup lebih kencang dan pandangan mata sejenak terasa lebih tajam. Perasaan apakah itu? mungkinkah cinta?. Ucap Alzi didalam hatinya. Dia lalu mencoba membalas senyuman Avi dengan menyeringai kaku. Seperti robot beta yang baru diuji coba.
Mereka berdua pun membalikkan badannya masing-masing. Beranjak melangkah menjauhi tempat mereka berdiam. Dalam hati, mereka tidak sabar menanti momen ketika mereka bertemu kembali. Pertemuan unik antara seorang Pria Engineer dengan seorang Gadis Sastrawan.
Cerpen Karangan: Algi Azhari
Facebook: www.facebook.com/algi.azhari
Blog: algigemini.blogspot.com
Catatan Sang Engineer
4/
5
Oleh
Unknown