Black Bright (Part 1)

Baca Juga :
    Judul Cerpen Black Bright (Part 1)

    Langit semakin cerah tapi, tak sesuai dengan apa yang dikatakan Deana, Seorang gadis SMA yang selalu bermain dengan kucing kesayangannya. Saat di jalan menuju pulang ia selalu berkata “Semua gelap dan tidak ada yang cerah. Semua hitam bermusuhan dengan putih. Huh aku tidak menyukai semua kecerahan, kontras, eksposur yang ada di dunia”

    Sesampainya di rumah, ia membuka pintu tanpa mengucapkan salam. Karena di rumahnya sering tidak ada orang selain dirinya. Ia hanya masuk dan terus melamunkan akan keindahan dari kegelapan. Kucingnya langsung datang ke arahnya. Tapi, untuk kali ini Dea menepis pelukan Daisy, kucing kesayangannya itu. Lalu, dia duduk di sofa dan termenung dengan penampilan yang sangat acak acakkan.

    “Meow.. Meow..” Suara Daisy sambil menarik narik baju Dea
    “Daisy! Aku tidak suka cahaya aku benci cerah kenapa aku hanya menyukai hitam dan kegelapan?!” Guman Dea dengan raut wajah benar benar marah

    Seketika, ponsel Dea berbunyi.
    “Papa Called” tertera dalam layar ponselnya tersebut.
    Dea hanya merenungi ponsel itu tanpa menyentuhnya. Ia menatap dengan sangat tajam. Namun, akhirnya ia tersadar dengan apa yang ia lakukan setelah beberapa detik ia langsung mengangkat ponselnya tersebut
    “Halo, Papa?”
    “Dea, Papa akan pergi ke luar kota sama mama untuk beberapa hari. Kamu baik baik ya disana. Ingat semua yang harus kamu lakukan dari pagi hingga malam hingga pagi lagi. Doa’kan kami semoga kami lancar di perjalanan ya Dea sayang”
    “Kenapa secepat ini pa? Dea kan takut sendirian. Kenapa mama harus ikut? Kenapa pa?”
    “Hanya untuk sementara nanti kami akan kembali lagi sayang”
    “Baiklah pa, kalo begitu.”
    “Jaga diri baik baik ya sayang kamu kan sudah besar ya daah”
    Segera saja telepon itu ditutup oleh papa Dea. Dea semakin malas untuk bangkit dari Sofa, mengganti baju, dan melakukan hal lain.

    Akhirnya ia merasa frustasi karena setelah dua jam ia hanya melamun. Tiba-tiba ada Ketukan pintu langsung saja ia tersadar dan membukanya. Saat membuka, ia sangat terhenyak kaget. Rasanya ingin menjerembabkan diri pada sumur setelah melihat Rei di depan pintunya.
    “Eh Rei? Kenapa kesini Hehe maaf ya aku sedang capek jadi, aku belum merapikan diriku”
    “Lah, kamu pikir aku peduli hal itu? Aku hanya diamanati untuk menjagamu beberapa hari. Jadi lakukan apa yang biasanya kamu lakukan ketika disini ada orangtuamu.”
    “Kalau begitu sebaiknya menjauhlah! Kalau kau peduli hanya karena diamanati. Karena ini sama saja seperti seseorang yang dipekerjakan rodi. Sana!” Bentak Dea sambil menyingkirkan bahu Rei di hadapannya.
    “Baiklah aku hanya akan memonitoringmu dari sini sambil menghafal jadi, kau juga jangan menggangguku!” Bentak Rei Sambil membawa semua peralatannya pada sofa.
    Kemudian Daisy sepertinya ingin mencakar wajah Rei. Namun, Dea mencegahnya dan membawa Daisy ke kamarnya.

    Rei adalah teman kecil Dea yang semasa kecil mereka selalu bersama. Namun, Kedua orangtua Rei Sudah tiada. Tinggalah orangtua Dea yang berbaik hati mau mengurusnya. Mereka Bersahabat sangat baik sampai suatu hari Dea pernah merasakan bahwa Rei tidak pantas untuk menjadi sahabatnya. Ia selalu mencela Rei ketika di sekolah. Namun, ketika berada di sekitar lingkungannya dia baik sekali pada Rei. Namun, Rei tidak pernah menggubris apa yang dilakukan Dea padanya ia hanya membalas dengan sikap yang sangat dingin pada Dea. Kecerdasan Emosional Rei sangat baik namun tidak pada intelektual sedangkan Kecerdasan Intelektual Dea sangat baik namun tidak pada emosionalnya. Jadi sebenarnya mereka saling membutuhkan.

    Dea menjatuhkan buku diarynya secara tidak sengaja, karena buku diarynya itu tebal ketika terjatuh dari rak buku pasti suaranya sangat kencang. Rei sangat khawatir dan dia segera saja berlari ke kamar Dea. Dea yang mengetahui suara langkah Rei langsung saja berakting pingsan. Daisy hanya bersuara meow dengan volume yang kecil.
    “Dea…? Tolong jawablah aku ini pasti hanya sementara kan? Kamu tidak apa apa? Haduh aku tidak ingin orangtuamu cemas. Tapi aku tidak tahu oh iya aku telepon saja rumah sakit.”
    Kemudian sambil memegang kepala Dea, tangan kirinya mengambil ponsel yang ada di saku celananya. Segera saja ia menulis nomor darurat itu namun ketika dia akan menekan tombol call, segera saja Dea Menjatuhkan HP Rei, Dea langsung menjauh dari Rei. Rei yang sebenarnya kesal saat menyadari HPnya jatuh dan Dea hanya berpura-pura, ia segera ke luar kamar tanpa menatap Dea lagi.

    “Dia pikir dia itu putri kerajaan yang kemana mana harus dikawal lalu, ketika bersalah aku harus merubah kenyataan dia bahwa dia benar itu. Bahkan putri sekalipun ketika melakukan kesalahan harus dihukum” Pikir Rei sambil mengepal tangannya dan menatap tajam ruangan itu.

    “Haduh, Apa yang aku lakukan? Aku kan tidak pintar berakting. Dan bodohnya untuk apa juga aku melakukan hal tidak berguna itu. Pasti Rei akan berpikir macam macam padaku. Dia akan menceritakan pada papa dan mama? Lalu, mereka marah dan mereka akan lebih menyayangi Rei daripada aku?” Guman Dea dengan keringat dingin dan perasaan cemas.

    Rei yang sedang berada dalam ruang tamu itu mengacuhkan lagi tentang Dea. Berbeda dengan Dea yang di kamarnya sangat cemas dengan banyak pikiran negatifnya. Karena merasa lusuh Dea mengganti pakainnya dengan kaos hitam berlengan panjang dan celana denim. Kemudian, karena ia merasa terganggu dengan pikiran itu dia membawa handphone, dan alat alat seperti tali, karung, dan barang barang lain tak lupa dia membawa perlengkapan untuk daisy dan dirinya. Setelah itu, dia menyimpan tas itu di luar jendelanya. Daisy pun menurut untuk diam di luar dan menjaga tas itu.

    Rei yang sedang membaca buku dan mendengarkan headphone tak tahu jika Dea ke luar melewati belakang dirinya yang dimana posisi Rei membelakangi pintu. Namun, Rei tak dapat dibodohi begitu saja di depannya terdapat lemari kaca besar tempat menyimpan pernak pernik dan kebetulan Rei melihat ke arah kaca lemari dan dia berkata “Mau kemana pembohong?” Dea yang kaget campur kesal menampar Rei dari belakang “Apa maksudmu pembohong? Aku tidak bohong aku hanya berpura pura tadi itu. Kamu mau membuatku rendah di hadapan orang orang karena hal itu? Sudahlah abaikan aku. Aku bukan anak yang paling disayangi. Jadilah anak yang baik agar disayangi kedua orangtuaku.” Dan Dea pun berlari ke luar dan segera mengambil tasnya dan berlari jauh dan daisy pun ikut berlari.

    Rei yang kaget dengan apa yang dikatakan Dea, masih termenung dan memegang pipinya yang ditampar tadi. Hari itu masih normal saja cuacanya. Rei masih diam di tempat itu karena kaget entah apa yang dipikirkannya hingga hampir setengah menit dia berusaha mengejar Dea karena baru tersadar. Lupa menutup pintu ia kembali lagi menutup pintu dan berlari kembali walaupun sebenarnya dia sudah kehilangan jejak Dea. Dea terus berlari dengan Daisy. Kemudian ada sebuah Bus dia segera menaiki bus tersebut tanpa melihat jurusannya. Setelah naik, dia melihat sekitarnya awalnya ia biasa saja dengan keadaan bus yang tak terlalu bersih seperti Bus biasanya. Namun, Dea merasa lelah dan dia tertidur. Berbeda dengan Daisy yang berada dalam pangkuannya melihat keadaan sekitar. Daisy pun menarik narik rambut Dea yang sudah diikat satu itu dan terbangun kemudian arah pandangannya pun tertuju ke depan. Dan ternyata saat ia sadar ada tulisan Bandung – Sumatera. Dea pun kaget namun, tak bisa mengelak ternyata saat terbangun busnya sudah berada dalam kapal. Ia tertidur cukup lama. Dan Rei Pun ternyata sudah berhasil menaiki bus itu namun ia berada pada kursi paling depan. Saat dea tertidur Rei ternyata tak menyadari keberadaan Dea di bus itu. Saat di tengah jalan Dea hanya berharap ia bisa pulang namun sinyal HPnya pun semakin hilang begitu juga Rei. Namun, Dea merasa resah tapi terjaga.

    Ia berlari menuju supir dan saat menuju supir Rei terbangun dan membuka matanya kemudian ia langsung menarik Dea. Dea yang kaget dan seisi bus itu menyangka Rei adalah copet ia langsung digebuki dan Supir yang berada di depannya pun kaget dan langsung menarik Dea. Dea tak terpikirkan kalau itu Rei jadi dia masih merasa pusing akibat kaget saat bangun tidur. Kemudian, tanpa pikir panjang lagi. Dea langsung menanyakan dimana keberadaannya dan bagaimana bisa tidak ada yang menagihnya untuk membayar bus ini.

    “Eh, neng ini sudah berada di selat yang menuju Sumatera. Dan soal pembayaran biasanya kami tagih di akhir perjalanan memangnya neng mau membayarnya sekarang?” Tanya Pak Supir.
    “Tapi pak, saya ini tidak ada tujuan untuk datang kesini dan tolong saya pak saya mau pulang lagi ke tempat tinggal saya”
    “Aduh neng ini bagaimana bapak tidak bisa bantu soalnya ini sebentar lagi sampai”

    Di sisi lain, Rei yang masih disangka Penjahat itu langsung didatangi Deana dan Deana membelanya, Mungkin Rei sedikit bahagia namun Deana sungguh sangat kesal karena Rei membuntutinya. Dengan rasa kesal pada Rei deana tetap bersikeras menjelaskan bahwa rei bukan penjahat dan akhirnya para penumpang kembali duduk dan berguman kesal pada Rei.

    “Dea makasih ya” Dengan wajah tersenyum pada Dea
    “Diamlah kamu tak memiliki attitude yang benar pada wanita!”
    “Maksudmu apa? Aku menjagamu agar kau tak hilang begitu saja orangtuamu mengkhawatirkanmu, mungkin saja kamu tak suka jika dijaga tapi sekarang itu adalah tanggung jawabku”
    “Hentikan! Sekarang aku ingin pulang Cepatlah jika kau memiliki tanggung jawab menjagaku sekarang, Aku ingin pulang dan jaga aku!” Jawab Dea dengan nada penuh kesal
    Rei kemudian menarik Dea dan duduk di sebelahnya. Dea menatap Rei namun, Daisy segera mencairkan suasana tiba tiba dia bersuara “Meong.. Meong..” sambil meraih bahu Dea.
    “Tunggulah koneksi disini buruk jadi aku butuh tempat yang menjangkau jaringan lebih baik tak apalah uangku kuhabiskan untuk membawamu pulang. Tapi ini semua juga terjadi karena kamu!”
    “Oh”

    Setelah sampai di terminal Rei kemudian membayar ongkosnya itu dan segera menemui Dea yang langsung duduk di warung nasi dekat terminal. Kemudian Dea menatap Rei tajam dan telunjuknya mengarahkan pada makanan.
    “Tak perlu memberi peringatan aneh aku juga lapar, kau punya uang tidak?”
    Dea membuka tasnya dan mengambil dompetnya kemudian dia menunjukkan ATM pada Rei. Rei pun paham maksud dari Deana dan segera mengantarnya ke ATM terdekat karena dari kejauhan ATM tersebut sudah terpampang jelas kemudian mereka berlari ke arah sana. Namun Tiba tiba Daisy…

    Bersambung…

    Cerpen Karangan: Fitri Nurul Falah
    Facebook: facebook.com/profile.php?id=100008233307491

    Artikel Terkait

    Black Bright (Part 1)
    4/ 5
    Oleh

    Berlangganan

    Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email