Judul Cerpen Me and Rava
Cuaca di pagi hari ini sangat tidak mendukung. Awan mendung menandakan hujan akan turun, angin semilir mengenai tubuhku, matahari yang biasanya muncul dari arah timur kini tertutup awan yang sangat gelap dan sekarang hari yang sangat membosankan bagiku. Andai saja sekarang aku pergi ke sekolah. Mungkin sekarang aku sedang bercanda dan tertawa ria bersama dengan teman-temanku. “Krrringgg” terdengar suara bunyi handphoneku menandakan sebuah pesan masuk.
Dear Afwa
Wa!mumpung sekarang hari minggu. main dong! ke rumahku. aku bosan gak ada teman nih!
Itulah isi pesan dari Rava, sahabat laki-laki yang sebaya denganku. dulu ia pernah menyelamatkanku dari pembullyan yang dilakukan oleh teman sekelasku, Dhera dan antek-anteknya. Akhirnya kita jadi bersahabat.
Aku membalas pesan Rava dan menekan tombol send tanda mengirim pesan.
Dear Rava
Baiklah, aku akan main ke rumahmu. jangan kemana-mana, ok!
Begitulah kira-kira isi pesanku untuk Rava.
Aku segera berkemas dan mengganti bajuku dengan dress selutut warna biru cerah polkadot putih. Setelah itu, aku bergegas menuju ke luar rumah dan berlalu menuju rumah Rava yang tidak jauh dari rumahku.
Kutekan bel rumahnya dan muncul sosok yang tak asing lagi bagiku. Ia tersenyum ramah padaku dan mempersilahkan aku masuk ke dalam rumahnya yang seperti istana di buku-buku dongeng. Entah kenapa aku sudah lama mengenal Rava namun, aku selalu merasa canggung saat aku bersamanya.
“Kamu mau minum apa?” tawar Rava ramah. aku yang menyadar itu langsung menggeleng dan tersenyum simpul padanya.
“Kenapa tidak mau Afwa? apa kau malu? oh, ya ampun. kita ini sudah bersahabat lama sekali dan kenapa kau masih sungkan berbicara banyak padaku.” sahutnya kecewa. Ia pun ikut duduk di sampingku dan menatapku lekat-lekat. Aku yang menyadari hal itu langsung memalingkan wajahku ke arah lain. namun sebuah tangan langsung memutar kepalaku dan sekarang aku dengannya saling bertatapan. hidungku bersentuhan dengan hidungnya. Aku terkejut dan beranjak dari sofa yang tadi kududuki.
“Afwa, aku sudah lama mencintaimu dan kau harus jadi milikku. Sekarang juga.” ucapnya seraya tersenyum miring padaku. aku terperanjat karena dia semakin mendekatiku. Oh my god! apa yang akan kulakukan sekarang? keluar dari rumah ini. yaps! itu pilihan bagus untukku. Aku segera bergegas menuju pintu utama. Tetapi … terkunci!
“Sudah kuduga kau akan lari dariku. Tenanglah Afwa. Aku hanya ingin bicara denganmu sebentar dan aku sangat tak suka dengan sifatmu yang satu ini. lari dan lari. ck.. sungguh menyebalkan!” desah Rava sambil menyilangkan tangan pada dadanya.
“jika kau memang kesal denganku. kenapa kau suka denganku? buka pintu ini! aku mau pulang, Rava.” perintahku sedikit kesal. ia malah tersenyum dan berjalan mendekatiku.
Kedua tangannya bersentuhan pada tembok sehingga aku terkurung dalam tangannya.
“aku mohon Afwa. sekali saja kau dengarkan aku. jangan keras kepala seperti batu.” mohonnya membuatku jijik untuk melihatnya lagi. Tapi tunggu, ini bukan sifat Rava. Ia selalu jaga jarak dengan wanita apalagi denganku dan apa yang ia gunakan di lehernya, pikirku sambil melihat sebuah kalung yang dikenakan Rava dilehernya.
“aku tau sekarang. kenapa aku sebodoh ini? kalung itu keramat milik ayah Rava dan Rava sudah lama ingin memakainya. namun, tak diizinkan ayahnya sebab ini resikonya. Kenapa aku jadi korbannya? dan sekarang hanya tinggal melenyapkan kalung itu karena sebagian kekuatan dari kalung itu sudah terserap oleh penggunanya. teka-teki ini sudah berakhir.” batinku senang. Aku segera menarik kalung Rava dan menginjaknya sampai berkeping-keping. terlihat asap hitam keluar dari tubuh Rava dan kalungnya. Hilang.
Rava tergeletak lemas di lantai. Aku segera menelepon ambulan untuk cepat datang ke rumahnya. Tak lama kemudian, ambulans datang dan segera menaikkan Rava kedalam mobil ambulans. Leganya semua teka-teki ini terpecahkan. Namun sebelum aku pergi dari rumah megah nan mewah ini. Aku sempat mendengar suara orang berterima kasih padaku dari arah ruang keluarga. Ah, bodo amat. Paling itu hanya imajinasiku.
TAMAT
Cerpen Karangan: Elirika Aliyah
Facebook: Elirika Aliyah
Cuaca di pagi hari ini sangat tidak mendukung. Awan mendung menandakan hujan akan turun, angin semilir mengenai tubuhku, matahari yang biasanya muncul dari arah timur kini tertutup awan yang sangat gelap dan sekarang hari yang sangat membosankan bagiku. Andai saja sekarang aku pergi ke sekolah. Mungkin sekarang aku sedang bercanda dan tertawa ria bersama dengan teman-temanku. “Krrringgg” terdengar suara bunyi handphoneku menandakan sebuah pesan masuk.
Dear Afwa
Wa!mumpung sekarang hari minggu. main dong! ke rumahku. aku bosan gak ada teman nih!
Itulah isi pesan dari Rava, sahabat laki-laki yang sebaya denganku. dulu ia pernah menyelamatkanku dari pembullyan yang dilakukan oleh teman sekelasku, Dhera dan antek-anteknya. Akhirnya kita jadi bersahabat.
Aku membalas pesan Rava dan menekan tombol send tanda mengirim pesan.
Dear Rava
Baiklah, aku akan main ke rumahmu. jangan kemana-mana, ok!
Begitulah kira-kira isi pesanku untuk Rava.
Aku segera berkemas dan mengganti bajuku dengan dress selutut warna biru cerah polkadot putih. Setelah itu, aku bergegas menuju ke luar rumah dan berlalu menuju rumah Rava yang tidak jauh dari rumahku.
Kutekan bel rumahnya dan muncul sosok yang tak asing lagi bagiku. Ia tersenyum ramah padaku dan mempersilahkan aku masuk ke dalam rumahnya yang seperti istana di buku-buku dongeng. Entah kenapa aku sudah lama mengenal Rava namun, aku selalu merasa canggung saat aku bersamanya.
“Kamu mau minum apa?” tawar Rava ramah. aku yang menyadar itu langsung menggeleng dan tersenyum simpul padanya.
“Kenapa tidak mau Afwa? apa kau malu? oh, ya ampun. kita ini sudah bersahabat lama sekali dan kenapa kau masih sungkan berbicara banyak padaku.” sahutnya kecewa. Ia pun ikut duduk di sampingku dan menatapku lekat-lekat. Aku yang menyadari hal itu langsung memalingkan wajahku ke arah lain. namun sebuah tangan langsung memutar kepalaku dan sekarang aku dengannya saling bertatapan. hidungku bersentuhan dengan hidungnya. Aku terkejut dan beranjak dari sofa yang tadi kududuki.
“Afwa, aku sudah lama mencintaimu dan kau harus jadi milikku. Sekarang juga.” ucapnya seraya tersenyum miring padaku. aku terperanjat karena dia semakin mendekatiku. Oh my god! apa yang akan kulakukan sekarang? keluar dari rumah ini. yaps! itu pilihan bagus untukku. Aku segera bergegas menuju pintu utama. Tetapi … terkunci!
“Sudah kuduga kau akan lari dariku. Tenanglah Afwa. Aku hanya ingin bicara denganmu sebentar dan aku sangat tak suka dengan sifatmu yang satu ini. lari dan lari. ck.. sungguh menyebalkan!” desah Rava sambil menyilangkan tangan pada dadanya.
“jika kau memang kesal denganku. kenapa kau suka denganku? buka pintu ini! aku mau pulang, Rava.” perintahku sedikit kesal. ia malah tersenyum dan berjalan mendekatiku.
Kedua tangannya bersentuhan pada tembok sehingga aku terkurung dalam tangannya.
“aku mohon Afwa. sekali saja kau dengarkan aku. jangan keras kepala seperti batu.” mohonnya membuatku jijik untuk melihatnya lagi. Tapi tunggu, ini bukan sifat Rava. Ia selalu jaga jarak dengan wanita apalagi denganku dan apa yang ia gunakan di lehernya, pikirku sambil melihat sebuah kalung yang dikenakan Rava dilehernya.
“aku tau sekarang. kenapa aku sebodoh ini? kalung itu keramat milik ayah Rava dan Rava sudah lama ingin memakainya. namun, tak diizinkan ayahnya sebab ini resikonya. Kenapa aku jadi korbannya? dan sekarang hanya tinggal melenyapkan kalung itu karena sebagian kekuatan dari kalung itu sudah terserap oleh penggunanya. teka-teki ini sudah berakhir.” batinku senang. Aku segera menarik kalung Rava dan menginjaknya sampai berkeping-keping. terlihat asap hitam keluar dari tubuh Rava dan kalungnya. Hilang.
Rava tergeletak lemas di lantai. Aku segera menelepon ambulan untuk cepat datang ke rumahnya. Tak lama kemudian, ambulans datang dan segera menaikkan Rava kedalam mobil ambulans. Leganya semua teka-teki ini terpecahkan. Namun sebelum aku pergi dari rumah megah nan mewah ini. Aku sempat mendengar suara orang berterima kasih padaku dari arah ruang keluarga. Ah, bodo amat. Paling itu hanya imajinasiku.
TAMAT
Cerpen Karangan: Elirika Aliyah
Facebook: Elirika Aliyah
Me and Rava
4/
5
Oleh
Unknown
1 komentar:
The Star Grand at The Star Gold Coast - JTM Hub
ReplyThe Star Grand at The Star Gold 목포 출장마사지 Coast 창원 출장샵 provides guests with the ultimate 강원도 출장샵 Gold Coast resort experience. The Star Grand at The Star Gold 나주 출장샵 Coast is a 남양주 출장안마 world-class