Judul Cerpen Semoga Bahagia Cinta Pertamaku
Aku berjalan di bawah awan yang teduh, sambil memakai earphone warna putih milikku. Sambil mendengar lagu kesukaanku, kini langkahku menuju satu tempat yang aku sukai. Tempat beribu kenangan diriku bersama dia. “pohon ini semakin besar dan tua, juga menggambarkan berapa lama aku mengenalmu.” Aku melihat sekitar, sudah banyak yang beda dengan tempat ini, meski suasananya tetap sama, begitu sunyi dan teduh. Batuan itu semakin berlumut saja. Batu yang menjadi tempatku duduk bersama dia, menatap tenangnya danau yang bening itu. Bunganya bertambah banyak. Suasana ini membuat aku flashback terakhir kali aku bertemu dia sebelum aku pergi bersekolah di luar negeri.
Siang itu aku dan Kim yeol berencana ke tempat rahasia kami. Sepulang sekolah aku bersama dia menaiki sepeda menuju danau belakang sekolah kami. Kami adalah sahabat baik sejak kecil hingga kini aku dan dia telah duduk di bangku SMA kelas 3. “Ayolah kim yeol, lebih cepat mengayuhnya, aku sudah tak sabar.” kataku menyuruhnya lebih cepat memboncengku. “Iya Hani, aku akan lebih cepat makanya kau berpegangan erat ya.” Katanya.
Akhirnya kami sampai juga. Aku segera berlari menuju tepi danau yang indah itu. Aku berteriak, “Aku suka tempat ini, suka sekali.” Kim yeol tersenyum melihat tingkahku, seraya meletakkan sepedanya yang disenderkan di Pohon besar itu, aku tak tahu apa nama pohon itu. “Aku juga suka tempat ini.” Kim yeol berteriak juga. Kini aku dan dia duduk di atas batu besar dekat pohon tadi. Kim yeol membuka isi tasnya, dan ternyata dia memberiku sepotong roti. “Ini untukmu Hani-a.” Katanya meberikan ku roti. “Ah kau adalah temanku yang begitu baik Kim yeol.” Aku tertawa.
Dia melihat awan putih di langit, tampaknya dia menikmati suasana ini. “Aku bahagia bisa bertemu denganmu Hani, dan berteman denganmu selama ini, bagaimana denganmu.” Ujarnya melihatku. “Aku juga merasa begitu Yeol, sebentar lagi kita akan berkuliah, dan meraih mimpi masing-masing.” kataku seraya melahap roti darinya.
“Impianku adalah menjadi seorang yang bermanfaat untuk orang lain, yang dicari jika tiada kabarnya, dan yang dikenang jika menghilang.”
“Lalu pekerjaan apa yang bisa kau raih Yeol?”
“Aku tidak tahu, aku hanya berpikir seperti itu, lalu bagaimana denganmu”
“Pasti kau sudah tahu Yeol-I aku akan menjadi apa.”
“Apa benar kau ingin menjadi seorang penulis Hani-a?”
“Iya, aku akan berkuliah di luar negeri dan belajar tentang sastra.”
“Kenapa kau ingin menjadi penulis, kau adalah orang yang pandai dibidang matematika, kenapa tak menjadi seorang guru seperti ayahmu.”
“Ah itu, entah mengapa menurutku setiap moment dalam kehidupan kita itu penting, dan harus terus diingat oleh seseorang, maka aku akan menulis setiap ceritaku.”
“Apa kau akan menulis tentang kisahku.”
“Lihat saja nanti Kim yeol.” kataku tersenyum tipis.
Hari ini begitu menyenangkan, aku bisa bersama dia lagi. Sekedar mengobrol tentang sesuatu hal, hal kecil misalnya. Menikmati waktu yang tersisa, siapa tahu kami tak akan bertemu lagi.
“sepertinya, hujan akan turun Kim Yeol, ayo kita pulang.” ajakku
“Oh iya, baiklah, tapi tunggu.”
“ada apa lagi Yeoll-i?”
“Aku mempunyai sesuatu untukmu.” Katanya mengeluarkan sebuah kotak bewarna pink dari tas birunya, menyerahkannya padaku.
“Apa ini Yeoll-I, sepertinya ulang tahunku masih lama.” Aku heran
“Apakah orang yang diberi hadiah haruslah saat ulang tahun? Tidakkan terima saja.”
“wah kau baik sekali, kau temanku yang paling tampan Kim Yeol hahaha, aku boleh membukanya sekarang?”
“Tidak tidak, jangan membukanya sekarang nanti tak akan spesial lagi.”
“Tapi aku penasaran.”
“Sabarlah nanti saja jika sudah sampai di rumah kau boleh membukanya, lagian sebentar lagi akan turun hujan. Ayo cepatlah naik Hani-a” suruhnya.
Aku pun pulang bersamanya ditengah hujan gerimis, dia akan mengantarku. Sebenarnya dia bersi keras untuk berteduh supaya aku tak sakit, tapi aku malah menolaknya. Menurutku berjalan di tengah hujan gerimis begitu menyenangkan, saat hujan kita akan mengenang kenangan kita yang akan muncul, lagian ku tak akan sakit karena hujan germis ini.
Akhirnya aku sampai di rumah, hujan telah reda. Dia mengantarku di depan rumah. Ibuku ternyata sudah menunggu di depan pintu, dia menyuruhku dan Kim yeol untuk berhenti sekedar mengganti baju yang basah. “Kim yeol, Hani cepatlah ke rumah sekedar minum teh hangat dan semangkuk ramen.” Teriaknya. Aku juga menyuruh kim yeol untuk berteduh sejenak di rumahku. Tetapi dia malah tak mau, dan ingin segera pulang. “Tak usah Hani-a aku akan pulang dulu, cepat mandi sana nanti kau sakit.” Katanya, aneh sekali dia terlalu perhatian padaku. “terimakasih ahjumma, aku akan pulang saja. Sampai jumpa.” Katanya sembari mengayuh meninggalkan kami. “Kenapa dia keras kepala sekali, aku takut dia akan sakit.” batinku.
Lalu aku pun masuk ke rumah, ibuku sudah menyiapkan air hangat untukku mandi, “Wah eomma baik sekali dan cantik.” Kataku memujinya. “Sebagai eomma yang baik dan yang mempunyai anak yang baik juga, eomma harus perhatianlah.” Katanya. “appa belum pulang kerja?” tanyaku lagi. “Iya dia belum pulang sekarang mandilah dan setelah itu makan Hani-a.” Suruh ibuku, aku pun bergegas mandi.
Setelah beberapa menit kemudian aku telah selesai mandi dan makan. Aku kembali ke kamarku. Aku tak sabar untuk membuka hadiah dari Kim yeol. Aku membuka kotak bewarna pink itu, ternyata di dalamnya ada sebuah kalung, pena dan ada secarik kertas yang dilipat. Kalungnya begitu indah dan begitu spesial ternyata di dalam liontin yang berbentuk cinta, ada sebuah tulisan Kim yeol dan hani. Dan pada pena hitam itu bertuliskan penulis Hani. Hadiah ini begitu spesial bagiku, tetapi aku penasaran sekali isi surat itu. Lalu aku baca isi surat itu, ternyata berisi sebuah puisi.
“Aku sangat menikmati waktu bersamamu, dimana aku masih tertawa bersamamu, dan mengobrol bersamamu. Entah mengapa aku seberani ini menulis ini untukmu. Setelah sekian lama aku menimbun perasaan ini sangat dalam begitu dalam di hatiku. Aku takut jika kau tahu, kau akan menjauh dariku. Aku tak ingin persahabatan kita hancur, karena keegoisanku mencintaimu. Mungkin kau terkejut sekali membaca ini. Aku tahu Hani-a aku sudah mengenalmu begitu lama. Tapi salahkah jika aku mengungkapkan perasaan ini. Mungkin kau menganggapku sebagai teman biasa, teman yang selalu peduli padamu teman yang selalu menyayangimu. Tetapi rasaku padamu lebih dari seorang sahabat Hani-a. Pernah aku ingin mengatakannya padamu, tetapi selalu saja kau begitu keras menyebutku Teman yang paling baik. Aku sungguh tak bisa merusak persahabatan ini. Tetapi apa daya, sebentar lagi kelulusan kau akan pergi, setidaknya aku ingin kau tahu perasaan ini, perasaan yang sangat berharga ini. Aku mendukungmu menjadi seorang penulis. Oh ya, salama ini aku tak pernah mengatakan apa sebenarnya impianku. Akupun ingin menjadi penulis seperti mimpimu, aku ingin ketika aku tiada mereka akan merindukan semua tulisanku, mereka akan mengenang semua tulisanku. Aku juga mengoleksi begitu banyak buku kesukaanmu, jika kau ingin membacanya datanglah ke rumahku. Aku menyimpannya begitu rapi di dalam lemari, bahkan ibuku tak tahu jika aku hobi menulis. Cerita yang kau sukai sebenarnya itu karanganku yang berjudul “first love.” Entah kenapa aku mengutarakan semua disini, serasa ingin pergi jauh. Jika kau ingin menulis, menulislah dengan pena ajaib dariku supaya tulisanmu begitu bagus. Aku mencintaimu.”
Aku menangis membaca surat ini, aku tak bisa bicara apa-apa. Ternyata dia juga mencintaiku. Ternyata Kim yeol selama ini juga menahan rasa cinta. Aku pun sebenarnya begitu. Aku menangis aku menatap pemandangan di jendela kamarku. AKu memegang kalung dan pena darinya. Mengapa selama ini aku tak menyadarinya, aku pun mengabaikan semua perasaanku sendiri. Bahkan aku tak mempercayai perasaanku sendiri, aku tak mengizinkan perasaanku tumbuh terlalu jauh karena aku tak mau merusak persahabatan kita.
Tiba-tiba telepon rumah berdering, aku pun mengangkat telepon.
“Halo ini siapa?”
“Hani-a ini Ahjuma, ibu Kim yeol ingin mengabarkan, hiks hiks hiks.”
“Iya bibi kenapa, kurang jelas suaranya ada apa?” aku penasaran.
“Kim yeol sudah meninggal nak, kim yeol kecelakan.” Katanya lirih.
“A..pa bibi, ini tidak mungkin tadi Kim yeol baru saja mengantarku bibi, bibi jangan bercanda.”
“Bibi tak bohong Hani, Kim yeol kecelakan saat hujan deras tadi, dia ditabrak oleh mobil dan meninggal ditempat hiks hiks hiks.”
Mataku terbelalak, aku tak percaya dengan semua ini, ibuku datang padaku dan bertanya. Aku tak bisa berkata apa-apa. Aku hanya bisa memeluk ibuku aku menangis sekeras-kerasnya.
Aku pun menangis, aku tersadar dalam lamunanku, aku tak kuat mengingat peristiwa itu, menyesal mungkin. Aku mengeluarkan sebuah buku dan pena bersejarah itu. Mencoba menulis sebuah puisi selagi aku berada di tempat bersejarah ini. Tak ku sangka sudah 5 tahun lamanya Kim yeol pergi membawa separuh hatiku. Aku menatap Pohon bersejarah ini, aku mengenang kehadirannya disini, kehadirannya yang selalu membawa tawa untukku. Setelah lama dia pergi membawa separuh hati ini. Telah lama aku mencoba mengikhlaskan tetapi setelah aku membaca semua tulisannya, aku jadi mengingatnya. Aku menjadi semangat untuk menulis, Semua hadiahnya selalu aku bawa dimanapun berada. Itu semua menjadi penyemangatku. Hingga akhirnya aku selesai kuliah dan menjadi penulis buku best seller karena semua tulisan Kim yeol yang menginspirasiku. Dia adalah salah satu orang yang berharga dalam hidupku dia adalah cinta pertamaku. Dia pergi membawa cinta sucinya. Aku tak tahu bisa bertemu dia lagi saat di akhirat kelak, tapi aku selalu berdoa untuknya. Semua kisah cintanya padaku aku tulis dalam sebuah buku berjudul “Semoga bahagia, cinta pertamaku.” Mungkin ini hakikat mencintai yang tak harus memiliki. Kau tetap mencintainya meski raga tak ada dimatamu tetapi jiwanya selalu ada dalam hatimu. Aku tak sabar untuk menemui Kim Yeol setelah 5 tahun pergi dari Negara ini untuk berkuliah di luar negeri. Tenanglah Kim yeol, bahagialah disana, aku akan mengenangmu. Impianmu akan tercapai, bukuku akan menjadi best seller dan kau akan dikenal semua orang di dunia ini. Semua kebaikanmu, ketulusanmu padaku. Aku mengahragai perasaan yang tumbuh pada masa itu, aku tak akan mengabaikannya lagi. Meski nanti aku menemukan penggantimu, kau akan tetap ada di satu ruang yang paling dalam di lubuk hati ini. Aku pun meninggalkan tempat ini dan masuk ke mobil, untuk menemui Kim yeol, menuju pusara Kim yeol.
Cerpen Karangan: Hani Astuti
Blog: www.mycerpenhijrahtogoodhabits.com
Aku berjalan di bawah awan yang teduh, sambil memakai earphone warna putih milikku. Sambil mendengar lagu kesukaanku, kini langkahku menuju satu tempat yang aku sukai. Tempat beribu kenangan diriku bersama dia. “pohon ini semakin besar dan tua, juga menggambarkan berapa lama aku mengenalmu.” Aku melihat sekitar, sudah banyak yang beda dengan tempat ini, meski suasananya tetap sama, begitu sunyi dan teduh. Batuan itu semakin berlumut saja. Batu yang menjadi tempatku duduk bersama dia, menatap tenangnya danau yang bening itu. Bunganya bertambah banyak. Suasana ini membuat aku flashback terakhir kali aku bertemu dia sebelum aku pergi bersekolah di luar negeri.
Siang itu aku dan Kim yeol berencana ke tempat rahasia kami. Sepulang sekolah aku bersama dia menaiki sepeda menuju danau belakang sekolah kami. Kami adalah sahabat baik sejak kecil hingga kini aku dan dia telah duduk di bangku SMA kelas 3. “Ayolah kim yeol, lebih cepat mengayuhnya, aku sudah tak sabar.” kataku menyuruhnya lebih cepat memboncengku. “Iya Hani, aku akan lebih cepat makanya kau berpegangan erat ya.” Katanya.
Akhirnya kami sampai juga. Aku segera berlari menuju tepi danau yang indah itu. Aku berteriak, “Aku suka tempat ini, suka sekali.” Kim yeol tersenyum melihat tingkahku, seraya meletakkan sepedanya yang disenderkan di Pohon besar itu, aku tak tahu apa nama pohon itu. “Aku juga suka tempat ini.” Kim yeol berteriak juga. Kini aku dan dia duduk di atas batu besar dekat pohon tadi. Kim yeol membuka isi tasnya, dan ternyata dia memberiku sepotong roti. “Ini untukmu Hani-a.” Katanya meberikan ku roti. “Ah kau adalah temanku yang begitu baik Kim yeol.” Aku tertawa.
Dia melihat awan putih di langit, tampaknya dia menikmati suasana ini. “Aku bahagia bisa bertemu denganmu Hani, dan berteman denganmu selama ini, bagaimana denganmu.” Ujarnya melihatku. “Aku juga merasa begitu Yeol, sebentar lagi kita akan berkuliah, dan meraih mimpi masing-masing.” kataku seraya melahap roti darinya.
“Impianku adalah menjadi seorang yang bermanfaat untuk orang lain, yang dicari jika tiada kabarnya, dan yang dikenang jika menghilang.”
“Lalu pekerjaan apa yang bisa kau raih Yeol?”
“Aku tidak tahu, aku hanya berpikir seperti itu, lalu bagaimana denganmu”
“Pasti kau sudah tahu Yeol-I aku akan menjadi apa.”
“Apa benar kau ingin menjadi seorang penulis Hani-a?”
“Iya, aku akan berkuliah di luar negeri dan belajar tentang sastra.”
“Kenapa kau ingin menjadi penulis, kau adalah orang yang pandai dibidang matematika, kenapa tak menjadi seorang guru seperti ayahmu.”
“Ah itu, entah mengapa menurutku setiap moment dalam kehidupan kita itu penting, dan harus terus diingat oleh seseorang, maka aku akan menulis setiap ceritaku.”
“Apa kau akan menulis tentang kisahku.”
“Lihat saja nanti Kim yeol.” kataku tersenyum tipis.
Hari ini begitu menyenangkan, aku bisa bersama dia lagi. Sekedar mengobrol tentang sesuatu hal, hal kecil misalnya. Menikmati waktu yang tersisa, siapa tahu kami tak akan bertemu lagi.
“sepertinya, hujan akan turun Kim Yeol, ayo kita pulang.” ajakku
“Oh iya, baiklah, tapi tunggu.”
“ada apa lagi Yeoll-i?”
“Aku mempunyai sesuatu untukmu.” Katanya mengeluarkan sebuah kotak bewarna pink dari tas birunya, menyerahkannya padaku.
“Apa ini Yeoll-I, sepertinya ulang tahunku masih lama.” Aku heran
“Apakah orang yang diberi hadiah haruslah saat ulang tahun? Tidakkan terima saja.”
“wah kau baik sekali, kau temanku yang paling tampan Kim Yeol hahaha, aku boleh membukanya sekarang?”
“Tidak tidak, jangan membukanya sekarang nanti tak akan spesial lagi.”
“Tapi aku penasaran.”
“Sabarlah nanti saja jika sudah sampai di rumah kau boleh membukanya, lagian sebentar lagi akan turun hujan. Ayo cepatlah naik Hani-a” suruhnya.
Aku pun pulang bersamanya ditengah hujan gerimis, dia akan mengantarku. Sebenarnya dia bersi keras untuk berteduh supaya aku tak sakit, tapi aku malah menolaknya. Menurutku berjalan di tengah hujan gerimis begitu menyenangkan, saat hujan kita akan mengenang kenangan kita yang akan muncul, lagian ku tak akan sakit karena hujan germis ini.
Akhirnya aku sampai di rumah, hujan telah reda. Dia mengantarku di depan rumah. Ibuku ternyata sudah menunggu di depan pintu, dia menyuruhku dan Kim yeol untuk berhenti sekedar mengganti baju yang basah. “Kim yeol, Hani cepatlah ke rumah sekedar minum teh hangat dan semangkuk ramen.” Teriaknya. Aku juga menyuruh kim yeol untuk berteduh sejenak di rumahku. Tetapi dia malah tak mau, dan ingin segera pulang. “Tak usah Hani-a aku akan pulang dulu, cepat mandi sana nanti kau sakit.” Katanya, aneh sekali dia terlalu perhatian padaku. “terimakasih ahjumma, aku akan pulang saja. Sampai jumpa.” Katanya sembari mengayuh meninggalkan kami. “Kenapa dia keras kepala sekali, aku takut dia akan sakit.” batinku.
Lalu aku pun masuk ke rumah, ibuku sudah menyiapkan air hangat untukku mandi, “Wah eomma baik sekali dan cantik.” Kataku memujinya. “Sebagai eomma yang baik dan yang mempunyai anak yang baik juga, eomma harus perhatianlah.” Katanya. “appa belum pulang kerja?” tanyaku lagi. “Iya dia belum pulang sekarang mandilah dan setelah itu makan Hani-a.” Suruh ibuku, aku pun bergegas mandi.
Setelah beberapa menit kemudian aku telah selesai mandi dan makan. Aku kembali ke kamarku. Aku tak sabar untuk membuka hadiah dari Kim yeol. Aku membuka kotak bewarna pink itu, ternyata di dalamnya ada sebuah kalung, pena dan ada secarik kertas yang dilipat. Kalungnya begitu indah dan begitu spesial ternyata di dalam liontin yang berbentuk cinta, ada sebuah tulisan Kim yeol dan hani. Dan pada pena hitam itu bertuliskan penulis Hani. Hadiah ini begitu spesial bagiku, tetapi aku penasaran sekali isi surat itu. Lalu aku baca isi surat itu, ternyata berisi sebuah puisi.
“Aku sangat menikmati waktu bersamamu, dimana aku masih tertawa bersamamu, dan mengobrol bersamamu. Entah mengapa aku seberani ini menulis ini untukmu. Setelah sekian lama aku menimbun perasaan ini sangat dalam begitu dalam di hatiku. Aku takut jika kau tahu, kau akan menjauh dariku. Aku tak ingin persahabatan kita hancur, karena keegoisanku mencintaimu. Mungkin kau terkejut sekali membaca ini. Aku tahu Hani-a aku sudah mengenalmu begitu lama. Tapi salahkah jika aku mengungkapkan perasaan ini. Mungkin kau menganggapku sebagai teman biasa, teman yang selalu peduli padamu teman yang selalu menyayangimu. Tetapi rasaku padamu lebih dari seorang sahabat Hani-a. Pernah aku ingin mengatakannya padamu, tetapi selalu saja kau begitu keras menyebutku Teman yang paling baik. Aku sungguh tak bisa merusak persahabatan ini. Tetapi apa daya, sebentar lagi kelulusan kau akan pergi, setidaknya aku ingin kau tahu perasaan ini, perasaan yang sangat berharga ini. Aku mendukungmu menjadi seorang penulis. Oh ya, salama ini aku tak pernah mengatakan apa sebenarnya impianku. Akupun ingin menjadi penulis seperti mimpimu, aku ingin ketika aku tiada mereka akan merindukan semua tulisanku, mereka akan mengenang semua tulisanku. Aku juga mengoleksi begitu banyak buku kesukaanmu, jika kau ingin membacanya datanglah ke rumahku. Aku menyimpannya begitu rapi di dalam lemari, bahkan ibuku tak tahu jika aku hobi menulis. Cerita yang kau sukai sebenarnya itu karanganku yang berjudul “first love.” Entah kenapa aku mengutarakan semua disini, serasa ingin pergi jauh. Jika kau ingin menulis, menulislah dengan pena ajaib dariku supaya tulisanmu begitu bagus. Aku mencintaimu.”
Aku menangis membaca surat ini, aku tak bisa bicara apa-apa. Ternyata dia juga mencintaiku. Ternyata Kim yeol selama ini juga menahan rasa cinta. Aku pun sebenarnya begitu. Aku menangis aku menatap pemandangan di jendela kamarku. AKu memegang kalung dan pena darinya. Mengapa selama ini aku tak menyadarinya, aku pun mengabaikan semua perasaanku sendiri. Bahkan aku tak mempercayai perasaanku sendiri, aku tak mengizinkan perasaanku tumbuh terlalu jauh karena aku tak mau merusak persahabatan kita.
Tiba-tiba telepon rumah berdering, aku pun mengangkat telepon.
“Halo ini siapa?”
“Hani-a ini Ahjuma, ibu Kim yeol ingin mengabarkan, hiks hiks hiks.”
“Iya bibi kenapa, kurang jelas suaranya ada apa?” aku penasaran.
“Kim yeol sudah meninggal nak, kim yeol kecelakan.” Katanya lirih.
“A..pa bibi, ini tidak mungkin tadi Kim yeol baru saja mengantarku bibi, bibi jangan bercanda.”
“Bibi tak bohong Hani, Kim yeol kecelakan saat hujan deras tadi, dia ditabrak oleh mobil dan meninggal ditempat hiks hiks hiks.”
Mataku terbelalak, aku tak percaya dengan semua ini, ibuku datang padaku dan bertanya. Aku tak bisa berkata apa-apa. Aku hanya bisa memeluk ibuku aku menangis sekeras-kerasnya.
Aku pun menangis, aku tersadar dalam lamunanku, aku tak kuat mengingat peristiwa itu, menyesal mungkin. Aku mengeluarkan sebuah buku dan pena bersejarah itu. Mencoba menulis sebuah puisi selagi aku berada di tempat bersejarah ini. Tak ku sangka sudah 5 tahun lamanya Kim yeol pergi membawa separuh hatiku. Aku menatap Pohon bersejarah ini, aku mengenang kehadirannya disini, kehadirannya yang selalu membawa tawa untukku. Setelah lama dia pergi membawa separuh hati ini. Telah lama aku mencoba mengikhlaskan tetapi setelah aku membaca semua tulisannya, aku jadi mengingatnya. Aku menjadi semangat untuk menulis, Semua hadiahnya selalu aku bawa dimanapun berada. Itu semua menjadi penyemangatku. Hingga akhirnya aku selesai kuliah dan menjadi penulis buku best seller karena semua tulisan Kim yeol yang menginspirasiku. Dia adalah salah satu orang yang berharga dalam hidupku dia adalah cinta pertamaku. Dia pergi membawa cinta sucinya. Aku tak tahu bisa bertemu dia lagi saat di akhirat kelak, tapi aku selalu berdoa untuknya. Semua kisah cintanya padaku aku tulis dalam sebuah buku berjudul “Semoga bahagia, cinta pertamaku.” Mungkin ini hakikat mencintai yang tak harus memiliki. Kau tetap mencintainya meski raga tak ada dimatamu tetapi jiwanya selalu ada dalam hatimu. Aku tak sabar untuk menemui Kim Yeol setelah 5 tahun pergi dari Negara ini untuk berkuliah di luar negeri. Tenanglah Kim yeol, bahagialah disana, aku akan mengenangmu. Impianmu akan tercapai, bukuku akan menjadi best seller dan kau akan dikenal semua orang di dunia ini. Semua kebaikanmu, ketulusanmu padaku. Aku mengahragai perasaan yang tumbuh pada masa itu, aku tak akan mengabaikannya lagi. Meski nanti aku menemukan penggantimu, kau akan tetap ada di satu ruang yang paling dalam di lubuk hati ini. Aku pun meninggalkan tempat ini dan masuk ke mobil, untuk menemui Kim yeol, menuju pusara Kim yeol.
Cerpen Karangan: Hani Astuti
Blog: www.mycerpenhijrahtogoodhabits.com
Semoga Bahagia Cinta Pertamaku
4/
5
Oleh
Unknown