Umur 25 and Still Counts

Baca Juga :
    Judul Cerpen Umur 25 and Still Counts

    Seminggu lalu gua dikirimin undangan pernikahan dari temen deket. Dia temen semeja gua waktu SMA. Dari WA, gua ngucapin makasih dan minta maaf karena gua gak bisa dateng. Pas ditanggal itu gua akan dinas ke estate. Lalu temen-temen yang lain pada akrab nimbrung -ngebully gua: nyuruh nikah.

    Ikan gembung!

    Apakah menjadi single karena ‘cinta bertepuk sebelah mata’ di usia 25 adalah suatu hal yang aneh? Beberapa temen gua udah pada nikah di usia ini atau at least mereka udah punya pacar yang mereka yakini akan berjodoh dengan mereka. 25 tahun itu masuk periode perak kalo gak salah ya? Dan di usia ini gua rasanya jadi kebanyakan merenung, pencapaian apa yang udah gua dapat sampai sekarang… kadang gua ngerasa mimpi-mimpi gua semakin menjauh. Kadang juga gua ngerasa waktu gua untuk mimpi-mimpi itu udah semakin gak ada. Setelah gua bekerja kayak gini, apakah ada kesempatan gua untuk mewujudkan mimpi-mimpi itu, gua udah jadi ragu. Jadi Social Worker di pedalaman, ambil Beasiswa S2 ke New Zealand, dan membeli rumah untuk mama. Itu impian terbesar seumur hidup gua. Dan jujur, sebelum menikah, salah satu dari tiga hal ini ingin gua wujudkan. Tapi sampai detik ini, bahkan tanda-tanda untuk hal itu akan terwujud belum ada.

    Gua pun terdiam.
    Merasa dibegoin sama waktu.

    Gua bener-bener ngerasa, kalo di usia ini gua mengalami transisi secara besar-besaran. Benar kata laki-laki itu, gua sedang mengalami transisi baik itu dalam percintaan, pekerjaan dan cara berpikir gua sendiri. Makasih buat orang yang pernah gua cintai, ia adalah orang pertama menyadarkan gua akan hal itu. Dan itu memberi gua sedikit kekuatan. Menghadapi banyak masalah kayak gini benar-benar membantu gua untuk lebih bersabar dan harus menghadapi masalah itu sendiri ketimbang kabur dari situ. gua nggak lagi berpikir untuk dimengerti oleh orang lain. Tapi gua harus lebih banyak mengerti diri gua sendiri. gua harus lebih banyak mendengarkan kata hati gua, tapi sambil lebih berhati-hati juga karena kecendrungan kita sebagai manusia itu egois, jadi kadang hati kita suka licik. Hati kita suka membenar-benarkan hal salah yang udah kita lakuin dan itu selalu mengatasnamakan “perasaan”. Untuk itu, sekarang gua udah mulai melatih diri gimana caranya berpikir rasional. Sifat kebocahan kayak gitu udah mulai gua tinggalin.

    Ini tentang gua dan bagaimana cara gua menyikapi orang yang suka sok tau dengan jalan pikiran gua. Sejujurnya, gua kurang senang dengan suatu keadaan dimana ada orang yang suka mengukur-ukur perasaan gua atau suka menebak-nebak kepribadian gua. Karena bahkan gua sendiri kadang bertanya tentang perasaan gua, apa mau gua, dan tentang isi dalam otak gua. Gimana bisa mereka lebih tau dari gua? Apa selain diciptakan menjadi manusia mereka juga diciptakan sebagai scanner atau rontgen?
    Disatu kesempatan, dia berusaha menebak siapa gua dan it was almost totally wrong.

    Sadly, orang-orang suka salah sangka bahwa gua adalah mahluk fleksibel. gua bisa berbaur dengan siapa aja, diajak ke mana aja, diajak makan apa aja, dan diledekin jadi siapa aja. Benar adanya bahwa gua adalah cewek yang sedikit gak ribet. gua gak susah diajak nongkrong bahkan itu di dalam neraka bersama anak-anak setan, gua gak pernah ribet mau makan apa aja, dan banyak hal lain yang tampaknya gua nyantai aja soal itu. gua juga selalu okay ngikutin rencana yang tiba-tiba berubah pas injury time. gua jarang mengeluh soal itu. Dan, ataukah mungkin dia ngerasa sedikit gak nyaman gara-gara gua lebih nyaman berteman dengan temen cowok daripada cewek? Was it something like threat? Lagian kenapa gua harus peduli? (Pembelaan diri secara besar-besaran untuk menyembunyikan perasaan gamang)

    Tapi apakah mereka berpikir bahwa di dalam hati gua gak menyimpan sesuatu?
    Gua adalah orang yang menyimpan segala sesuatu di dalam hati.
    Dan sifat jelek gua adalah lama memutuskan. Akan berakhir bagaimana gua dengan orang ini. Apakah gua masih akan terus berteman dengan dia atau gua harus berhenti berteman di detik itu juga.

    Jujur aja, lama-lama gua semakin ngeliat dan mata gua semakin terbuka terhadap potensi yang sama sekali gak ada di antara gua dengan laki-laki jelmaan rayap namun yang masih gua cintai itu. Makin kesini gua makin gak yakin atas keputusan gua untuk menjalani semuanya dengan cara menganggap gak ada kejadian apa-apa. Kayaknya keputusan ini belum gua yakini tepat. Pasalnya, gua malah sering jadi sakit hati kalau lagi sama-sama. Jadi buat apa gua menyiksa diri dengan berlama-lama menghabiskan waktu dengan orang yang cuma dateng nyakitin doang? Buat apa gua ngabisin waktu berteman dengan orang yang mungkin gak menghargai gua bahkan sebagai teman? Orang yang nggak melindungi harga diri gua dan gak bertanggung jawab atas semua usaha dia bikin gua jatuh hati lalu dia dengan entengnya malah pergi memilih cewek lain.

    Kutil Badak.

    Adalah sangat sakit saat dia udah tau perasaan lu dan dia gak punya niat untuk mencintai lu kembali, namun dia suka bermain-main dengan perkataan atau perbuatan yang membuat lu ngerasa bahwa dia, setidaknya, menyukai lu. Sakit rasanya saat perasaan lu gak dijaga oleh orang yang lu kasihi.

    “Aku balik sebentar ya. Mau laporan.”
    Boker? Bukan. Nelepon cewek.
    *gua berubah jadi Hulk

    Apa dia pikir hati gua terbuat dari daur ulang plastik asoy dan gak mengurai?
    Bener-bener jelmaan ikan sapu-sapu.

    Kayaknya gua memang sampai kapanpun gak akan pernah bisa berteman dengan dia. Gak akan pernah ada kata-kata pertemanan. Agak sedikit mustahil untuk ngelakuin itu. Harusnya gua percaya sih dengan kata hati gua. Dari awal gua udah insecure dengan cara dia memperlakukan gua dan mengenai cara gua ngerasa tentang dia. Tapi untuk yang kesekian kalinya gua mengabaikan kata hati gua. Entah apa yang sedang berusaha gua nomorsatukan, entah itu rasa atau status pertemanan-semua ini membuat gua keliatan kayak orang bego. gua gak bisa mutlak nyalahin dia yang udah mempermainkan perasaan gua, tapi ini lebih ke jahatnya gua yang udah mempermainkan diri gua sendiri.

    gua capek.
    gua capek dibegoin.

    Tapi gua gak tau gimana caranya pergi dengan hati yang udah luluh lantak -gimana caranya ngeberesin hati hancur ini, masih menjadi pertanyaan. Saat ini jiwa gua udah kayak dimutilasi dibagi atas 3 bagian. Bagian pertama, gua masih tetap dengan hati gua yang masih sayang. I am his lover. And I can not do any shit about this. Maybe it is true that once upon a time he liked me but not find enough encourage to love me (back). Apalagi untuk Fighting. (Apakah kualitas diri gua seburuk itu ya? 🙁 ; bener-bener bikin gua down). Ternyata, gua masih suka diam-diam memperhatikan dia, apakah dia sudah makan, apakah dia minum terlalu banyak beer hari ini, apakah dia bahagia hari ini (Tentu aja, yang ada gua yang meringis menahan rindu). gua masih berdoa buat dia, semoga hari ini dia bangun tidur dengan seger, atau mudah-mudahan hari ini dia gak digigit semut matanya karena dia manis.
    (Ini kenapa jadi kayak psikopat gini ya? *telan semen padang*)

    Bagian kedua, gua harus bisa tetap menjadi temannya. Seorang teman baik. This is the hardest part of these parts. Berada dalam satu kelompok pertemanan dengan dia dan ada dalam satu grup WA artinya gua akan setiap hari melihat dia ‘hidup’ sementara gua sedang jungkir balik mati-matian untuk memutus semua celah perasaan sayang gua agar gak lagi mengambil alih quality time yang harusnya gak gua habiskan untuk sibuk berpikir gimana caranya move on. Mati-matian mematikan perasaan mematikan ini. Mati-matian gimanapun caranya untuk gak ketemu atau membaca pesannya.
    Lagi-lagi gua gatot. Gagal Total.
    gua susah menjelaskan gimana rasa sakit yang sedang gua rasa ini. Ini perasaan gua, jadi gua harus bertanggung jawab kan? *nangis di ketek mama
    Gua sakit setiap hari gua harus sok asik dengan semua basa-basi itu.

    Bagian ketiga adalah, A Hater, karena ternyata dia sudah mempermainkan perasaan gua, harusnya gua bisa berubah wujud jadi orang yang membenci semua basa-basinya yang gak berguna itu. Mengacuhkan semua leluconnya yang garing itu. Mematahkan semua omong kosongnya dan sudah membunuh dia 20 kali dalam pikiran gua setiap kali gua berpapasan dengannya.

    Gak tau mau mengambil peran yang mana supaya gua merasa nyaman dengan hidup gua sendiri.
    MENCINTAI DIA ITU KAYAK DUDUK TANPA CELANA DI ATAS DURIAN YANG LAGI DIBAWA DI ATAS MOBIL PICK UP.
    Sakit. Malu. Gila.

    14-05-2017
    gua tiba-tiba ngerasa nista. Ngebayangin seorang cewek di umur 25 yang sama sekali gak punya plan apa yang harus dia lakukan untuk hidupnya. Agak miris sih, mengingat pencitraan yang gua lakukan selama ini bahwa gua adalah orang yang paling kocak sedunia. Orang yang paling cincay dengan segala sesuatu. Cewek bermental kuat yang gak takut apa-apa (kecuali kecoak terbang dan bulu mata palsu yang ditempelin di kaca). Gak akan sakit dengan perlakuan apapun dan akan tahan menanggung rasa sakit kayak neraka. Perempuan single yang bahagia. True it was me, but…

    Yes, I used to. Dulu gua sangat optimis dengan segala sesuatu. Gambaran gua tentang masa depan itu sangat jelas. gua punya pacar yang baik, gua mendapatkan suitable job, dan gua akan menikah pada 18 November 2018 dengan pacar yang bernama Christian Adiguna. (Setelah sekian lama akhirnya gua nge-mention nama itu). gua akan mulai ambil arisan dan memasukkan adik gua kuliah dengan uang itu. Tapi, waktu berlalu dan sebagai manusia kita cuma bisa berencana. Saat keadaan gak sesuai dengan harapan kita, maka inilah gua sekarang.

    Gua putus dengan Christian after had a very huge fight. 18 November hanya akan menjadi tanggal biasa di tahun 2018 nanti. Adek gua ternyata adalah seorang junkie… and now, his girlfriend is 5 months of pregnancy.
    AND NOW I am in love with someone’s husband to be.

    Is my life a failure?

    I often talk to God. So very often. And so far I don’t know, apakah Tuhan masih sudi memberikan rencana dalam hidup gua. I am so lost. Apakah mungkin Tuhan mulai kecewa dengan gua karena gua adalah seorang pembangkang dan sedikit bebal? Apakah Tuhan murka karena dulu gua pernah berjanji akan menyerahkan hidup gua untuk melakukan kebaikan tapi gua mengingkarinya beberapa kali? But God, I am a little girl you entrusted in my mom’s womb. Please have mercy on me, oh, God.

    I am suffering.
    Wounded.

    In my way of perfection ternyata gua cuma ciptaan yang gak sempurna. Dan saat ini gua udah gak punya pilihan selain percaya dan berserah. Walau kadang gak bisa dipungkiri gua marah dengan semua keadaan yang datang bertubi-tubi dalam waktu yang bersamaan ini. Tapi entah kenapa, gua kayak memperoleh kekuatan entah darimana. gua masih sanggup untuk menjalani hidup gua dengan baik dan gua masih bisa tersenyum setiap hari. Walau dramatically, senyum gua berdarah. gua masih sanggup mencintai orang lain dan gua masih terus memaafkan. Demi Tuhan, ini gak datang dari kekuatan gua pribadi. THIS IS SOMETHING LIKE SPIRIT.

    Gua masih berharap bahwa besok hidup ini akan lebih baik. Bukan hanya gua yang mengalami rasa sakit ini. Mungkin di luar sana masih banyak orang-orang yang bahkan udah akan sangat bersyukur apabila mereka punya hidup kayak yang gua miliki saat ini. Mungkin Christian akan melupakan gua tanpa dendam dan mendapatkan orang yang baik, begitu juga dengan gua. Mungkin nanti adek gua akan berhenti menjadi junkie dan akan menjadi seorang laki-laki yang baik untuk bayi dan perempuan yang menerimanya itu. Mungkin perasaan gua terhadap Siluman Ikan Sapu-Sapu orang ini akan menghilang dan dia akan menjadi orang yang lebih baik di tangan seseorang yang bisa membuatnya jatuh cinta. Sebuah bejana akan menjadi lebih indah apabila dipoles di tangan ahlinya. Mungkin bukan tangan gua. So, I’ll let it go…

    Gua memutuskan untuk selalu mengucap syukur atas apapun yang sudah terjadi dalam hidup gua.

    Saat ini memang umur gua udah 25 dan gua dianggap gak punya rencana apa-apa dengan hidup gua. Saat ini mungkin gua terluka berkali-kali, jatuh bangun dengan menangis karena rasa sakit, dipermainkan oleh orang yang gua cintai dan kecewa dengan keadaan di sekitar gua. Tapi gua ingin selalu percaya bahwa saat gua bahkan udah gak punya rencana apa-apa terhadap kehidupan gua, Tuhan pasti masih punya. Mungkin Tuhan gak akan langsung menyingkirkan cawan itu dari bibir gua, he lets me taste it but never lets me get poisoned. He only wants me to know how it tastes and it’s gonna make me learn a lot about life.

    Untuk saat ini, di usia ini, I am shouting to you oh, God… Please have mercy on me and let me surrender. I don’t know what I am gonna do with my life. I will only let you take control of everything.

    God.
    Aku aman dalam genggaman tanganMu, kan?
    I feel my heart beats faster.

    I am still and gonna be OKAY.
    All Thanks to God.

    Cerpen Karangan: Sebatang Pohon
    Blog / Facebook: @lauratan24

    Artikel Terkait

    Umur 25 and Still Counts
    4/ 5
    Oleh

    Berlangganan

    Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email