Judul Cerpen Khayalan 1 (Ini Baru Permulaan)
Teruntuk dirimu yang tak kuketahui, Kamu yang saat ini entah berada di mana, Kamu yang saat ini entah sedang jatuh cinta dengan orang yang Kamu kagumi, Kamu, yang Aku harap kita bertemu di waktu yang tepat, waktu ketika kita memutuskan tuk saling memberi kepercayaan satu sama lain dan lebih dari semua itu. Aku harap, Kamu bukanlah orang yang sangat asing bagiku, bukanlah orang yang tiba-tiba datang dalam hidupku, tidak, Aku tidak bermaksud enggan tuk menjemputmu, tapi Aku hanya berharap agar Kamu adalah orang yang Aku kenal sebelumnya, terlepas kita telah lama saling mengenal atau tidak, Aku harap, pertemuan kita bukanlah pertemuan yang ‘tiba-tiba’.
Stasiun Pasar Turi, Surabaya
Dalam lamunanku, melintas pria paruh baya yang tengah sibuk membawa barang yang diamanahkan kepadanya, besarnya ukuran koper tak memengaruhi langkahnya, ada satu koper yang mencolok, sebuah koper besar berwarna merah dengan sebuah garis hitam yang melintang dengan ukuran sekitar 15 cm, namun dengan mudahnya dibawa oleh bapak itu. “Ah paling isinya bukan barang penting” ucapku mendahului pikiran. Mataku sesekali melirik jam tangan yang kugenggam, ya, jam hitam digital dengan tampilan yang sangat sederhana. Jam itu memang sengaja tak kukenakan di pergelangan tangan, Aku lebih suka meletakkannya di saku kiri karena entah mengapa Aku memang tak menyenangi adanya asesoris pada tubuhku, walaupun itu hanya sebuah jam.
06.45, telah 15 menit Aku terduduk diam menyisakan kantuk yang tersisa selama di kereta. Aku bukanlah orang yang nyaman tidur dalam kendaraan, jadi Aku memang tak begitu menikmati serunya tidur dalam selongsong besi yang berisi puluhan orang itu, sekalipun itu Argo Anggrek Malam.
Zzzz zzzz zzzz
Kurasakan sebuah getaran dari saku celana bagian kanan, ah semoga saja itu pertandanya.
“Aku udah di luar nih, sorry lama” tujuh kata singkat yang mengisyratkanku tuk beranjak dari nyamannya kursi tunggu di stasiun ini.
Dalam kondisi yang lumayan lapar, Aku beranjak keluar, menuju suatu tempat yang sama sekali tidak kuketahui bagaimana kondisinya.
Hari mulai beranjak pagi, sang matahari pun telah menampakkan jati dirinya secara utuh, jalan raya dengan densitas yang lumayan rendah menyambut Aku yang untuk pertama kalinya menginjakkan kaki di kota ini, hampir tak dapat kukenali siapapun kecuali sesosok…
“Maaf, permisi mbak…” ucapku ramah sambil mengetuk telunjukku pelan ke pundaknya, tak bermaksud menyentuhnya secara langsung, Aku hanya ingin ia segara memutar badannya.
“Iya, ada apa ya mas?” jantungku berdetak hebat, Aku salah orang! Bodoh! Beruntung, senyumnya yang tulus cukup menghilangkan kepanikanku, ingin rasanya Aku pergi sejauh-jauhnya sesegera mungkin, sial, betapa malunya momen ini.
“Aduh maaf mbak, Saya salah orang hehe” dengan senyum yang rada kupaksakan ku membalas sapaan yang ramah itu, bukan karena Aku pelit senyuman, tapi Kau tau, momen ini benar-benar menggelikan, Aku justru ingin tertawa karena tindakanku ini haha XD.
Aku masih tak habis pikir, mengapa aku begitu ceroboh? Dari sekian banyak orang asing yang sengaja kutemui, ini pertama kalinya aku melakukan sebuah kesalahan, kenapa naluri diriku hari ini bisa salah ya? Apakah ini sebuah pertanda lagi? Ah jangan, Aku terlalu banyak menganggap kejadian tak terduga sebagai pertanda, itu tidak baik bagi diriku.
“Ehem, nyari siapa hayo?” suara itu mengalir dari bagian belakang, tak asing nampaknya.
“Ckck kamu ke mana aja” ujarku agak sebal, namun Aku juga tak dapat menyembunyikan rasa gembira ini, akhirnya Aku dapat bertemu dirinya.
Dirinya? Siapakah gerangan?
Sabtu, 9 November 2013
Hari ini adalah hari kedua Pesta Sains Nasional yang diselenggarakan FMIPA IPB, aku bersama beberapa rekanku tidak lolos ke babak selanjutnya, Aku sih tak mempermasalahkannya, karena Aku mengikuti ajang ini hanya sebagai “lahan” untuk menggali lebih dalam berbagai pengalaman yang bisa didapat di masa SMA.
Bersama Alif, Yosua dan Adit kami menikmati acara yang dihadiri ribuan orang ini, sama seperti diriku, mereka pun tak lolos, tapi ku bisa merasakan tampaknya mereka juga tak begitu mempermasalahkannya.
Sambil menunggu para pemenang menerima hadiah yang sore nanti akan diberikan, kami, ribuan orang yang memenuhi Graha Widya Wisuda atau yang biasa dipanggil GWW, dihibur dengan acara yang menarik, malah menurutku gokil haha. Kami diminta untuk bergoyang Caesar, ya, ribuan orang, tapi itu bagi yang mau sih haha. Lalu, beberapa panitia mengambil beberapa orang yang dinilai cukup gokil untuk diminta maju ke panggung, singkat cerita mereka diminta mempraktikannya segokil-gokilnya, Aku tak bisa berhenti tertawa melihatnya, oh panitia, idemu begitu cemerlang tuk mengguncang perut kami.
Dalam kecerian itu, waktu tetaplah egois, ia tak bisa dihentikan, perlahan tapi pasti acara pun akan berakhir, ketika acara mulai mendekati akhirnya, maskot PSN pun berkeliling, Rupes namanya, sebuah akronim yang cukup menarik, Rusa Pesta Sains, ia berfoto dengan siapapun yang ingin berfoto dengannya *yaiyalah*.
“Eh lif, kita foto bareng yuk, jarang-jarang tuh” ajakku kepada rekan di sebelahku.
“Ah enggak ah, males” jawabnya ketus, namun tak membuatku patah semangat tuk mengajaknya kembali.
“Yah, kapan lagi bisa foto, jarang-jarang anak SMA kita bisa foto” pintaku lagi berharap ia mengiyakan ajakanku yang kedua.
“Yaelah, kalo lo mau foto ya foto aja, nanti gue fotoin” jawabnya yang mebuatku cukup kecewa.
“Ya bareng-bareng lah, bareng Yosua sama Adit” balasku.
“Ya udah lo ajak tuh mereka” ucap ia singkat.
“Yos, kita foto yuk ke depan?” ajakku ke Yosua.
“Hah? Ke depan? Males ah dik” balas ia sambil mengamati Rupes yang diperebutkan orang-orang.
“Dit, foto yuk” pintaku lagi ke rekan terakhir yang satu-satunya kuharapkan jawaban iya darinya.
“Yang lain mau ikut nggak?” tanya ia balik.
“Pada nggak mau nih” balasku singkat.
“Ya udah lo aja” jawabnya lebih singkat.
Yaps, sesuai ekspektasi, Aku pasti nggak bisa berfoto dengan Rupes, bisa sih sendiri, tapi kan malu. Akhirnya, Aku mengubur harapanku tuk berfoto, berbeda dengan para perempuan di bagian depan, mereka begitu bersemangat dan antusias ingin berfoto dengannya, dan itulah momen pertamaku melihatnya, sesosok gadis dengan jilbab putih.
Hari ini 19 Mei 2021, tepat jatuh pada hari Rabu, sebuah hari yang mungkin akan Aku ingat selamanya sebagai momen pertemuan pertemuanku dengan ******.
-Bersambung-
Selasa, 12 April 2016
Cerpen Karangan: Didik Setiawan
Facebook: facebook.com/didik.setiawan.id
Teruntuk dirimu yang tak kuketahui, Kamu yang saat ini entah berada di mana, Kamu yang saat ini entah sedang jatuh cinta dengan orang yang Kamu kagumi, Kamu, yang Aku harap kita bertemu di waktu yang tepat, waktu ketika kita memutuskan tuk saling memberi kepercayaan satu sama lain dan lebih dari semua itu. Aku harap, Kamu bukanlah orang yang sangat asing bagiku, bukanlah orang yang tiba-tiba datang dalam hidupku, tidak, Aku tidak bermaksud enggan tuk menjemputmu, tapi Aku hanya berharap agar Kamu adalah orang yang Aku kenal sebelumnya, terlepas kita telah lama saling mengenal atau tidak, Aku harap, pertemuan kita bukanlah pertemuan yang ‘tiba-tiba’.
Stasiun Pasar Turi, Surabaya
Dalam lamunanku, melintas pria paruh baya yang tengah sibuk membawa barang yang diamanahkan kepadanya, besarnya ukuran koper tak memengaruhi langkahnya, ada satu koper yang mencolok, sebuah koper besar berwarna merah dengan sebuah garis hitam yang melintang dengan ukuran sekitar 15 cm, namun dengan mudahnya dibawa oleh bapak itu. “Ah paling isinya bukan barang penting” ucapku mendahului pikiran. Mataku sesekali melirik jam tangan yang kugenggam, ya, jam hitam digital dengan tampilan yang sangat sederhana. Jam itu memang sengaja tak kukenakan di pergelangan tangan, Aku lebih suka meletakkannya di saku kiri karena entah mengapa Aku memang tak menyenangi adanya asesoris pada tubuhku, walaupun itu hanya sebuah jam.
06.45, telah 15 menit Aku terduduk diam menyisakan kantuk yang tersisa selama di kereta. Aku bukanlah orang yang nyaman tidur dalam kendaraan, jadi Aku memang tak begitu menikmati serunya tidur dalam selongsong besi yang berisi puluhan orang itu, sekalipun itu Argo Anggrek Malam.
Zzzz zzzz zzzz
Kurasakan sebuah getaran dari saku celana bagian kanan, ah semoga saja itu pertandanya.
“Aku udah di luar nih, sorry lama” tujuh kata singkat yang mengisyratkanku tuk beranjak dari nyamannya kursi tunggu di stasiun ini.
Dalam kondisi yang lumayan lapar, Aku beranjak keluar, menuju suatu tempat yang sama sekali tidak kuketahui bagaimana kondisinya.
Hari mulai beranjak pagi, sang matahari pun telah menampakkan jati dirinya secara utuh, jalan raya dengan densitas yang lumayan rendah menyambut Aku yang untuk pertama kalinya menginjakkan kaki di kota ini, hampir tak dapat kukenali siapapun kecuali sesosok…
“Maaf, permisi mbak…” ucapku ramah sambil mengetuk telunjukku pelan ke pundaknya, tak bermaksud menyentuhnya secara langsung, Aku hanya ingin ia segara memutar badannya.
“Iya, ada apa ya mas?” jantungku berdetak hebat, Aku salah orang! Bodoh! Beruntung, senyumnya yang tulus cukup menghilangkan kepanikanku, ingin rasanya Aku pergi sejauh-jauhnya sesegera mungkin, sial, betapa malunya momen ini.
“Aduh maaf mbak, Saya salah orang hehe” dengan senyum yang rada kupaksakan ku membalas sapaan yang ramah itu, bukan karena Aku pelit senyuman, tapi Kau tau, momen ini benar-benar menggelikan, Aku justru ingin tertawa karena tindakanku ini haha XD.
Aku masih tak habis pikir, mengapa aku begitu ceroboh? Dari sekian banyak orang asing yang sengaja kutemui, ini pertama kalinya aku melakukan sebuah kesalahan, kenapa naluri diriku hari ini bisa salah ya? Apakah ini sebuah pertanda lagi? Ah jangan, Aku terlalu banyak menganggap kejadian tak terduga sebagai pertanda, itu tidak baik bagi diriku.
“Ehem, nyari siapa hayo?” suara itu mengalir dari bagian belakang, tak asing nampaknya.
“Ckck kamu ke mana aja” ujarku agak sebal, namun Aku juga tak dapat menyembunyikan rasa gembira ini, akhirnya Aku dapat bertemu dirinya.
Dirinya? Siapakah gerangan?
Sabtu, 9 November 2013
Hari ini adalah hari kedua Pesta Sains Nasional yang diselenggarakan FMIPA IPB, aku bersama beberapa rekanku tidak lolos ke babak selanjutnya, Aku sih tak mempermasalahkannya, karena Aku mengikuti ajang ini hanya sebagai “lahan” untuk menggali lebih dalam berbagai pengalaman yang bisa didapat di masa SMA.
Bersama Alif, Yosua dan Adit kami menikmati acara yang dihadiri ribuan orang ini, sama seperti diriku, mereka pun tak lolos, tapi ku bisa merasakan tampaknya mereka juga tak begitu mempermasalahkannya.
Sambil menunggu para pemenang menerima hadiah yang sore nanti akan diberikan, kami, ribuan orang yang memenuhi Graha Widya Wisuda atau yang biasa dipanggil GWW, dihibur dengan acara yang menarik, malah menurutku gokil haha. Kami diminta untuk bergoyang Caesar, ya, ribuan orang, tapi itu bagi yang mau sih haha. Lalu, beberapa panitia mengambil beberapa orang yang dinilai cukup gokil untuk diminta maju ke panggung, singkat cerita mereka diminta mempraktikannya segokil-gokilnya, Aku tak bisa berhenti tertawa melihatnya, oh panitia, idemu begitu cemerlang tuk mengguncang perut kami.
Dalam kecerian itu, waktu tetaplah egois, ia tak bisa dihentikan, perlahan tapi pasti acara pun akan berakhir, ketika acara mulai mendekati akhirnya, maskot PSN pun berkeliling, Rupes namanya, sebuah akronim yang cukup menarik, Rusa Pesta Sains, ia berfoto dengan siapapun yang ingin berfoto dengannya *yaiyalah*.
“Eh lif, kita foto bareng yuk, jarang-jarang tuh” ajakku kepada rekan di sebelahku.
“Ah enggak ah, males” jawabnya ketus, namun tak membuatku patah semangat tuk mengajaknya kembali.
“Yah, kapan lagi bisa foto, jarang-jarang anak SMA kita bisa foto” pintaku lagi berharap ia mengiyakan ajakanku yang kedua.
“Yaelah, kalo lo mau foto ya foto aja, nanti gue fotoin” jawabnya yang mebuatku cukup kecewa.
“Ya bareng-bareng lah, bareng Yosua sama Adit” balasku.
“Ya udah lo ajak tuh mereka” ucap ia singkat.
“Yos, kita foto yuk ke depan?” ajakku ke Yosua.
“Hah? Ke depan? Males ah dik” balas ia sambil mengamati Rupes yang diperebutkan orang-orang.
“Dit, foto yuk” pintaku lagi ke rekan terakhir yang satu-satunya kuharapkan jawaban iya darinya.
“Yang lain mau ikut nggak?” tanya ia balik.
“Pada nggak mau nih” balasku singkat.
“Ya udah lo aja” jawabnya lebih singkat.
Yaps, sesuai ekspektasi, Aku pasti nggak bisa berfoto dengan Rupes, bisa sih sendiri, tapi kan malu. Akhirnya, Aku mengubur harapanku tuk berfoto, berbeda dengan para perempuan di bagian depan, mereka begitu bersemangat dan antusias ingin berfoto dengannya, dan itulah momen pertamaku melihatnya, sesosok gadis dengan jilbab putih.
Hari ini 19 Mei 2021, tepat jatuh pada hari Rabu, sebuah hari yang mungkin akan Aku ingat selamanya sebagai momen pertemuan pertemuanku dengan ******.
-Bersambung-
Selasa, 12 April 2016
Cerpen Karangan: Didik Setiawan
Facebook: facebook.com/didik.setiawan.id
Khayalan 1 (Ini Baru Permulaan)
4/
5
Oleh
Unknown