Berubah

Baca Juga :
    Judul Cerpen Berubah

    Pagi yang cerah seorang gadis cantik yang bernama Sinta bergegas menuju sekolahnya. Dia dengan gembira berangkat ke sekolah bersama tiga sahabatnya Ina dan Rara. Sinta merupakan gadis cantik yang memiliki sifat yang cerewet tapi, dia orangnya baik hati, sehingga banyak orang yang senang dengannya. Sinta juga salah satu pengurus osis di sekolahnya dia juga siswa yang berprestasi di kelas.

    Siang itu di kantin sekolah Sinta dengan dua sahabatnya sedang duduk duduk menikmati minuman. “Sin ntar siang gue ke rumah loe yah, soalnya gue mau diajarin soal yang tadi” kata rara “gue ikut ra’ gue juga nggak ngerti” sambung ina. “iya kalian datang aja kita kerjainnya bareng bareng makanya kalau guru ngejelasin yah diperhatikan. hehehe” balas Sinta sambil ngeledek “ihh Sinta kamu jahat abisnya Rara sih yang ngajakin aku ngobrol mulu” balas Ina “apaan gue Ina tau yang kerjanya cuman cerita tentang itu tuh punya gebetan baru, upss” ledek Rara akhirnya mereka berkejaran ke kelas karena saling ngeledek.

    Siang harinya setelah pulang sekolah Rara dan Ina berangkat kerumah Sinta, dalam perjalanan dia bertemu dengan salah seorang cowok yang sekelas dengannya dia adalah Eza. Eza itu teman sebangku Sinta tapi mereka berdua sering bertengkar. Yah gitulah cinta monyet hehhe. kita lanjut dengan ceritanya, Rara dan Ina mengajak Eza ke rumah sinta “za’ loe mau ikut nggak?” kata Rara “emangnya kalian mau kemana” balas Eza “ke rumah Sinta” singakat Ina “malas banget ketemu sama cewek songong itu” kata Eza “tapi, gue sering liat kamu sedang merhatiin Sinta” ledek Rara “sembarangan aja loe ya sudah gue ikut kalian” kata Eza.

    “Assalamualaikum Sinta.. Sinta!” serentak mereka bertiga
    “waalaikum salam ehh Rara Ina ayo masuk nak tunggu ibu panggilin Sinta yah!” kata ibu Sinta
    Ibu Sinta menuju ke kamar Sinta “sin di luar ada rara dan ina tuh jug teman cowok kamu” kata ibu “siapa yah bu perasaan aku nggak janjian sama teman cowok” kata Sinta “Ibu mana tau ibu juga baru liat tuh kamu keluar aja” balas Ibu sambil menuju ke dapur

    Sinta ke luar dan kaget ketika melihat cowok yang datang itu musuhnya. “ngapain cowok tengil ini ada disini” Sinta sambil keluarin muka jelek.
    “gue juga malas kali ketemu loe cuman gue diajakin Rara dan Ina belajar bareng jadi gue terima” kata Eza
    “iya nih Sinta nggak asik banget” kata Rara “iya nih sekali kali baikan dong” sambung Ina. “ya sudah kita langsung belajar aja yah, maafin gue Za’ abisnya loe sih songong banget di kelas” kata Sinta “loe aja tuh yang songong” balas Eza sambil ngebela diri. “udah udah nggak usah bertengkar kita kan mau belajar bukan nontonin kamu yang lagi bertengkar” kata Ina “ya sudah kita mulai saja” kata Sinta

    Tidak membutuhkan waktu lama Sinta dan Eza mulai akrab tapi, masih sering bertengkar gitu. Seiring berjalannya waktu mereka sering belajar bareng dan makan bareng. Akibat itu waktu Sinta dihabiskan untuk jalan bareng Eza, yang dulunya bareng 2 sahabatnya itu sekarang sudah mulai mencuekin dua sahabatnya. “liat tuh Sinta, dia berubah banget yah semenjak dekat dengan Eza” kata Ina Rara yang sedang tidak sehat hanya menjawab “iya nggak tau dia sangat berubah”

    Karena kedua sahabatnya itu kecewa dengan Sinta akhirnya mereka memutuskan menjauh dengan Sinta. Akan tetapi Sinta semacam acuh tak acuh dengan sahabatnya bahkan Rara yang masuk rumah sakit dia tidak pernah menjenguknya. Bahkan Sinta yang dulunya berprestasi namun akibat terkena pergaulan bukan hanya sahabatnya yang ia acuhkan tapi, dia juga lupa belajar sehingga membuat nilainya menjadi merosot. Bahkan Sinta tidak tau kalau Rara yang merupakan sahabatnya sekarang sangat membutuhkan suport dari sahabatnya. “Sin loe kenapa berubah? Apa loe tau Rara sekarang sakit, dia butuh suport dari kita” kata Ina. Sinta hanya diam dan mengajak Eza pergi bersamanya. Ina hanya menangis dan berkata “Sinta kamu berubah, aku benci kamu”

    Rara sudah mulai bisa berangkat ke sekolah dan minggu depan mereka ulangan akan tetapi Sinta masih sibuk dengan Eza. “Sin ntar pulang sekolah kita jalan yuk” ajak Eza “tapi Za’ minggu depan kita ulangan aku mau belajar waktuku untuk belajar nggak ada abis nemenin kamu terus jalan sih” kata Sinta “jadi kamu salahin aku? Ya sudah kalu nggak mau nggak usah salahin aku!” balas Eza “aku nggak salahin kamu kok tapi ya sudah aku izin sama ibu dulu yah ntar aku kabarin” bujuk Sinta

    Sinta diantar Eza pulang ke rumahnya. Sinta langsung ke kamar untuk ganti baju terus makan bersama dengan keluarganya. “Sinta akhir akhir ini ayah nggak pernah lihat Rara dan Ina datang ke rumah” kata ayah “iya Sin dengar dengar Rara sedang sakit kamu nggak pernah jenguk dia?” sambung ibu. Sinta hanya terdiam terus makan dan memulai percakapan lagi “bu ntar siang aku mau keluar bareng teman aku” kata Sinta “Siapa Sin? Cowok?” kata ayahnya. “iya yah dia yang antarin aku pulang tadi” balas Sinta “nggak lama lagi kan kamu ulangan, kamu emangnya nggak belajar?” kata ibu “nggak bu sebentar aja kok” kata Sinta “ya sudah ayah izinin kamu tapi, ayah tidak mau lihat nilai kamu turun ya!” kata ayah

    Sinta langsung bersiap siap dan mengabari Eza. “Za loe jadi ke luar?” kata Sinta “iya gue jemput kamu yah?” kata Eza “iya buruan” kata Sinta sambil menutup telepon. Singkat cerita Eza langsung menjemput Sinta.
    “bu aku berangkat yah” Sinta pamit
    “iya kamu jangan lama lama yah” kata ibu

    Sinta dan Eza akhirnya berangkat. Setelah lama jalan yang ngakada tujuan jelas akhirnya Sinta mengajak Eza pulang. “Za pulang yuk aku capek jalan terus” kata Sinta “ya sudah kita pulang” singkat Eza

    Senin nanti Sinta ujian tapi, dia belum mempersiapkan bahannya untuk menjawab soal nanti. Tiba saatnya ujian Sinta hanya memiliki sedikit waktu untuk belajar karena waktunya untuk belajar dihabiskan jalan bersama Eza. Sinta mulai sadar kalau perbuatannya ini tidak benar. Sinta mulai menjauh dengan Eza.

    Setelah seminggu ujian berlangsung. Tiba saatnya dimana peneriman hasil ujian. Akibat dari kurangnya Sinta belajar nilai yang dulunya sangat baik tapi, sekarang malah sangat turun. Sinta hanya bisa nangis dan takut pulang ke rumah karena ia takut ayahnya nannti kecewa dengannya. Ina dan Rara menghampiri Sinta yang sedang menangis “Sinta kok kamu nangis, kenapa?” kata Rara “aku tau kalian ngeledek aku kan karena nilai aku rendah kalian pergi saja dari sini” bentak Sinta “Sin kita nggak sejahat itu kali” kata Ina “iyaa kita baikan yah” kata Rara “iyaa kami antarin kamu pulang yah” kata Ina “aku takut ayah aku marah pas liat nilai aku hancur” kata Sinta “kamu jelasin yang sebenarnya aja” kata Rara “ya sudah” singkat Sinta.

    Mereka berangkat ke rumah Sinta. “Assalamualaikum” serentak mereka
    “waalaikum salam” jawab Ibu Sinta “loh Sinta kamu abis nangis mata kamu merah” sambung ayah sinta. “ayah jangan marah ya” kata Sinta “kenapa ayah harus marah? Salah kamu apa?” balas ayah Sinta “nilai aku turun ayah” kata Sinta “itu kan, ibu sudah duga nilai kamu turun abis kamu jarang belajar” sambung ibu “maafin aku bu” kata Sinta “iya iya nggak apa apa sayang, tapi kamu janji sama ayah dan ibu kamu harus bisa meningkatkan nilai kamu lagi” kata ayah. “iya ayah Sinta janji” kata Sinta

    Sinta, Ina, dan Rara menuju ke kamar Sinta. “Ra’ Ina maafin gue yah!” kata Sinta “iya sin kami udah maafin kamu ya kan Ra” kata Ina “iyaa sin” sambung rara.

    Sinta yang dulu dekat dengan Eza, sekarang tidak lagi akrab dan tidak pernah saling sapa lagi. Waktu Sinta sekarang digunakan untuk belajar dan jalan bareng Ina dan Rara.

    selesai

    Cerpen Karangan: Arma Sari
    Facebook: Arma Sari

    Artikel Terkait

    Berubah
    4/ 5
    Oleh

    Berlangganan

    Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email