Judul Cerpen This Love
Namaku Amanda Manopo. aku sudah terbiasa hidup tanpa cinta karena dia yang membuatku tak bisa lupa atas peristiwa itu. aku saat ini sedang membersihkan kamarku yang sudah berantakan dan penuh debu di beberapa bagiannya. sebuah amplop terjatuh tak sengaja saat aku membersihkan bagian meja di kamarku. surat ini.. surat berisikan puisi indah tanpa judul yang sempat membuatku menangis semalaman. untuk melepas puing puing rindu di hatiku, aku membaca kembali surat itu. terasa air mataku ingin kembali tuk jatuh, mengingat kejadian 1 tahun yang lalu. akan kuceritakan itu semua pada kalian.
1 tahun yang lalu
aku duduk termenung di ayunan depan rumahku, memikirkan hal yang terjadi padaku akhir akhir ini. jika aku memikirkannya lebih dalam, mungkin aku akan menangis. seorang pria yang wajahnya sempat menghilang itu sekarang berdiri di depanku dengan ekspresi merasa tak bersalah.
“amanda, bagaimana kabarmu?” tanyanya. aku seakan ingin menatapnya dengan penuh kebencian, namun terasa berat.
“seharusnya aku yang bertanya. bagaimana kabarmu?” aku mengatakannya dengan susah payah. aku yang sudah tak bertemu dengan kekasihku sendiri selama 3 bulan lamanya dan dia tak memberiku kabar sama sekali lalu dengan beraninya dia mendatangiku seperti ini.
“aku merasa lebih baik sekarang saat melihatmu” dia tetap sama dari dulu hingga sekarang. masih tetap manis dan romantis. namun yang berbeda, wajahnya sekarang terlihat sedikit pucat.
“Angga, apa kau bodoh?! aku di sini mengkhawatirkan keadaanmu dan kau malah berbicara seperti itu. kemana saja kau selama ini? kenapa tak memberi kabar?!!” aku memberontak mengeluarkan semua isi kepalaku terhadapnya. aku terkapar di tanah sambil menangis melihat dia yang terus saja seperti itu. dia angga, kekasihku.
“hei, aku minta maaf. sangat sangat meminta maafmu. untuk mengganti semua kesalahanku, seharian ini aku mau menghabiskan waktuku bersamamu” angga ikut terduduk mengusap air mataku. kemudian dia membantuku berdiri dan menghiburku agar tidak lagi menangis.
“amanda, mau seberapa lama aku meninggalkanmu, aku tetap mencintaimu. selalu mencintaimu” ujar angga sangat tulus. sedetik kemudian aku merasakan sesuatu yang kenyal dan basah menyentuh bibirku dengan lembut.
“terimakasih”
Sesuai janji yang ia ucapkan, kami akan menghabiskan waktu bersama seharian penuh ini. aku dan angga bermain di sebuah mall besar. kami mencoba satu demi satu permainan dengan canda tawa yang sangat kurindukan selama beberapa bulan ini. kami masuk ke dalam photo box lalu mencetak foto. semua kerinduan yang tertanam sudah terbayarkan olehnya.
“makasih ya ngga” ucapku saat kami sedang berada di sebuah tempat makan dalam mall.
“aku yang berterimakasih. dan sekali lagi aku minta maaf” balasnya. kami berdua sama sama tersenyum kemudian melanjutkan untuk makan.
“mau kemana lagi kita?” tanya angga mengajakku
“terserah kamu. yang penting, selama aku menjalaninya bersamamu aku akan selalu senang”
“baiklah. kalau begitu ayo kita pergi sekarang” angga langsung menggandeng mesra tanganku.
Aku hanya menurut saja karena pasti tempat yang ditunjukkan angga adalah tempat yang sangat indah dan special. angga sudah menjalankan mobilnya selama 1 jam perjalanan namun tempat yang dituju belum juga muncul. tak lama kemudian, mobil angga masuk ke dalam jalanan yang berpasir. aku belum kepikiran akan pergi kemana. angga memberhentikan mobilnya dan aku turun.
“pantai?” Tanyaku sambil terus memperhatikan lukisan tuhan yang tercipta sangat sempurna.
“iya. aku akan mengajakmu untuk melihat sunset” angga berjalan lebih dulu menuju ke tepian pantai. aku mengekorinya dari belakang. hembusan angin yang tenang menerpa kulitku dan menerbangkan beberapa helai rambutku. aku terus memandangi keindahan yang terpampang nyata di depanku. dua keindahan yang tuhan ciptakan. pantai dan angga.
“mau naik ke sana? di sana kita bisa melihat sunset jauh lebih indah” angga menunjuk sebuah batu beras di pinggir pantai.
“memangnya bisa ya?” tanyaku
“bisa. mari kubantu” pertama angga naik terlebih dulu di atas sana kemudian ia mengait tanganku agar aku bisa berpegangan padanya untuk naik.
“matahari terbenam sebentar lagi” ujar angga. kami berdua duduk di atas batu itu. aku mengagumi wajah angga dari samping yang terpancar samar samar sinar matahari sore hari yang berwarna orange.
“aku sayang kamu. terimakasih” aku menyandarkan kepalaku di bahu angga. pria itu, selalu saja membuatku nyaman. angga menggenggam tanganku seolah tak ingin aku lepas. sunset yang ditunggu tunggu pun telah tiba. matahari perlahan terbenam hilang di makan air laut. keadaan saat itu sangat hening. kami sama sama menikmati keindahan tuhan di depan sana untuk beberapa detik.
“sangat indah. seperti engkau yang selalu menyinari hidupku”
Aku merebahkan badanku di kasur empuk milikku. hari ini sangat tak terduga. tak menyangka bahwa angga benar benar menghabiskan waktunya hanya untuk bersamaku. hanya untuk membuatku bahagia. sebelum tidur, aku mengucapkan selamat malam terlebih dulu kepada angga lewat pesan. aku berharap sepanjangku tertidur nanti aku bermimpi angga, tolong jangan bangunkan aku lebih dulu.
Pagi harinya aku kembali mengecek pesan dan tidak ada balasan untuk pesan yang semalam. aku kembali menulis pesan untuk angga.
‘selamat pagi’ tulisku dalam pesan tersebut. hanya terkirim namun tidak dibalas. aku berpikir positif saja mungkin dia tidak punya pulsa. dan hari hariku berikutnya pun kembali sepi. angga tak memberiku kabar lagi dan mulai menghilang bagai ditelan bumi. aku mulai khawatir, terlebih lagi wajahnya saat itu terlihat pucat. aku segera bersiap dan akan menuju ke rumahnya.
Di rumah angga tampak sepi. aku mengetuk pintu berkali kali hingga seorang wanita paruh baya membukanya.
“Amanda?” ujar wanita tersebut. dia adalah mama angga
“iya tante. boleh saya bertemu dengan angga?” aku berucap sopan kepadanya.
“mari masuk dulu nak” mama angga menggandengku pelan untuk masuk ke dalam rumahnya. aku duduk di kursi ruang tamu.
“sudah beberapa kali tante bilang ke angga, tapi dia tetap saja membantah. dia bilang dia tidak mau membuat kamu kecewa dan tambah sedih” ujar mama angga mengawali pembicaraan.
“di hidupnya, dia sangat terpukul dan tidak sekuat kelihatannya” aku mulai panik dan mataku berkaca kaca
“tante, angga kemana?” tanyaku dengan air mata yang sudah meluncur.
“angga sudah meninggal 5 hari yang lalu nak. dia terkena Kanker Otak Stadium Akhir” kulihat mama angga ikut menangis. isakan tangisku kucoba untuk kutahan. air mataku terus menangis sedari tadi tanpa malu terhadap mama angga.
“kamu salah satu wanita yang sudah membuatnya bertahan cukup lama dalam dunia ini. tapi sepertinya dia sudah lelah dan ingin beristirahat sangat panjang di alam sana” suara tangisku semakin menjadi. aku tak bisa lagi menahan isakan tangisku. setelah mendengar itu duniaku seakan hancur.
“angga menitipkan ini kepada tante sebelum dia pergi dan ini untuk kamu nak amanda” mama angga mengeluarkan sebuah amplop berwarna biru dari sakunya kemudian memeberikannya padaku.
“tante selalu membawa ini kemana mana berharap bisa bertemu kamu. dan inilah saatnya” aku memandangi amplop itu seolah ada jiwa angga di dalam sana, padahal tidak.
Aku duduk di kursi meja di kamarku setelah pulang dari rumah angga. aku membuka amplop biru itu, sepucuk surat yang kudapat. kubuka surat yang dan kubaca dalam hati dengan perlahan.
Jika waktu kembali
Akankah kenangan akan terhapus?
Kata-kata yang tidak bisa diungkapkan
Apakah kamu tahu kata-kataku itu?
Aku membuatmu merasa lelah
Membuatmu hidup dalam air mata
Hatiku merasa menyesal seperti ini
Tapi aku sudah mengatakan padamu
Aku tidak bisa hidup tanpamu
Bagiku, hanyalah dirimu
Waktu berlalu jika diisi hanya bersamamu
Aku mencintaimu, terima kasih banyak
Tolong peluk aku dengan hangat
Jadi aku bisa hidup dalam cinta ini
Cinta itu seperti ini, kan? Tidak peduli apa yang kamu katakan
Aku merasa itu tidak bisa memenuhi hatiku
Aku akan pergi dari hidupku yang menyiksa batinmu itu
Berbahagialah
Surat yang berisikan puisi indah tak berjudul itu kembali membuatku menangis.
TAMAT
Cerpen Karangan: Fadhila Indah
Facebook: Fadhila Indah
Instagram: @fadhilanis
Namaku Amanda Manopo. aku sudah terbiasa hidup tanpa cinta karena dia yang membuatku tak bisa lupa atas peristiwa itu. aku saat ini sedang membersihkan kamarku yang sudah berantakan dan penuh debu di beberapa bagiannya. sebuah amplop terjatuh tak sengaja saat aku membersihkan bagian meja di kamarku. surat ini.. surat berisikan puisi indah tanpa judul yang sempat membuatku menangis semalaman. untuk melepas puing puing rindu di hatiku, aku membaca kembali surat itu. terasa air mataku ingin kembali tuk jatuh, mengingat kejadian 1 tahun yang lalu. akan kuceritakan itu semua pada kalian.
1 tahun yang lalu
aku duduk termenung di ayunan depan rumahku, memikirkan hal yang terjadi padaku akhir akhir ini. jika aku memikirkannya lebih dalam, mungkin aku akan menangis. seorang pria yang wajahnya sempat menghilang itu sekarang berdiri di depanku dengan ekspresi merasa tak bersalah.
“amanda, bagaimana kabarmu?” tanyanya. aku seakan ingin menatapnya dengan penuh kebencian, namun terasa berat.
“seharusnya aku yang bertanya. bagaimana kabarmu?” aku mengatakannya dengan susah payah. aku yang sudah tak bertemu dengan kekasihku sendiri selama 3 bulan lamanya dan dia tak memberiku kabar sama sekali lalu dengan beraninya dia mendatangiku seperti ini.
“aku merasa lebih baik sekarang saat melihatmu” dia tetap sama dari dulu hingga sekarang. masih tetap manis dan romantis. namun yang berbeda, wajahnya sekarang terlihat sedikit pucat.
“Angga, apa kau bodoh?! aku di sini mengkhawatirkan keadaanmu dan kau malah berbicara seperti itu. kemana saja kau selama ini? kenapa tak memberi kabar?!!” aku memberontak mengeluarkan semua isi kepalaku terhadapnya. aku terkapar di tanah sambil menangis melihat dia yang terus saja seperti itu. dia angga, kekasihku.
“hei, aku minta maaf. sangat sangat meminta maafmu. untuk mengganti semua kesalahanku, seharian ini aku mau menghabiskan waktuku bersamamu” angga ikut terduduk mengusap air mataku. kemudian dia membantuku berdiri dan menghiburku agar tidak lagi menangis.
“amanda, mau seberapa lama aku meninggalkanmu, aku tetap mencintaimu. selalu mencintaimu” ujar angga sangat tulus. sedetik kemudian aku merasakan sesuatu yang kenyal dan basah menyentuh bibirku dengan lembut.
“terimakasih”
Sesuai janji yang ia ucapkan, kami akan menghabiskan waktu bersama seharian penuh ini. aku dan angga bermain di sebuah mall besar. kami mencoba satu demi satu permainan dengan canda tawa yang sangat kurindukan selama beberapa bulan ini. kami masuk ke dalam photo box lalu mencetak foto. semua kerinduan yang tertanam sudah terbayarkan olehnya.
“makasih ya ngga” ucapku saat kami sedang berada di sebuah tempat makan dalam mall.
“aku yang berterimakasih. dan sekali lagi aku minta maaf” balasnya. kami berdua sama sama tersenyum kemudian melanjutkan untuk makan.
“mau kemana lagi kita?” tanya angga mengajakku
“terserah kamu. yang penting, selama aku menjalaninya bersamamu aku akan selalu senang”
“baiklah. kalau begitu ayo kita pergi sekarang” angga langsung menggandeng mesra tanganku.
Aku hanya menurut saja karena pasti tempat yang ditunjukkan angga adalah tempat yang sangat indah dan special. angga sudah menjalankan mobilnya selama 1 jam perjalanan namun tempat yang dituju belum juga muncul. tak lama kemudian, mobil angga masuk ke dalam jalanan yang berpasir. aku belum kepikiran akan pergi kemana. angga memberhentikan mobilnya dan aku turun.
“pantai?” Tanyaku sambil terus memperhatikan lukisan tuhan yang tercipta sangat sempurna.
“iya. aku akan mengajakmu untuk melihat sunset” angga berjalan lebih dulu menuju ke tepian pantai. aku mengekorinya dari belakang. hembusan angin yang tenang menerpa kulitku dan menerbangkan beberapa helai rambutku. aku terus memandangi keindahan yang terpampang nyata di depanku. dua keindahan yang tuhan ciptakan. pantai dan angga.
“mau naik ke sana? di sana kita bisa melihat sunset jauh lebih indah” angga menunjuk sebuah batu beras di pinggir pantai.
“memangnya bisa ya?” tanyaku
“bisa. mari kubantu” pertama angga naik terlebih dulu di atas sana kemudian ia mengait tanganku agar aku bisa berpegangan padanya untuk naik.
“matahari terbenam sebentar lagi” ujar angga. kami berdua duduk di atas batu itu. aku mengagumi wajah angga dari samping yang terpancar samar samar sinar matahari sore hari yang berwarna orange.
“aku sayang kamu. terimakasih” aku menyandarkan kepalaku di bahu angga. pria itu, selalu saja membuatku nyaman. angga menggenggam tanganku seolah tak ingin aku lepas. sunset yang ditunggu tunggu pun telah tiba. matahari perlahan terbenam hilang di makan air laut. keadaan saat itu sangat hening. kami sama sama menikmati keindahan tuhan di depan sana untuk beberapa detik.
“sangat indah. seperti engkau yang selalu menyinari hidupku”
Aku merebahkan badanku di kasur empuk milikku. hari ini sangat tak terduga. tak menyangka bahwa angga benar benar menghabiskan waktunya hanya untuk bersamaku. hanya untuk membuatku bahagia. sebelum tidur, aku mengucapkan selamat malam terlebih dulu kepada angga lewat pesan. aku berharap sepanjangku tertidur nanti aku bermimpi angga, tolong jangan bangunkan aku lebih dulu.
Pagi harinya aku kembali mengecek pesan dan tidak ada balasan untuk pesan yang semalam. aku kembali menulis pesan untuk angga.
‘selamat pagi’ tulisku dalam pesan tersebut. hanya terkirim namun tidak dibalas. aku berpikir positif saja mungkin dia tidak punya pulsa. dan hari hariku berikutnya pun kembali sepi. angga tak memberiku kabar lagi dan mulai menghilang bagai ditelan bumi. aku mulai khawatir, terlebih lagi wajahnya saat itu terlihat pucat. aku segera bersiap dan akan menuju ke rumahnya.
Di rumah angga tampak sepi. aku mengetuk pintu berkali kali hingga seorang wanita paruh baya membukanya.
“Amanda?” ujar wanita tersebut. dia adalah mama angga
“iya tante. boleh saya bertemu dengan angga?” aku berucap sopan kepadanya.
“mari masuk dulu nak” mama angga menggandengku pelan untuk masuk ke dalam rumahnya. aku duduk di kursi ruang tamu.
“sudah beberapa kali tante bilang ke angga, tapi dia tetap saja membantah. dia bilang dia tidak mau membuat kamu kecewa dan tambah sedih” ujar mama angga mengawali pembicaraan.
“di hidupnya, dia sangat terpukul dan tidak sekuat kelihatannya” aku mulai panik dan mataku berkaca kaca
“tante, angga kemana?” tanyaku dengan air mata yang sudah meluncur.
“angga sudah meninggal 5 hari yang lalu nak. dia terkena Kanker Otak Stadium Akhir” kulihat mama angga ikut menangis. isakan tangisku kucoba untuk kutahan. air mataku terus menangis sedari tadi tanpa malu terhadap mama angga.
“kamu salah satu wanita yang sudah membuatnya bertahan cukup lama dalam dunia ini. tapi sepertinya dia sudah lelah dan ingin beristirahat sangat panjang di alam sana” suara tangisku semakin menjadi. aku tak bisa lagi menahan isakan tangisku. setelah mendengar itu duniaku seakan hancur.
“angga menitipkan ini kepada tante sebelum dia pergi dan ini untuk kamu nak amanda” mama angga mengeluarkan sebuah amplop berwarna biru dari sakunya kemudian memeberikannya padaku.
“tante selalu membawa ini kemana mana berharap bisa bertemu kamu. dan inilah saatnya” aku memandangi amplop itu seolah ada jiwa angga di dalam sana, padahal tidak.
Aku duduk di kursi meja di kamarku setelah pulang dari rumah angga. aku membuka amplop biru itu, sepucuk surat yang kudapat. kubuka surat yang dan kubaca dalam hati dengan perlahan.
Jika waktu kembali
Akankah kenangan akan terhapus?
Kata-kata yang tidak bisa diungkapkan
Apakah kamu tahu kata-kataku itu?
Aku membuatmu merasa lelah
Membuatmu hidup dalam air mata
Hatiku merasa menyesal seperti ini
Tapi aku sudah mengatakan padamu
Aku tidak bisa hidup tanpamu
Bagiku, hanyalah dirimu
Waktu berlalu jika diisi hanya bersamamu
Aku mencintaimu, terima kasih banyak
Tolong peluk aku dengan hangat
Jadi aku bisa hidup dalam cinta ini
Cinta itu seperti ini, kan? Tidak peduli apa yang kamu katakan
Aku merasa itu tidak bisa memenuhi hatiku
Aku akan pergi dari hidupku yang menyiksa batinmu itu
Berbahagialah
Surat yang berisikan puisi indah tak berjudul itu kembali membuatku menangis.
TAMAT
Cerpen Karangan: Fadhila Indah
Facebook: Fadhila Indah
Instagram: @fadhilanis
This Love
4/
5
Oleh
Unknown