You’re My Choice

Baca Juga :
    Judul Cerpen You’re My Choice

    “Kita hentikan semuanya sampai di sini” ucap seorang pria dengan suara berat. Pria itu mencoba menatap kedua mata perempuan yang ada di hadapannya, ia mencoba mencari kesedihan dari perempuan itu namun benar saja dugaannya, bahwa perempuan yang ada di hadapannya ini tidak merasa sedih sama sekali.
    “Baiklah jika itu yang kau inginkan Kevin, ayo kita akhiri hubungan ini” balas perempuan cantik itu dengan tenang.
    “Benar saja dugaanku, kau tidak pernah mencintaiku sama sekali. Thalia kita sudah bersama selama 2 tahun apa kau tak pernah mencintaiku sama sekali?”
    “Kevin, kenapa kau mengajukan pertanyaan seperti itu? Kau sudah mengakhiri hubungan kita jadi pertanyaanmu sekarang sudah tidak perlu aku jawab” perempuan cantik benama Thalia itu pun pergi meninggalkan mantan kekasihnya Kevin yang masih duduk tenang di dalam cafe. Kevin menatap jendela yang ada di depannya dan melihat Thalia yang berjalan semakin jauh sampai tubuh cantiknya sudah tidak terlihat lagi.

    Thalia terbangun dari tidurnya, ia menatap langit-langit dinding kamarnya. Ia menghela nafas panjang lalu menghembuskannya pelan. Ia masih tak percaya jika kemarin ia dan Kevin telah mengakhiri hubungannya, entah harus senang atau sedih akan putusnya mereka tapi Thalia merasa sedikit lega karena ia kini tidak akan terikat lagi dengan Kevin yang memang senang sekali bermain dengan perempuan. Thalia beranjak dari tempat tidurnya lalu pergi ke kamar mandi untuk segera bersiap-siap pergi kuliah.
    Setelah selesai bersiap-siap ia langsung turun ke bawah dan menemuai kedua orangtuanya yang sudah menunggunya di meja makan. Ia tersenyum ramah berusaha menyembunyikan semua permasalahannya dari kedua orangtuanya.

    “Selamat pagi bunda, selamat pagi ayah”
    “Selamat pagi juga sayang” balas Ayah Thalia seraya mengecup kening putri kesayangannya. Thalia tersenyum lalu duduk di meja makan dan menikmati sarapan paginya.

    “Thaliaaaaa… ayo kita sudah terlambat” terdengar suara teriakan seorang pria di luar rumah Thalia. Thalia yang menyadari ada seseorang yang menyerukan namanya pun segera bergegas dan pamit ke kedua orangtuanya. Thalia berlarian ke luar rumah dan sesampainya di luar rumah ia melihat seorang pria tampan sedang asik memainkan handphonenya. Thalia menatap sinis ke pria tersebut lalu berjalan pelan mendekatinya.
    “Apa kau tidak bisa bersabar sebentar? Aku baru saja memakan sarapanku tapi teriakkanmu itu membuat nafsu sarapanku hilang”.
    “Kita sudah terlambat, kau tahu kan kita sekarang ada praktek. Cepatlah masuk mobil”.
    Thalia pun masuk mobil dengan raut wajah yang begitu kesal, lalu ia melirik sekilas pria yang sejak tadi mengomelinya. Pria itu adalah Nathan, sahabat Thalia. Mereka sudah bersahabat sejak masih duduk di kelas 2 Sekolah Menengah Pertama (SMP). Mereka seringkali bertengkar, mendebatkan masalah sepele yang sebenarnya masih bisa diselesaikan secara diskusi. Sekalipun sering bertengkar tapi tak membuat mereka untuk saling berjauhan, mereka juga sadar jika mereka memang saling membutuhkan satu sama lain.

    “Ku dengar kau putus dengan Kevin tapi kenapa aku tidak melihat wajah sedihmu?”
    “Hei Nathan, kenapa aku harus bersedih kalau putus ya sudah putus saja”
    “Kau ini ya memang benar-benar aneh, saat perempuan seusiamu putus cinta pasti mereka akan bersedih atau seenggaknya galaulah, terus ngerengek minta balikan”
    Nathan dan Thalia pun tertawa bersama di dalam mobil. Thalia tahu bahwa saat bersama Nathan tidak akan ada kesedihan dalam dirinya, karena Nathan pandai sekali membuatnya tertawa lepas dan melupakan kesedihannya. Thalia bukannya tidak sedih akan berakhirnya hubungannya bersama Kevin tapi Thalia juga tak bisa berbohong bahwa selama ini dia tak mencintai Kevin. Thalia menerima Kevin karena saat itu mereka telah dijodohkan oleh kedua orangtua mereka, Thalia tak bisa menolak karena saat itu usia mereka masih muda.

    “Sekarang kau akan bagaimana Thalia? Jika kau tidak sedih sama sekali, apa mungkin kau tak pernah mencintai Kevin?”
    “Tepat sekali, aku tidak pernah mencintainya sama sekali. Kau juga tahu kan Nathan, aku bersama dia hanya untuk menjalankan perjodohan konyol itu saja. Lagi pula aku sudah mencintai orang lain sejak dulu”
    Nathan terkejut mendengar ucapan Thalia. Ia menghentikan mobilnya secara mendadak dan membuat Thalia begitu kaget dan langsung memarahinya dengan spontan. Nathan meminta maaf kepada Thalia karena sudah menghentikan mobil secara mendadak, Thalia pun memaafkan Nathan.

    “Lalu siapa pria yang kau cintai itu?”
    “Kamu…”
    “Jangan bercanda Thalia, aku serius”
    “Aku serius Nathan. Aku sudah lama jatuh cinta padamu, tapi aku tak bisa mengatakannya padamu karena saat itu kau masih bersama Tika dan aku masih bersama Kevin”

    Nathan menatap sepasang bola mata indah milik Thalia dan mencari kebohongan dari mata Thalia, namun ia tak melihat kebohongan di mata Thalia. Mata Thalia begitu berbinar menandakan bahwa yang ia katakan adalah sebuah kebenaran. Nathan tak menggubris ucapan Thalia, ia langsung menjalankan kembali mobilnya. Thalia terlihat kecewa atas respon dingin dari Nathan. Thalia menunduk sedih bercampur malu, perasaannya tak mendapatkan balasan apapun dari Nathan.

    Suasana mendadak hening, baik Thalia maupun Nathan tak ada yang berbicara satupun. Mereka sibuk berkutik dengan perasaan mereka masing-masing. Sesampainya di kampus, Thalia langsung keluar tanpa berbicara apapun kepada Nathan. Nathan begitu merasa bersalah kepada Thalia karena sudah membuat Thalia begitu sedih.

    “Aku tahu, aku dan Kevin sudah bersama selama 2 tahun tapi tetap saja aku tak pernah merasakan getaran apapun terhadapnya. Hatiku begitu sulit untuk mencintainya, karena selama ini hatiku sudah aku berikan semua terhadap Nathan. Aku tahu Kevin begitu sangat menyayangiku dan dia juga bisa mengerti perasaanku tapi aku juga tidak bisa terus berbohong akan perasaanku ini, apa aku salah Jes?” terang Thalia kepada Jessika teman baiknya. Thalia tak bisa lagi menahan rasa sedih, kecewa dan amarahnya saat ini. Kalaupun hubungannya dan Kevin selesai, itu bukan maunya tapi Kevin sendiri yang mengakhirinya.
    “Thalia, aku tahu bahwa tak ada perasaan yang bisa dipaksakan. Begitupula dengan perasaanmu terhadap Kevin dan perasaan Nathan terhadapmu. Ini semua adalah masalah hati kalian, biarkan Nathan menemukan sendiri jawabannya. Biarkan dia menata hatinya dulu agar dia juga tahu dia mencintaimu juga atau tidak, berilah dia waktu”.
    “Aku takut Jes, karena pengakuanku ini Nathan akan menjauhiku”.
    “Thalia…”
    “Secara tidak langsung aku sudah membuat jarak antara aku dengannya, aku sangat menyayanginya. Aku tak bisa jauh darinya, aku selalu membutuhkan sosoknya dalam kehidupanku ini”.
    Thalia menintikkan air matanya, ia tak bisa membendung lagi tangisnya. Ia sudah terlalu lelah bersikap seolah semuanya baik-baik saja selama ini. Ia tak bisa banyangkan jika pengakuannya ini membuat ia dengan Nathan menjadi berjauhan. Jessika menepuk pelan pundak Thalia seraya berusaha menghibur Thalia. Tanpa disadari Thalia dan Jessika ternyata di luar kelas Nathan mendengarkan percakapan mereka berdua. Nathan menatap sendu Thalia dari kejauhan, hatinya begitu tersiksa karena telah membuat Thalia begitu sedih.
    “Aku tidak tahu harus bersikap seperti apa padamu Thalia, maafkan aku karena telah membuatmu begitu sedih” batin Nathan seraya pergi tanpa masuk lebih dulu ke dalam kelas.

    Seminggu sudah setelah Thalia mengatakan perasaannya kepada Nathan dan setelah itu pula mereka berdua tak saling bertegur sapa. Thalia mengabaikan panggilan dari Nathan, ia berusaha menjauhi Nathan dengan caranya sendiri. Meski caranya salah tapi ia tetap melakukannya, ia takut dan tak sanggup jika harus berhadapan dengan Nathan terlebih saat itu Nathan mengabaikan perasaannya.

    Nathan pergi ke kampus dan saat di koridor kampus ia melihat Thalia yang sedang memandang mading dengan tenangnya. Nathan menghampiri Thalia dan menepuk pelan pundak Thalia. Thalia melirik ke belakang dan melihat Nathan sudah ada di belakangnya. Thalia mencoba pergi namun tangan Nathan menahannya. Tangan Nathan menggenggam lembut tangan Thalia dan berusaha mencegah Thalia untuk pergi.

    “Ayo kita bicara” ajak Nathan namun Thalia menolak dengan berusaha melepaskan genggaman tangan Nathan dari tangannya.
    “Thalia berikan aku kesempatan untuk memperbaikinnya”.

    “Thalia…” teriak seseorang yang menyerukan nama Thalia. Thalia dan Nathan serentak melirik ke sumber suara dan di lihatnya Kevin yang sedang berjalan ke arah mereka.
    “Kevin, kenapa kau bisa ada di sini?” tanya Thalia bingung.
    Kevin melirik ke arah tangan Nathan yang sedang menggenggam tangan Thalia lalu tersenyum sinis kepada Nathan. Thalia yang menyadari langsung melepaskan tangannya dan pergi meninggalkan mereka berdua. Kevin yang sempat ingin berbicara kepada Thalia pun mengurungkan niatnya dan berbalik berbicara kepada Nathan.
    “Aku tahu Thalia menyukaimu, tolong jaga dia dan jangan sampai kau menyakitinya. Dia perempuan yang baik dan lugu, aku yakin kamu tahu itu karena kamu sudah berteman lama dengannya”.
    Setelah berbicara kepada Nathan, Kevin pun pergi meninggalkan Nathan yang masih mencoba mencerna perkataan Kevin. Nathan meihat Kevin yang semakin jauh dari pandangannya setelah tak terlihat lagi Nathan pergi berlari menuju halaman belakang kampus, tempat favorit Thalia di kampus. Sesampainya di sana Nathan mencoba mencari Thalia, matanya begitu jeli melihat setiap sudut halaman sampai akhirnya ia menemukan Thalia yang sedang duduk merenung dengan kedua heandseat terpasang di telinganya seraya memejamkan matanya.

    “Thalia…”.
    Thalia membuka matanya dan menatap Nathan yang sedang berdiri di hadapannya. Mata keduanya pun saling berbinar saat bertemu, baik Nathan maupun Thalia begitu gugup karena ini pertama kalinya lagi mereka saling bertatapan setelah seminggu saling menghindar.
    “Aku minta maaf untuk semuanya, aku tak bermaksud mengabaikan perasaanmu. Aku hanya…”
    “Tidak masalah, kau tidak perlu pusing akan perasaanku padamu. Biarkanlah saja perasaanku ini, kau tidak perlu bertanggungjawab akan perasaanku ini. Ini perasaanku dan kau juga tidak berhak melarangku untuk menyukaimu” ucap Thalia memotong perkataan Nathan.
    “Tapi Thalia…” Nathan mencoba menjelaskan namun lagi-lagi Thalia memotong perkataanya.
    “Maaf karena aku sudah membuat jarak di antara kita. Aku mencintaimu tapi aku sadar dimana letak hubungan kau dan aku. Kita hanya sebatas sahabat itu saja pun sudah cukup”.
    Thalia pergi meninggalkan Nathan tanpa mendengar penjalasan dari Nathan. Nathan menghela nafasnya lalu menghembuskannya, ia tak percaya sikap keras kepala Thalia ia gunakan juga dalam masalah ini. Nathan mengejar Thalia lalu menarik tangan Thalia dan membuat Thalia jatuh dalam pelukannya.

    “Kevin lebih mengerti kamu dibandingkan aku, dia tahu apa yang menjadi keinginanmu tapi tidak dengan aku. Maaf karena aku tidak terlalu memperhatikanmu selama ini, aku terlalu cemburu kepadamu dan Kevin. Aku sangat mencintaimu sejak kita masih SMP, aku mendekatimu dengan label sahabat tapi tidak dengan hatiku”
    “Jangan bicara omong kosong padaku, aku tahu kau tak pernah mencintaiku. Berhenti berpura-pura, aku mohon Nathan” Thalia menitikkan air matanya, ia melepaskan pelukan Nathan dan menatap tajam ke arah Nathan.
    “Jangan berbohong padaku dengan mengatakan kau mencintaiku. Jika kau tak bisa membalas perasaanku cukup abaikan saja aku” lanjut Thalia.
    Nathan meraih wajah Thalia dan menghapus air mata Thalia menggunakan jari tangannya. Thalia menatap kembali Nathan tapi kali ini tatapannya begitu sendu bahkan ia tak bisa lagi menangis. Sentuhan lembut dari Nathan membuatnya begitu tenang, ia seakan kembali menemukan sosok Nathan yang selama ini ia rindukan.

    “Boleh aku memelukmu?” tanya Nathan dan Thalia menganggukan kepalanya. Nathan kembali menarik Thalia dalam pelukannya. Ia memeluk Thalia begitu erat sehingga membuat Thalia begitu damai dalam pelukan Nathan.
    “Sekarang kau diam, biarkan kali ini aku yang berbicara,” ucap Nathan.
    “Thalia, saat kau mengatakan kau menyayangiku kepada Jessika, kau bahkan tidak tahu bahwa saat pertama bertemu denganmu aku sudah mulai jatuh cinta padamu. Saat kau mengatakan membutuhkanku dan tak bisa hidup tanpaku, kau juga tidak tahu bahwa aku sudah menjadikanmu sebagian dari hidupku. Aku sudah memberimu duniaku sejak dulu tapi hanya saja aku tak bisa mengatakannya padamu. Maafkan aku, aku terlambat memahami semuanya” jelas Nathan.

    Thalia tersenyum mendengar penjelasan dari Nathan, ia tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya saat ia tahu bahwa Nathan pria yang ia cintai juga mencintainya. Thalia membalas pelukan Nathan dengan begitu erat dan mendengar detak jantung Nathan yang berdebar sama sepertinya.

    “Kevin memang baik, dia sudah seperti bayanganku tapi dia tak bisa aku anggap lebih dari teman. Aku hanya ingin bersamamu, kamu adalah pelangi untukku dan kamu pilihan hatiku”.
    “Nathan, aku sangat mencintaimu” lanjut Thalia.
    “Kalau aku pelangi untukmu, maka kamu adalah warna untukku. Karena tanpa warna, pelangi tidak akan pernah ada. Begitupula aku, jika kamu tidak ada aku seperti kehilangan sebagian dari warnaku. Aku juga sangat mencintaimu Thalia”.

    Mata Nathan dan Thalia kembali bertemu, kali ini mata keduanya pun menjelaskan betapa bahagianya mereka karena kini semua yang mereka inginkan telah menjadi kenyataan. Cinta yang tumbuh di antara mereka kini sudah bersatu dan membuat persahabatan mereka di dasari atas nama cinta. Nathan mengecup kening Thalia dengan lembut, menandakan bahwa kini mereka telah kembali bersama dalam sebuah ikatan yang bernama cinta.

    ~ Dan akhirnya cinta pun akan berbicara ketika diam tak bisa menjelaskan semuanya. Tak ada yang salah mencintai sahabat sendiri karena hati tak menentukan dia harus jatuh kepada siapa namun ia tahu harus berkata kepada siapa. Seperti Thalia yang mengatakan bahwa hatinya memilih Nathan sebagai pilihan hidupnya, begitupula dengan Nathan yang menjadikan Thalia sebagian dari hidupnya. ~

    Cerpen Karangan: Selvilla Apriani
    Facebook: Selvilla Apriani (Rachel Park)
    Blog: selvillaapr33.blogspot.co.id
    Twitter: @SelvillaApr

    Artikel Terkait

    You’re My Choice
    4/ 5
    Oleh

    Berlangganan

    Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email