Judul Cerpen My Childhood Friend Is A Mermaid
Pagi itu.. Aku duduk di kamarku yang sangat sunyi, yang ada hanya aku dan cahaya mentari yang indah. Aku menatap jendela kamarku, seraya mengingat kenangan singkat masa kecilku yang sulit untuk kulupakan, tepatnya 14 tahun yang lalu…
Namaku keyla, aku berumur 9 tahun dan aku kelas VI A. Mungkin umurku tidak sesuai dengan kelas yang kutempati, itu semua karena pengetahuanku yang luas dari siswa-siswi di sekolahku. Namun, aku lebih rugi dari yang lain, karena aku tak memiliki teman satu pun.
Pagi pun tiba.. Mataku terbuka saat jam bekerku berbunyi, tepat pada pukul 6 pagi, waktu dimana aku harus siap-siap untuk berangkat ke sekolah. Setelah bersiap-siap, aku dipanggil oleh bunda untuk sarapan bersama. Aku pun bergegas menuju meja makan.
Tak lama setelah sarapan, aku dan ayah pun berangkat dengan menggunakan mobil. Setelah menempuh selama beberapa menit, kami pun sampai di sekolahku. Aku pun turun dari mobil dan ingin berpamitan kepada ayah. Namun, sesaat sebelum aku berpamitan, tiba-tiba bella, sinta dan vira teman sekelasku menghampiri kami dan menyapa kami.
“Hai.. keyla, hai.. om herman.” Bella menyapa aku dan ayah.
“Hai juga..” ucap serentak aku dan ayah.
“Keyla.. apa ini teman-temanmu?” Tanya ayah dengan semangat.
“i..iya ayah.” jawabku dengan ragu.
“bener om, kami bertiga temannya keyla.” bella menambahkan.
“Ooo.. begitu, kalau begitu, keyla.. ayah pamit dulu yah, kalian bertiga, om pamit yah, sampai jumpa..!” Ayah berpamitan kepada kami.
“sampai jumpa..!” jawab kami serentak.
Ayah pun berangkat ke kantornya, setelah beberapa lama mengobrol dengan kami.
“oh.. iya keyla, tadi aku nggak serius yah.. sama ucapanku, kalau kamu itu teman kami. Maaf yah, sampai jumpa di kelas..” jelas bella kepadaku.
Aku pun terdiam dan memendam rasa sedih di benakku dan kekecewaan yang amat dalam.
Waktu pun berlalu dengan cepat, bel pulang pun berbunyi.. Aku ke luar dari kelas, seperti biasa aku selalu berjalan sendiri dan tak memiliki teman satu pun.
“kenapa, kenapa dengan mereka semua, selalu menjauhiku.. kadang mereka mendekat, hanya untuk memanfaatkanku..” ucapku dalam hati dengan air mata yang hampir menetes.
Aku memendam semua itu dan bergegas menuju mobil jemputan dari ayah. Setelah sampai di rumah, aku bergegas menuju kamarku dan mengganti pakaian. Setelah itu aku duduk di atas ranjang sambil menatap ke arah jendela kamarku.
Tak kusangka aku tertidur. Saat tertidur, aku memimpikan sesuatu, mimpi yang aku harap menjadi kenyataan. Yaitu aku bermimpi kalau aku memiliki seorang teman. Dan temanku itu selalu bersamaku. Seharian kami habiskan waktu untuk bersama-sama. Namun, aku tak bisa melihat wajahnya, aku hanya bisa mendengar suaranya.
Malam pun tiba, aku terbangun dari tidurku, karena aku mendengar suara bunda yang memanggilku untuk makan malam bersama-sama. Aku pun beranjak dari kamarku dan menuju meja makan. Saat makan malam kami sempat mengobrol.
“Oh.. yah, keyla ayah dengar dua hari lagi kalian libur selama satu minggu yah..?” Ayah bertanya kepadaku.
“iya ayah, emang kenapa?” Aku kembali bertanya kepada ayah
“Jadi gini, ayah punya pekerjaan di Bali, dan lokasinya itu dekat pantai. Rencananya ayah mau ngajak kalian untuk berlibur di sana, kan tempatnya cocok untuk liburan.” Jelas ayah dengan penuh semangat.
“Beneran ayah..? ayah nggak bohong kan?” Tanyaku dengan penuh semangat.
“Yah.. enggak lah, ngapain ayah harus bohong sama kamu..” jelas ayah kembali sambil tersenyum.
“ye…sss!!, aku senang banget ayah, makasih yah.. ayah, aku sayang deh.. sama ayah..!!!” Girangku sambil mengangkat tanganku.
“Gimana bunda.., bunda ikut kan?” Ayah kembali bertanya kepada bunda.
“Ya.. iyalah ayah, masa bunda nggak ikut sih…” Jawab bunda juga dengan semangat.
Keesokan harinya, kami pun bersiap-siap untuk berangkat ke bandara. Setelah bersiap-siap, kami pun naik ke mobil dan langsung menuju ke bandara. Setelah menempuh perjalanan selama beberapa jam, kami pun sampai di bandara Denpasar – Bali. Kemudian kami langsung menuju villa ayah yang ada di dekat pantai. Akhirnya kami pun sampai di villa. Karena sehabis sampai kami lelah, kami pun istirahat sambil merapikan pakaian-pakaian kami.
Pagi pun menjelang, kami ke luar dari villa untuk menikmati sejuknya angin sepoi-sepoi di bawah pohon kelapa dan kicauan burung yang indah. Ketika aku, ayah dan bunda ingin berenang, tiba-tiba teman ayah datang dan ingin bertemu dengan ayah dan bunda.
“Keyla, ayah sama bunda mau ke dalam dulu yah.. soalnya ada teman ayah yang mau ketemu sama ayah dan bunda.” pamit ayah dan bunda kepadaku.
“Iya, ayah.. bunda, tapi ayah boleh tidak aku keliling-keliling pantai ini?” Tanyaku kepada ayah dengan semangat.
“Boleh.. tapi jangan jauh-jauh yah…?” ucap ayah sambil mengelus-elus kepalaku.
“Iya ayah…” jawabku sambil tersenyum.
Setelah meminta izin dari ayah aku langsung berjalan-jalan sambil memungut kerang-kerang yang ada di pinggir pantai. Sudah separuh perjalanan aku melihat batu besar yang ada di pinggir pantai. Karena lelah aku pun duduk di atas batu itu. Pada saat itu aku menatap hamparan lautan yang luas dan indah, dan juga menghirup udaranya yang segar. Saat aku menikmati pemandangan tersebut, aku mendengar suara anak perempuan yang sedang meminta pertolongan. “Tolong…!, tolong…!, tolong…!” suara itu mulai terdengar lebih keras.
Karena aku penasaran, aku langsung mencari asal dari suara itu. Saat aku mencari asal dari suara itu, tiba-tiba aku melihat seekor duyung yang ekornya tersangkut oleh jaring-jaring yang berada tidak jauh dari batu yang aku duduki. Tanpa berpikir panjang, aku langsung membebaskan ekor duyung tersebut dari jaring-jaring itu walaupun aku merasa takut.
“Bertahanlah…!, aku akan menolongmu…!!!” ucap ku sambil mengeluarkan jaring-jaring itu dari ekor duyung itu.
“jangan mendekat..!” duyung itu berusaha untuk melarangku.
“Tenang.. tenang, aku tidak akan menyakiti kamu kok..” Aku berusaha menenangkan duyung tersebut.
Setelah beberapa lama, akhirnya jaring-jaring tersebut pun terlepas dari ekor duyung tersebut.
“Akhirnya, ekor kamu nggak apa-apa kan..?” Tanyaku pada duyung tersebut.
“ja.. jangan sakiti a..aku..!” acap duyung itu merasa takut kepadaku.
“Ja.. jangan takut.. aku tidak akan sakiti kamu kok..” ucapku berusaha untuk membuat duyung itu tenang.
“I.. Iya..” ucap duyung itu masih sedikit gugup.
“Oh.. iya, nama kamu siapa..?” Tanyaku sambil mengulurkan tanganku.
“E..namaku.. putri Elisa. Kalau kamu, namamu siapa..?” Duyung itu kembali bertanya dengan mimik yang masih gugup.
“Namaku keyla..” jawabku sambil tersenyum kepadanya.
“Senang bertemu denganmu keyla. Terima kasih, karena kamu sudah menolongku dari jaring-jaring itu. Dan.. maaf juga, karena aku sudah berburuk sangka kepada kamu. Ternyata kamu itu manusia yang baik.” ucapnya balik tersenyum padaku.
“Iya..” Jawab ku singkat.
Saat kami sedang asyik mengobrol, tiba-tiba aku mendengar suara ayah dan bunda yang tengah mencariku.
“Keyla..!, keyla..!, dimana kamu sayang..!” teriak ayah dan bunda, seraya berjalan hendak mencariku.
Sebelum aku menemui ayah dan bunda, aku terlebih dahulu berpamitan kepada putri Elisa.
“Maaf yah.. putri Elisa, aku tidak bisa menemanimu lebih lama. Sebab orangtuaku sedang mencariku. Kalau boleh.. besok kita bertemu lagi di sini, bagaimana..?” tanyaku sembari berdiri.
“Iya.. boleh” jawabnya, sembari berenang kembali ke laut.
Akhirnya kami berdua pun pergi meninggalkan tempat dimana kami bertemu. Dan aku langsung menemui ayah dan bunda.
“Ayah..!, bunda..!” teriakku kepada mereka.
“Keyla.. kamu kemana aja sih.. ayah dan bunda risau mencari kamu..” ucap bunda dengan cemas.
“Maaf ayah.. bunda, tadi aku hanya berenang di sana kok..” jawabku menunduk.
“Ya sudah.. sekarang kita masuk ke villa, ayo..” ajak ayah sambil meraih tanganku.
Kami pun menuju ke dalam villa.
Malam pun tiba. Kami makan malam bersama di taman yang sangat indah. Seusai makan malam, aku pun langsung menuju kamarku. Di kamar aku mengingat kembali pengalamanku saat bertemu dengan putri Elisa tadi. Di dalam pikiranku mungkinkah kalau putri Elisa akan menjadi temanku… mungkinkah mimpiku menjadi kenyataan. Aku mulai merasa bahwa aku tidak lagi kesepian.
Keesokkan harinya. Aku, ayah dan bunda sarapan. Seusai sarapan aku menyiapkan cemilan untuk kumakan bersama putri Elisa, yaitu coklat batang dan apel merah. Setelah menyiapkan itu semua itu, aku langsung meminta izin kepada ayah dan bunda kalau aku ingin keliling-keliling lagi di pantai.
“Ayah.. bunda, boleh tidak aku keliling-keliling lagi di pantai..?” Tanyaku sambil tersenyum.
“Tidak boleh, kalau kamu kenapa-kenapa lagi, gimana…” Ayah berusaha untuk melarang ku.
“Ta.. tapi ayah, aku nggak jauh-jauh kok perginya..” ujarku sambil menatap ayah.
“Ya sudah.. tapi kalau mau pergi kamu bawa handphonemu yah, kalau-kalau ayah mau suruh kamu pulang ayah tinggal telepon kamu. Ok..?” jelas ayah sambil tersenyum.
Aku pun langsung bergegas ke tempat kami bertemu kemarin. Saat aku sampai, aku melihat putri Elisa sedang menungguku sambil menengok ke kanan dan ke kiri.
“Wa..!!!” aku mengaget kan nya
“hah..!!, i..h!!, keyla.. kamu ini mengagetkanku saja..” ucap nya sambil membuang napas kecilnya.
Aku pun duduk di sampingnya.
“kamu nungguin aku dari tadi yah..?” tanyaku sambil menatapnya.
“Iya.. memangnya kenapa kamu datangnya lambat..?” Putri Elisa kembali bertanya.
“Tadi itu.. aku sempat dilarang oleh ayahku untuk datang ke sini. Soalnya dia takut kalau aku kenapa-kenapa.” jelasku dengan pelan.
“Oooh… begitu..” ucapnya singkat.
“Oh.. iya.. kamu mau tidak coklat sama apel..?” tanyaku sambil memberikan coklat dan apel tersebut.
“Coklat..?, apel..?, apa itu..?” Tanya nya bingung.
“Coklat dan apel itu makanan. Memang, kalau di dasar laut nggak ada makanan yang seperti ini… Tapi rasanya enak loh, coba deh kamu makan..” jelasku sambil memberikan coklat dan apel tersebut.
Setelah memberikan coklat dan apel itu, dia pun mencoba untuk memakannya, al hasil…
“Mmm… enak sekali makanan ini, ternyata makanan manusia tidak kalah enak dengan makanan yang ada di tempat tinggalku.” kagumnya sambil menikmati coklat dan apel yangku berikan tadi.
Kami menghabiskan waktu seharian bersama-sama. Mulai dari mengobrol bersama, bercanda bersama, main games di handphoneku bersama hingga berenang bersama. Namun sayang, ayah meneleponku dan menyuruhku pulang. Padahal putri Elisa masih mau bermain bersama denganku. Tapi aku sudah berjanji kepada ayah kalau aku akan langsung pula jika ayah menyuruhku untuk pulang. Akhirnya aku pun pamit kepada putri Elisa, dan langsung pulang menuju villa. Aku melihat wajah yang sedih yang ditampakkan putri Elisa.
Keesokkan harinya. Aku kembali ke tempat aku bertemu dengan putri Elisa. Namun sayang, putri tidak berada di sana. Kuputuskan aku akan menunggunya beberapa menit lagi. Tapi ternyata setelah aku menunggunya hampir 1 jam, dia belum juga datang. Mungkinkah ia marah karena kemarin aku buru-buru pulang karena disuruh oleh ayah. Atau mungkin ia tidak ingat untuk bertemu denganku hari ini.
Karena tak sanggup menunggu, aku langsung kembali ke villa. Aku pun masuk ke kamar dan duduk di depan jendela kamarku. Tanpa aku ketahui, ternyata putri Elisa tidak datang menemuiku, karena kemarin ia ketahuan bertemu denganku. Akhirnya ia dihukum oleh ayahnya untuk dikurung di kamarnya selama setahun.
Keesokkan harinya, aku mendengar kabar kalau kami harus pulang sekarang, karena ayah punya pekerjaan penting lainnya di jakarta. Akhirnya kami pun berangkat ke bandara dan kembali ke jakarta. Itulah terakhir kalinya aku bertemu dengan putri Elisa. Dan kembalilah aku dalam kesepian tanpa adanya seorang teman. Namun, ketika aku telah lulus dari sekolah dasar ternyata aku memiliki banyak sekali teman di smp. Tapi semua itu tidak membuatku lupa dengan kenangan singkatku bersama putri Elisa…
Tamat
Teman-teman terima kasih sudah membaca cerpen dariku, maaf kalau cerpennya lumayan panjang. semoga kalian senang… :)
Cerpen Karangan: Rabiatul Adawiah
Facebook: Rabiatul Adawiah
Pagi itu.. Aku duduk di kamarku yang sangat sunyi, yang ada hanya aku dan cahaya mentari yang indah. Aku menatap jendela kamarku, seraya mengingat kenangan singkat masa kecilku yang sulit untuk kulupakan, tepatnya 14 tahun yang lalu…
Namaku keyla, aku berumur 9 tahun dan aku kelas VI A. Mungkin umurku tidak sesuai dengan kelas yang kutempati, itu semua karena pengetahuanku yang luas dari siswa-siswi di sekolahku. Namun, aku lebih rugi dari yang lain, karena aku tak memiliki teman satu pun.
Pagi pun tiba.. Mataku terbuka saat jam bekerku berbunyi, tepat pada pukul 6 pagi, waktu dimana aku harus siap-siap untuk berangkat ke sekolah. Setelah bersiap-siap, aku dipanggil oleh bunda untuk sarapan bersama. Aku pun bergegas menuju meja makan.
Tak lama setelah sarapan, aku dan ayah pun berangkat dengan menggunakan mobil. Setelah menempuh selama beberapa menit, kami pun sampai di sekolahku. Aku pun turun dari mobil dan ingin berpamitan kepada ayah. Namun, sesaat sebelum aku berpamitan, tiba-tiba bella, sinta dan vira teman sekelasku menghampiri kami dan menyapa kami.
“Hai.. keyla, hai.. om herman.” Bella menyapa aku dan ayah.
“Hai juga..” ucap serentak aku dan ayah.
“Keyla.. apa ini teman-temanmu?” Tanya ayah dengan semangat.
“i..iya ayah.” jawabku dengan ragu.
“bener om, kami bertiga temannya keyla.” bella menambahkan.
“Ooo.. begitu, kalau begitu, keyla.. ayah pamit dulu yah, kalian bertiga, om pamit yah, sampai jumpa..!” Ayah berpamitan kepada kami.
“sampai jumpa..!” jawab kami serentak.
Ayah pun berangkat ke kantornya, setelah beberapa lama mengobrol dengan kami.
“oh.. iya keyla, tadi aku nggak serius yah.. sama ucapanku, kalau kamu itu teman kami. Maaf yah, sampai jumpa di kelas..” jelas bella kepadaku.
Aku pun terdiam dan memendam rasa sedih di benakku dan kekecewaan yang amat dalam.
Waktu pun berlalu dengan cepat, bel pulang pun berbunyi.. Aku ke luar dari kelas, seperti biasa aku selalu berjalan sendiri dan tak memiliki teman satu pun.
“kenapa, kenapa dengan mereka semua, selalu menjauhiku.. kadang mereka mendekat, hanya untuk memanfaatkanku..” ucapku dalam hati dengan air mata yang hampir menetes.
Aku memendam semua itu dan bergegas menuju mobil jemputan dari ayah. Setelah sampai di rumah, aku bergegas menuju kamarku dan mengganti pakaian. Setelah itu aku duduk di atas ranjang sambil menatap ke arah jendela kamarku.
Tak kusangka aku tertidur. Saat tertidur, aku memimpikan sesuatu, mimpi yang aku harap menjadi kenyataan. Yaitu aku bermimpi kalau aku memiliki seorang teman. Dan temanku itu selalu bersamaku. Seharian kami habiskan waktu untuk bersama-sama. Namun, aku tak bisa melihat wajahnya, aku hanya bisa mendengar suaranya.
Malam pun tiba, aku terbangun dari tidurku, karena aku mendengar suara bunda yang memanggilku untuk makan malam bersama-sama. Aku pun beranjak dari kamarku dan menuju meja makan. Saat makan malam kami sempat mengobrol.
“Oh.. yah, keyla ayah dengar dua hari lagi kalian libur selama satu minggu yah..?” Ayah bertanya kepadaku.
“iya ayah, emang kenapa?” Aku kembali bertanya kepada ayah
“Jadi gini, ayah punya pekerjaan di Bali, dan lokasinya itu dekat pantai. Rencananya ayah mau ngajak kalian untuk berlibur di sana, kan tempatnya cocok untuk liburan.” Jelas ayah dengan penuh semangat.
“Beneran ayah..? ayah nggak bohong kan?” Tanyaku dengan penuh semangat.
“Yah.. enggak lah, ngapain ayah harus bohong sama kamu..” jelas ayah kembali sambil tersenyum.
“ye…sss!!, aku senang banget ayah, makasih yah.. ayah, aku sayang deh.. sama ayah..!!!” Girangku sambil mengangkat tanganku.
“Gimana bunda.., bunda ikut kan?” Ayah kembali bertanya kepada bunda.
“Ya.. iyalah ayah, masa bunda nggak ikut sih…” Jawab bunda juga dengan semangat.
Keesokan harinya, kami pun bersiap-siap untuk berangkat ke bandara. Setelah bersiap-siap, kami pun naik ke mobil dan langsung menuju ke bandara. Setelah menempuh perjalanan selama beberapa jam, kami pun sampai di bandara Denpasar – Bali. Kemudian kami langsung menuju villa ayah yang ada di dekat pantai. Akhirnya kami pun sampai di villa. Karena sehabis sampai kami lelah, kami pun istirahat sambil merapikan pakaian-pakaian kami.
Pagi pun menjelang, kami ke luar dari villa untuk menikmati sejuknya angin sepoi-sepoi di bawah pohon kelapa dan kicauan burung yang indah. Ketika aku, ayah dan bunda ingin berenang, tiba-tiba teman ayah datang dan ingin bertemu dengan ayah dan bunda.
“Keyla, ayah sama bunda mau ke dalam dulu yah.. soalnya ada teman ayah yang mau ketemu sama ayah dan bunda.” pamit ayah dan bunda kepadaku.
“Iya, ayah.. bunda, tapi ayah boleh tidak aku keliling-keliling pantai ini?” Tanyaku kepada ayah dengan semangat.
“Boleh.. tapi jangan jauh-jauh yah…?” ucap ayah sambil mengelus-elus kepalaku.
“Iya ayah…” jawabku sambil tersenyum.
Setelah meminta izin dari ayah aku langsung berjalan-jalan sambil memungut kerang-kerang yang ada di pinggir pantai. Sudah separuh perjalanan aku melihat batu besar yang ada di pinggir pantai. Karena lelah aku pun duduk di atas batu itu. Pada saat itu aku menatap hamparan lautan yang luas dan indah, dan juga menghirup udaranya yang segar. Saat aku menikmati pemandangan tersebut, aku mendengar suara anak perempuan yang sedang meminta pertolongan. “Tolong…!, tolong…!, tolong…!” suara itu mulai terdengar lebih keras.
Karena aku penasaran, aku langsung mencari asal dari suara itu. Saat aku mencari asal dari suara itu, tiba-tiba aku melihat seekor duyung yang ekornya tersangkut oleh jaring-jaring yang berada tidak jauh dari batu yang aku duduki. Tanpa berpikir panjang, aku langsung membebaskan ekor duyung tersebut dari jaring-jaring itu walaupun aku merasa takut.
“Bertahanlah…!, aku akan menolongmu…!!!” ucap ku sambil mengeluarkan jaring-jaring itu dari ekor duyung itu.
“jangan mendekat..!” duyung itu berusaha untuk melarangku.
“Tenang.. tenang, aku tidak akan menyakiti kamu kok..” Aku berusaha menenangkan duyung tersebut.
Setelah beberapa lama, akhirnya jaring-jaring tersebut pun terlepas dari ekor duyung tersebut.
“Akhirnya, ekor kamu nggak apa-apa kan..?” Tanyaku pada duyung tersebut.
“ja.. jangan sakiti a..aku..!” acap duyung itu merasa takut kepadaku.
“Ja.. jangan takut.. aku tidak akan sakiti kamu kok..” ucapku berusaha untuk membuat duyung itu tenang.
“I.. Iya..” ucap duyung itu masih sedikit gugup.
“Oh.. iya, nama kamu siapa..?” Tanyaku sambil mengulurkan tanganku.
“E..namaku.. putri Elisa. Kalau kamu, namamu siapa..?” Duyung itu kembali bertanya dengan mimik yang masih gugup.
“Namaku keyla..” jawabku sambil tersenyum kepadanya.
“Senang bertemu denganmu keyla. Terima kasih, karena kamu sudah menolongku dari jaring-jaring itu. Dan.. maaf juga, karena aku sudah berburuk sangka kepada kamu. Ternyata kamu itu manusia yang baik.” ucapnya balik tersenyum padaku.
“Iya..” Jawab ku singkat.
Saat kami sedang asyik mengobrol, tiba-tiba aku mendengar suara ayah dan bunda yang tengah mencariku.
“Keyla..!, keyla..!, dimana kamu sayang..!” teriak ayah dan bunda, seraya berjalan hendak mencariku.
Sebelum aku menemui ayah dan bunda, aku terlebih dahulu berpamitan kepada putri Elisa.
“Maaf yah.. putri Elisa, aku tidak bisa menemanimu lebih lama. Sebab orangtuaku sedang mencariku. Kalau boleh.. besok kita bertemu lagi di sini, bagaimana..?” tanyaku sembari berdiri.
“Iya.. boleh” jawabnya, sembari berenang kembali ke laut.
Akhirnya kami berdua pun pergi meninggalkan tempat dimana kami bertemu. Dan aku langsung menemui ayah dan bunda.
“Ayah..!, bunda..!” teriakku kepada mereka.
“Keyla.. kamu kemana aja sih.. ayah dan bunda risau mencari kamu..” ucap bunda dengan cemas.
“Maaf ayah.. bunda, tadi aku hanya berenang di sana kok..” jawabku menunduk.
“Ya sudah.. sekarang kita masuk ke villa, ayo..” ajak ayah sambil meraih tanganku.
Kami pun menuju ke dalam villa.
Malam pun tiba. Kami makan malam bersama di taman yang sangat indah. Seusai makan malam, aku pun langsung menuju kamarku. Di kamar aku mengingat kembali pengalamanku saat bertemu dengan putri Elisa tadi. Di dalam pikiranku mungkinkah kalau putri Elisa akan menjadi temanku… mungkinkah mimpiku menjadi kenyataan. Aku mulai merasa bahwa aku tidak lagi kesepian.
Keesokkan harinya. Aku, ayah dan bunda sarapan. Seusai sarapan aku menyiapkan cemilan untuk kumakan bersama putri Elisa, yaitu coklat batang dan apel merah. Setelah menyiapkan itu semua itu, aku langsung meminta izin kepada ayah dan bunda kalau aku ingin keliling-keliling lagi di pantai.
“Ayah.. bunda, boleh tidak aku keliling-keliling lagi di pantai..?” Tanyaku sambil tersenyum.
“Tidak boleh, kalau kamu kenapa-kenapa lagi, gimana…” Ayah berusaha untuk melarang ku.
“Ta.. tapi ayah, aku nggak jauh-jauh kok perginya..” ujarku sambil menatap ayah.
“Ya sudah.. tapi kalau mau pergi kamu bawa handphonemu yah, kalau-kalau ayah mau suruh kamu pulang ayah tinggal telepon kamu. Ok..?” jelas ayah sambil tersenyum.
Aku pun langsung bergegas ke tempat kami bertemu kemarin. Saat aku sampai, aku melihat putri Elisa sedang menungguku sambil menengok ke kanan dan ke kiri.
“Wa..!!!” aku mengaget kan nya
“hah..!!, i..h!!, keyla.. kamu ini mengagetkanku saja..” ucap nya sambil membuang napas kecilnya.
Aku pun duduk di sampingnya.
“kamu nungguin aku dari tadi yah..?” tanyaku sambil menatapnya.
“Iya.. memangnya kenapa kamu datangnya lambat..?” Putri Elisa kembali bertanya.
“Tadi itu.. aku sempat dilarang oleh ayahku untuk datang ke sini. Soalnya dia takut kalau aku kenapa-kenapa.” jelasku dengan pelan.
“Oooh… begitu..” ucapnya singkat.
“Oh.. iya.. kamu mau tidak coklat sama apel..?” tanyaku sambil memberikan coklat dan apel tersebut.
“Coklat..?, apel..?, apa itu..?” Tanya nya bingung.
“Coklat dan apel itu makanan. Memang, kalau di dasar laut nggak ada makanan yang seperti ini… Tapi rasanya enak loh, coba deh kamu makan..” jelasku sambil memberikan coklat dan apel tersebut.
Setelah memberikan coklat dan apel itu, dia pun mencoba untuk memakannya, al hasil…
“Mmm… enak sekali makanan ini, ternyata makanan manusia tidak kalah enak dengan makanan yang ada di tempat tinggalku.” kagumnya sambil menikmati coklat dan apel yangku berikan tadi.
Kami menghabiskan waktu seharian bersama-sama. Mulai dari mengobrol bersama, bercanda bersama, main games di handphoneku bersama hingga berenang bersama. Namun sayang, ayah meneleponku dan menyuruhku pulang. Padahal putri Elisa masih mau bermain bersama denganku. Tapi aku sudah berjanji kepada ayah kalau aku akan langsung pula jika ayah menyuruhku untuk pulang. Akhirnya aku pun pamit kepada putri Elisa, dan langsung pulang menuju villa. Aku melihat wajah yang sedih yang ditampakkan putri Elisa.
Keesokkan harinya. Aku kembali ke tempat aku bertemu dengan putri Elisa. Namun sayang, putri tidak berada di sana. Kuputuskan aku akan menunggunya beberapa menit lagi. Tapi ternyata setelah aku menunggunya hampir 1 jam, dia belum juga datang. Mungkinkah ia marah karena kemarin aku buru-buru pulang karena disuruh oleh ayah. Atau mungkin ia tidak ingat untuk bertemu denganku hari ini.
Karena tak sanggup menunggu, aku langsung kembali ke villa. Aku pun masuk ke kamar dan duduk di depan jendela kamarku. Tanpa aku ketahui, ternyata putri Elisa tidak datang menemuiku, karena kemarin ia ketahuan bertemu denganku. Akhirnya ia dihukum oleh ayahnya untuk dikurung di kamarnya selama setahun.
Keesokkan harinya, aku mendengar kabar kalau kami harus pulang sekarang, karena ayah punya pekerjaan penting lainnya di jakarta. Akhirnya kami pun berangkat ke bandara dan kembali ke jakarta. Itulah terakhir kalinya aku bertemu dengan putri Elisa. Dan kembalilah aku dalam kesepian tanpa adanya seorang teman. Namun, ketika aku telah lulus dari sekolah dasar ternyata aku memiliki banyak sekali teman di smp. Tapi semua itu tidak membuatku lupa dengan kenangan singkatku bersama putri Elisa…
Tamat
Teman-teman terima kasih sudah membaca cerpen dariku, maaf kalau cerpennya lumayan panjang. semoga kalian senang… :)
Cerpen Karangan: Rabiatul Adawiah
Facebook: Rabiatul Adawiah
My Childhood Friend Is A Mermaid
4/
5
Oleh
Unknown