Finishing Well My Hero

Baca Juga :
    Aku sudah berdiri di depan gedung ini sekarang, ini adalah hal yang paling kutakuti di dalam hidupku ya tuhan bukannya tiga hari yang lalu dia meyakinkanku bahwa dia akan baik-baik saja, aku melihat jam di tanganku jam 06.45 pagi. Tadi malam aku harus menginap di bandara untuk mengejar penerbangan tadi subuh dari kota dimana aku menempuh studi perkuliahanku ke kota asalku saat ini. Aku tak tau bagaimana bentukku sekarang itu sangat tidak penting lagi bagiku, aku hanya bisa menangis sejak aku mendapatkan telepon dari kakakku kemarin sore kalau aku harus ke sini di tempat ini tempat yang sangat menyeramkan.

    Teleponku berbunyi lagi “dek, kamu sudah di mana cepatlah ke sini” ini suara kakakku suara yang menunjukkan rasa khawatir yang begitu dalam “aku sudah di depan kak” “cepatlah, mama dirawat di lantai dua ruang VIP sebelah kanan paling ujung” telepon mati. Aku menangis lagi mengingat semua yang telah terjadi, mamaku sudah masuk di dua rumah sakit satu bulan terakhir, dengan penyakit komplikasi yang dideritanya sangat tidak jelas bagiku penyakit apa sebenarnya yang sedang diderita pahlawan hidupku ini, semua memang disembunyikan dariku sebagai anak bungsu yang begitu dekat dengan keluarga aku cepat sekali drop jika mendengar keluargaku sakit, itu alasan mamaku dan keluargaku untuk tidak memberitahuku apa sebenarnya terjadi

    “mama baik-baik saja nak, beberapa hari lagi juga pulang ke rumah kamu fokus kuliah ya sebentar lagi kan ujian” itu kata yang kudengar darinya tiga hari yang lalu, kata orang memang betul bahwa ibu itu seorang pembohong besar untuk kebaikan anaknya. Dengan berat hati aku melangkahkan kakiku menuju lantai dua sesuai petunjuk kakakku, aroma rumah sakit ini begitu menjijikkan bagiku, aku benci tempat ini aku melawati lorong demi lorong rumah sakit, aku melihat banyak sekali pasien dengan berbagai macam penyakit aku tak sanggup dengan semuanya ini kenapa harus ada penyakit kenapa mesti orang-orang yang begitu kita kasihi yang memasukki tempat ini, ruang VIP ada papan yang menunjukkan lokasi tempat pahlawanku dirawat “Tuhan aku mohon selamatkan pahlawanku” doaku selalu dalam hati.

    Sebelah kanan paling ujung ini dia ruangannya. Dari luar aku sudah mendengar isak tangis ada apa ini aku tak sanggup dengan semua ini, perlahan tanganku mulai membuka pintu oh tidak aku menangis tanganku bergetar hebat hatiku sangat kacau, kenapa mama tidak menyambutku dengan pelukan hangatnya kenapa mama tidak menyapaku seperti biasanya kenapa aku harus melihat mamaku dalam kondisi seperti ini ya tuhan, mamaku tak pantas untuk berada di sini dia terlalu baik bahkan sangat baik dia tak harus merasakan ini semua, mereka semua ada di sini papa dan kakakku ada di sini.

    “ke sinilah via, kesinilah nak” papaku memanggil, dari tadi aku hanya berdiri di depan pintu tak mampu terima kenyataan ini air mata terus mengalir di pipi ini, aku melihat kelima orang saudaraku aku melihat papaku mereka begitu kacau aku melihat kepedihan yang amat dalam di wajah papaku, aku mengerti begitu sangatnya ia mencintai mamaku aku berlari mendekati mamaku “mama aku pulang, mama tak mau memelukku?” oh tuhan kejam sekali kenyataan ini aku tak berhenti menangis, mereka memeluk mereka menguatkanku mama tak bisa melihatku apalagi berbicara padaku, mamaku sangat kurus dia ditemani dengan tabung oksigen dan selang-selang yang melilit tubuhnya aku tak mengerti untuk apa ini semua tapi aku yakin ini semua cara mereka untuk menolong mama iya mama harus tertolong.

    “mama sudah sangat parah sejak kemarin siang, bahkan obat sudah susah untuk masuk ke dalam tubuhnya” papa memberitahu kondisi mama saat ini, aku terus menangis dan lagi dia memelukku “makanlah dulu, kamu capek pasti dari tadi malam belum makan kan?” “nanti saja pa” aku tak bisa berkata tidak aku tak mau papaku bertambah beban pikirannya “kamu jaga kesehatan dek, jangan sampai sakit” kakakku menambahkan, sok tegar sekali mereka aku tau persis apa yang mereka rasakan tapi aku mengerti saat ini kami harus saling menguatkan.

    Papaku menuntun kami untuk berdoa bersama memohon kepada Tuhan untuk kesembuhan mama saat ini, setelah itu aku keluar dari ruangan itu aku menangis sejadi-jadinya “oh tuhan ini sangat sakit sekali” kataku dalam tangisku, aku masih punya harapan besar untuk membahagiakannya masih banyak rencana-rencana kami yang belum terwujud aku ingin dia ada disaat aku memakai togaku beberapa tahun lagi, aku tak berhenti menangis menangis dan menangis lagi.

    “dek kakak sangat mengerti apa yang kamu rasakan saat ini, kakak juga merasakan hal yang sama” “kenapa kalian baru telepon aku disaat kondisi seperti ini, kenapa bukan kemarin disaat mama masih bisa melihat kepulanganku” jawabku marah “tak ada yang menginginkan kondisi ini, mama yang selalu kuat untuk meyakinkan kamu, bentar lagi kamu ujian mama tak mau kamu terganggu. Kamu tau bagaimana mama kan selalu pura-pura kuat untuk kita” kakakku menangis “mama mengalami pendarahan di dalam perutnya, setiap makanan yang dia makan selalu dibuang dalam bentuk darah, mama juga memiliki cairan dalam paru-parunya sehingga membuatnya tak bisa bernafas. Itulah semua selang-selang itu untuk membantu mama” “kenapa tidak dikasi obat kak” “mama punya penyakit gula yang tinggi sehingga luka dalam perutnya akibat asam lambung susah untuk disembuhkan” aku menangis lagi.
    “via kesinilah, mama buka mata dia menyebut namamu” papa memanggil, aku langsung lari melihat kondisi mama.

    “via kapan datang nak?” mama berusaha tersenyum “tadi pagi ma, mama apa kabar?” aku berusaha menahan tangisku “mama baik, kenapa pulang kan minggu depan ujian” “aku kangen ma, akan ada ujian susulan” “kamu kurus setiap pulang via, makan dulu biar gemuk” ah… Mama selalu saja begitu memikirkan hal yang seharusnya tak dia pikirkan untuk saat ini “via sudah makan banyak tadi ma, mama yang makan via suapin ya” mama menganguk lalu aku menyuapinya

    “mama makan yang banyak biar cepat sembuh” kataku berusaha kuat di depan pahlawanku ini aku mendengar isak tangis keluargaku “mama sudah banyak bicara sama orang kakakmu, mereka sudah kerja semua nak tinggal kamu, kamu harus cepat tamat kuliah kamu harus sukses jangan pernah lupa dengan nasihat mama yang selalu mama sampaikan setiap kita telfon” “iya ma, aku janji aku akan segera tamat dan akan selalu ingat nasehat mama, bukannya mama datang kalo via wisuda” mama hanya tersenyum lalu menangis, oh tuhan tangisku pecah sudah aku tak tahan lagi, dia menyuruh kami untuk berkumpul dan berdoa untuknya dia memandangi kami satu persatu tersenyum dan membelai pipi kami dia tersenyum “mama mau tidur” dia menutup matanya dengan senyum, papaku langsung menangis sejadi-jadinya.

    Aku baru sadar mamaku tidur selamanya, kakakku memanggil dokter “maaf, sudah tidak bisa tertolong” kata dokter “mama bangunnnnnn” suara histeris kami tangis pecah tak terima dengan semua ini “jawaban doa macam apa ini tuhan” teriakku, mamaku sudah tersenyum bahagia, aku tak bisa menerima ini semua ini mimpi buruk aku ingin waktu kembali mamaku harus bangun

    “dia sudah meneyelesaikannya dengan baik nak” papaku menguatkan, “aku pulang bukan untuk ini pa, aku ingin mama” jawabku, ini tak nyata aku tak bisa terima ini semua terlalu cepat aku ingin tidur supaya disaat aku bangun semua kembali seperti biasa ia mamaku baik-baik saja.

    Cerpen Karangan: Elviad Ghea
    Facebook: Elviad Ghea

    Artikel Terkait

    Finishing Well My Hero
    4/ 5
    Oleh

    Berlangganan

    Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email