Judul Cerpen Kepincut Hati Sang Gitaris
The Rhioz adalah band pensi yang saat ini sangat digandrungi oleh para kaum hawa. Kepopuleran mereka semakin melesat dari panggung ke panggung. The Rhioz beranggotakan empat orang pemuda ganteng yang terdiri dari Dani (Vocalist), Dika (Drum), Al (Bassis) dan Raka (Gitaris). Mereka berempat berasal dari satu jurusan yang sama dan berasal dari keluarga yang berada. Meski, semuanya berasal dari keluarga yang berada tetapi sifat rendah hatinya selalu saja menjadi hal utama yang dikagumi oleh para fansnya.
“Rin nonton The Rhioz yuk?” ajak Nia sambil menarik tangan Airin.
“Nggak ah, aku lagi males nonton.” jawab Airin dengan raut wajah yang datar.
“Lho, kenapa? Bukannya kamu suka band?” tanya Nia kembali.
“Niaaaa, aku lagi males nonton. Aku masih kepikiran sama skripsiku yang ditolak sama Pak Anwar.” ujar Airin datar.
“Ya ampun, Rin. Justru dengan menonton The Rhioz hati kamu akan sedikit terhibur. Jadi, setelah pulang dari nonton The Rhioz kamu nggak akan kepikiran terus-terusan dengan skripsi yang ditolak sama Pak Anwar.” ujar Nia kepada Airin
“Yuukkk!!” Ajak Nia tanpa mendengarkan kembali jawaban dari Airin.
Tanpa membuang banyak waktu Nia menarik tangan Airin untuk ikut pergi bersamanya menonton penampilan The Rhioz sore itu.
Akhirnya, setelah menempuh perjalanan selama 10 menit mereka sampai di café tempat The Rhioz manggung. Suara teriakan para penonton semakin terdengar begitu jelas dari halaman parkiran yang tak begitu jauh dari pintu masuk menuju café. Gemerlap lampu yang menerangi ruangan semakin terlihat begitu indah, disertai dengan alunan musik yang begitu merdu yang dimainkan oleh band The Rhioz.
Penampilan The Rhioz sungguh membuat Airin kagum. Mereka tampil dengan sangat sempurna disertai aksi panggung yang menawan sehingga para penonton merasa puas dan terhibur dengan penampilan The Rhioz sore itu. Sepanjang penampilan The Rhioz, Airin hanya bisa berdecak kagum memandangi satu persatu penampilan dari masing-masing anggotanya. Ternyata, mereka sungguh memesona. Mata dan telinga Airin dimanjakan dengan alunan lagu dan penampilan keren yang dimainkan oleh The Rhioz.
“Wow, ternyata mereka benar-benar mengaggumkan.” ujar Airin dalam hatinya.
Sorakan dari para penonton membuat suasana café semakin ramai didatangi oleh para anak muda. Tak hanya kaum hawa tapi kaum adam pun sangat menikmati penampilan yang disuguhi oleh band The Rhioz. Mereka tak takut untuk berjubelan di antara para penonton yang lainnya, itu semua dikarenakan mereka sangat menikmati aksi panggung band pensi yang saat ini sedang hangat menjadi perbincangan anak muda.
Semua orang bersorak bergembira, tak lupa pula teriakan penonton yang memanggil nama masing-masing personil band The Rhioz semakin membuat suasana terasa lebih ramai. Mereka selalu melemparkan senyum manisnya kepada setiap penonton yang memanggil namanya. Penampilan keempat aksi cowok ganteng dari personil The Rhioz sungguh mampu membius suasana café sore itu menjadi lebih meriah.
“Hey, Rin!! Kenapa kamu diam membisu tanpa satu kata pun?” ujar Nia sambil menepuk pundak Airin.
“Hah!! Aku baik-baik saja kok.” sahut Airin.
“Aah, bohooong!! Pasti kamu mulai suka kan dengan penampilan The Rhioz? Ya, iyalah The Rhioz itu band pensi paling ngetop di kota kita. Bahkan di kampus kita aja nama band The Rhioz sudah sangat populer, makanya jadi orang tuh jangan kuper kuper amat dong Rin.” ujar Nia meledek Airin
“Niiiiaaaaa… Kamu ini cuma tahunya tentang band The Rhioz aja. Emang kamu nggak mikirin tugas skripsimu yang masih ditolak dosen.” Sahut Airin dengan nada yang keras.
“Yaelaaah…!!! Bisa nggak sih, Rin satu hari aja tanpa mikirin skripsi.” Nia pun bergegas pergi meninggalkan Airin dan mulai menikmati kembali alunan lagu yang disuguhi oleh The Rhioz.
Keesokan harinya, tanpa disengaja Airin bertemu dengan Raka sang gitaris band The Rhioz di koridor kampus. Raka yang memiliki senyum manis, dan mempunyai postur badan besar dan tinggi serta mempunyai fans yang lebih banyak dibandingkan personil The Rhioz yang lainnya mampu membuat Airin jadi salah tingkah. Airin merasa malu ketika Raka berjalan menuju ke arahnya. Karena rasa malu yang dimilikinya, Airin pun mencoba beralih kearah kantin agar tidak berpapasan secara langsung dengan Raka sang gitaris manis itu.
Setelah beberapa menit Raka pun berlalu dari arahnya.
“Huuu, lega!! Akhirnya ia tak mengarah ke sini. Bisa salting gue kalau ketemu dengan dia secara langsung.” ujar Airin sambil menghembuskan nafasnya.
Airin pun mulai melanjutkan perjalanannya menuju ruangan Pak Anwar yaitu Dosen Pembimbing skripsinya. Airin terus berjalan dengan gaya cuek yang telah menjadi ciri khas dirinya, tanpa melihat orang-orang di sekelilingnya Airin terus berjalan lurus menuju ruangan Pak Anwar.
Setibanya sampai di depan ruang tunggu Pak Anwar. Airin pun dikagetkan dengan sosok laki-laki bertubuh besar dan tinggi yang sedang duduk di pojokan di ruang tunggu Pak Anwar. Ternyata, laki-laki itu adalah Raka. Sosok laki-laki yang mampu membuat dirinya menjadi salah tingkah dan gugup.
Di ruang tunggu Dosen, Airin terdiam bagaikan patung yang tak bisa bergerak, dan bicara. Tak henti-hentinya Airin memainkan handphone genggamnya sambil sesekali memandangi Raka yang saat itu sedang membaca buku, duduk di sebelahnya.
“Wah, ternyata nih cowok keren juga ya. Aku kira kerjaannya cuma bisa main gitar doang, ternyata dia juga suka membaca!” Pikir Airin.
Lamunan Airin terlalu dalam, sehingga ketika Raka mengarahkan pandangannya kearah Airin, Airin pun kaget dan kebingungan.
“Loe lihatin gue ya? Kenapa? Apa ada yang aneh dari muka gue?” Ujar Raka
“Enggaaak kok. Gue nggak lihatin loe. Dasar loenya aja yang kepedean.” Ujar Airin dengan raut wajah yang datar.
“Oh, gitu!!!” Sahut Raka dengan singkat
Raka pun tak menghiraukan Airin, ia masih asyik dengan buku bacaannya dan terus membaca hingga Pak Anwar tiba di ruangannya.
Tak lama kemudian Pak Anwar pun tiba di ruangannya. Beliau mengenakan kemeja putih polos dengan tatanan rambut yang rapi. Beliau tersenyum kepada seluruh mahasiswanya yang saat itu telah datang duluan untuk melakukan bimbingan skripsi dengannya.
Setelah secara bergiliran mengantri satu per satu masuk keruangan Pak Anwar, bimbingan pun usai. Airin dan Raka pun berpisah selayaknya orang biasa yang tak saling mengenal.
“Hey, kamu di mana? Tumben batang hidungmu belum kelihatan jam segini?” ujar Airin melalui pesan singkat yang ia kirimkan untuk Nia.
“Masih di bus nih. Kenapa? Kamu udah kangen ya sama aku? Ledek Nia dipesan singkat yang ia kirimkan untuk Airin.
“Buruan deh ke sini. Aku udah di kampus dari 35 menit yang lalu” Jawab Airin kembali dengan nada memaksa Nia agar segera tiba.
“Iya… iya sabaarr. Bentar lagi aku sampai kok.”
Beberapa menit kemudian, Nia pun tiba di kampus.
“Woy, benggong aja loe” Teriak Nia tepat di telinga Airin.
“Aahh loe ngagetin gue aja.” Airin pun terkejut
“By the way, aku mau cerita nih, tapi kamu harus janji ya jangan bilang ke siapa-siapa.” Sahut Airin dengan wajah yang serius.
“Oke, aku janji.” Ujar Nia mengulurkan jari kelingkingnya.
“Jadi gini ceritanya…”
“APAAAA…? Loe serius Rin? Loe nggak bohongi gue kan tentang cerita yang barusan loe ceritain?” Jawab Nia yang masih tak mempercayai hal itu.
“Yaelah, sejak kapan gue sering bohongin loe. Emang loe nggak lihat muka gue sudah serius begini!!” Ujar Airin dengan kesal.
“Heheh, maaf deh kalau gitu. Soalnya aku masih nggak percaya aja nih sama cerita kamu. By the way, jadi apa nih yang kamu rasakan setelah duduk bersebelahan dengan Raka? Apakah Raka semanis dan seganteng ketika ia sedang memainkan gitarnya? Ayooo dong Rin ceritain ke gue.” ujar Nia yang tak henti-hentinya mencerocos.
“Pertanyaan loe banyak baget sih, pusing gue dengernya. Mending loe lihat sendiri tuh idola loe.” sahut Airin dengan kesal.
Karena tak sanggup mendengarkan celotehan Nia, Airin pun pergi meninggalkan Nia yang tak henti-hentinya menanyakan tentang Raka sang cowok idolanya. Airin berjalan sendirian menuju kantin untuk mengisi perutnya yang sedang kelaparan. Ia membeli semangkok bakso dan es teh manis sebagai menu favoritnya.
Tak lama kemudian Raka dan teman-teman The Rhioz tiba di kantin tempat Airin sedang menyantap baksonya. Rasa jengkel Airin terhadap Raka masih saja menyelimuti hatinya. Ia merasa bahwa Raka adalah cowok sok kepedean yang ia kenal.
Keesokan harinya, dengan persiapan yang matang Airin pun siap melanjutkan bimbingannya dengan Pak Anwar. Ia telah melakukan perbaikan sesuai yang Pak Anwar inginkan. Dengan penuh harapan, ia berharap semoga hari ini adalah hari terakhir baginya untuk melakukan bimbingan. Rasa percaya dirinya membuat Airin melangkah dengan berani menuju ruangan Pak anwar.
Di ruang tunggu ruangan Pak Anwar, ternyata Raka telah lebih dulu datang dibandingkan Airin. Hari ini Raka terlihat semakin ganteng dan manis dengan kemeja polosnya yang berwarna navy. Penampilannya sangat berbeda dengan penampilannya ketika ia berada di panggung.
Meskipun Raka merupakan salah satu anggota band pensi terkenal di kampus, Entah kenapa suasana ruang tunggu tetap saja terasa hening, Semua mahasiswa sibuk dengan dirinya sendiri. Tak ada satu pun orang yang meminta foto dengan Raka meskipun ketika ia selesai performance bersama teman bandnya biasanya Raka kebanjiran fans yang meminta foto bersama dirinya, hal itu membuat Airin merasa aneh.
Ditengah-tengah lamunannya, tanpa ia sadari ternyata Raka pun mencoba mengajaknya mengobrol untuk mencairkan suasana hening siang itu.
“Hai..” sapa Raka
“Hai,” jawab Airin singkat
“Kamu bimbingan dengan Pak Anwar juga ya?” tanya Raka dengan singkat.
“Eem.. iya.”
“Owh, sama dong. aku juga bimbingan sama Pak Anwar.” ujar Raka dengan ramah
“Owh…” sahut Airin.
“Raka terpanah melihat tingkah Airin yang begitu cuek.”
“By the way, namamu siapa?” tanya Raka kembali.
“Aku Airin.” Kalau kamu siapa?” ujar Airin yang berpura-pura tidak tahu.
“Raka.” Raka pun tersenyum sambil mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Airin.
Berkali-kali Airin masih tak mempercayai bahwa hal ini akan terjadi pada dirinya. Setelah sebelumnya Raka bersikap sok cuek dan kepedean, hari ini Airin merasa terkagum kembali kepada Raka sang gitaris band The Rioz.
“Sungguh ini diluar dugaan yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya” ujar Airin dalam hatinya.
Satu jam berbincang-bincang dengan Raka membuat rasa bosan Airin menghilang. Akhirnya, Pak Anwar pun tiba. Beliau mengenakan batik panjang berwarna biru cerah dengan rambut yang tertata rapi ditambah sedikit senyum manis yang terkadang mengalihkan pandangan mahasiswa. sikap tegasnya terkadang membuat Airin menangis, beliau merupakan salah satu Dosen yang paling teliti untuk membimbing mahasiswanya dalam menyelesaikan skripsi.
Setelah secara bergantian mengantri untuk melakukan bimbingan dengan Pak Anwar. Akhirnya jam bimbingan pun telah usai. Airin dan Raka pun berpisah disana.. Tiba-tiba dari jarak yang berjauhan Raka lari-larian memanggil nama Airin.
“Airiiiiiiinn… Airinn, Hey tunggu dulu!!” ujar Raka memanggil Airin sambil berlari ke arah tempat Airin berhenti.
“Iya, kenapa?” jawab Airin singkat
“By the way boleh nggak aku minta Id Linemu?” tanya Raka kepada Airin.
“Emangnya untuk apa?” tanya Airin kembali
“Jadi gini…”
Setelah perbincangan singkat di tengah kampus tersebut akhirnya Raka mendapatkan Id Line Airin dan Airin pun tahu Id Line Raka si artis pensi itu.
“Aku tak pernah menyangka bahwa Raka akan seramah ini kepadaku. Meski dulunya aku sempat berpikir bahwa dia bukanlah cowok yang baik terhadap fans dan orang-orang di sekitarnya, ternyata tafsiranku terhadap dirinya selama ini salah” pikir Airin.
Semenjak pertukeran Id Line di kampus beberapa hari yang lalu, akhirnya Airin dan Raka sering chattingan disela-sela kesibukan mereka masing-masing.
“Hallo, Rin. Kamu lagi apa?” Tanya Raka
“Lagi revisi aja nih. Emangnya kamu lagi ngapain? Pasti lagi manggung ya? tanya Airin kembali kepada Raka
“Hahaha… nggak lah. Aku lagi ngejam aja sama The Rhioz.”
“Owh, gitu.” jawab Airin singkat
“Ya udah kalau kamu lagi sibuk, lanjutin aja revisinya. Maaf ya aku ganggu.” Jawab Raka menutupi obrolan malam itu.
Perbincangan yang sering mereka lakukan melalui Line membuat Airin menjadi tak keruan. Ia sering senyum-senyum sendiri sambil menatapi layar handphonenya dan berharap semoga Raka akan segera mengirimkan stiker lucu untuknya. Dan ternyata satu jam kemudian Raka mengirimkan sebuah stiker lucu untuk menyemangati Airin yang saat itu sedang merevisi skripsinya. Airin pun tertawa sambil menatap layar handphonenya. Tak henti-hentinya ia tersenyum manis dan memikirkan Raka. Kini Airin baru menyadari ternyata Raka bukanlah tipe cowok yang sombong, kepedean seperti pemikirannya sebelumnya. Airin sadar bahwa anggota The Rhioz adalah pemuda baik yang mau berteman sama siapa saja tanpa memandang latar belakang orang tersebut. Kini, pertemanan mereka semakin terjalin akrab dari hari ke hari, hingga akhirnya Airin pun menyadari bahwa kini hatinya telah terpincut oleh sang gitaris The Rhioz.
Cerpen Karangan: Rahmah Juwita Edy
Facebook: Rahmah Juwita Edy
The Rhioz adalah band pensi yang saat ini sangat digandrungi oleh para kaum hawa. Kepopuleran mereka semakin melesat dari panggung ke panggung. The Rhioz beranggotakan empat orang pemuda ganteng yang terdiri dari Dani (Vocalist), Dika (Drum), Al (Bassis) dan Raka (Gitaris). Mereka berempat berasal dari satu jurusan yang sama dan berasal dari keluarga yang berada. Meski, semuanya berasal dari keluarga yang berada tetapi sifat rendah hatinya selalu saja menjadi hal utama yang dikagumi oleh para fansnya.
“Rin nonton The Rhioz yuk?” ajak Nia sambil menarik tangan Airin.
“Nggak ah, aku lagi males nonton.” jawab Airin dengan raut wajah yang datar.
“Lho, kenapa? Bukannya kamu suka band?” tanya Nia kembali.
“Niaaaa, aku lagi males nonton. Aku masih kepikiran sama skripsiku yang ditolak sama Pak Anwar.” ujar Airin datar.
“Ya ampun, Rin. Justru dengan menonton The Rhioz hati kamu akan sedikit terhibur. Jadi, setelah pulang dari nonton The Rhioz kamu nggak akan kepikiran terus-terusan dengan skripsi yang ditolak sama Pak Anwar.” ujar Nia kepada Airin
“Yuukkk!!” Ajak Nia tanpa mendengarkan kembali jawaban dari Airin.
Tanpa membuang banyak waktu Nia menarik tangan Airin untuk ikut pergi bersamanya menonton penampilan The Rhioz sore itu.
Akhirnya, setelah menempuh perjalanan selama 10 menit mereka sampai di café tempat The Rhioz manggung. Suara teriakan para penonton semakin terdengar begitu jelas dari halaman parkiran yang tak begitu jauh dari pintu masuk menuju café. Gemerlap lampu yang menerangi ruangan semakin terlihat begitu indah, disertai dengan alunan musik yang begitu merdu yang dimainkan oleh band The Rhioz.
Penampilan The Rhioz sungguh membuat Airin kagum. Mereka tampil dengan sangat sempurna disertai aksi panggung yang menawan sehingga para penonton merasa puas dan terhibur dengan penampilan The Rhioz sore itu. Sepanjang penampilan The Rhioz, Airin hanya bisa berdecak kagum memandangi satu persatu penampilan dari masing-masing anggotanya. Ternyata, mereka sungguh memesona. Mata dan telinga Airin dimanjakan dengan alunan lagu dan penampilan keren yang dimainkan oleh The Rhioz.
“Wow, ternyata mereka benar-benar mengaggumkan.” ujar Airin dalam hatinya.
Sorakan dari para penonton membuat suasana café semakin ramai didatangi oleh para anak muda. Tak hanya kaum hawa tapi kaum adam pun sangat menikmati penampilan yang disuguhi oleh band The Rhioz. Mereka tak takut untuk berjubelan di antara para penonton yang lainnya, itu semua dikarenakan mereka sangat menikmati aksi panggung band pensi yang saat ini sedang hangat menjadi perbincangan anak muda.
Semua orang bersorak bergembira, tak lupa pula teriakan penonton yang memanggil nama masing-masing personil band The Rhioz semakin membuat suasana terasa lebih ramai. Mereka selalu melemparkan senyum manisnya kepada setiap penonton yang memanggil namanya. Penampilan keempat aksi cowok ganteng dari personil The Rhioz sungguh mampu membius suasana café sore itu menjadi lebih meriah.
“Hey, Rin!! Kenapa kamu diam membisu tanpa satu kata pun?” ujar Nia sambil menepuk pundak Airin.
“Hah!! Aku baik-baik saja kok.” sahut Airin.
“Aah, bohooong!! Pasti kamu mulai suka kan dengan penampilan The Rhioz? Ya, iyalah The Rhioz itu band pensi paling ngetop di kota kita. Bahkan di kampus kita aja nama band The Rhioz sudah sangat populer, makanya jadi orang tuh jangan kuper kuper amat dong Rin.” ujar Nia meledek Airin
“Niiiiaaaaa… Kamu ini cuma tahunya tentang band The Rhioz aja. Emang kamu nggak mikirin tugas skripsimu yang masih ditolak dosen.” Sahut Airin dengan nada yang keras.
“Yaelaaah…!!! Bisa nggak sih, Rin satu hari aja tanpa mikirin skripsi.” Nia pun bergegas pergi meninggalkan Airin dan mulai menikmati kembali alunan lagu yang disuguhi oleh The Rhioz.
Keesokan harinya, tanpa disengaja Airin bertemu dengan Raka sang gitaris band The Rhioz di koridor kampus. Raka yang memiliki senyum manis, dan mempunyai postur badan besar dan tinggi serta mempunyai fans yang lebih banyak dibandingkan personil The Rhioz yang lainnya mampu membuat Airin jadi salah tingkah. Airin merasa malu ketika Raka berjalan menuju ke arahnya. Karena rasa malu yang dimilikinya, Airin pun mencoba beralih kearah kantin agar tidak berpapasan secara langsung dengan Raka sang gitaris manis itu.
Setelah beberapa menit Raka pun berlalu dari arahnya.
“Huuu, lega!! Akhirnya ia tak mengarah ke sini. Bisa salting gue kalau ketemu dengan dia secara langsung.” ujar Airin sambil menghembuskan nafasnya.
Airin pun mulai melanjutkan perjalanannya menuju ruangan Pak Anwar yaitu Dosen Pembimbing skripsinya. Airin terus berjalan dengan gaya cuek yang telah menjadi ciri khas dirinya, tanpa melihat orang-orang di sekelilingnya Airin terus berjalan lurus menuju ruangan Pak Anwar.
Setibanya sampai di depan ruang tunggu Pak Anwar. Airin pun dikagetkan dengan sosok laki-laki bertubuh besar dan tinggi yang sedang duduk di pojokan di ruang tunggu Pak Anwar. Ternyata, laki-laki itu adalah Raka. Sosok laki-laki yang mampu membuat dirinya menjadi salah tingkah dan gugup.
Di ruang tunggu Dosen, Airin terdiam bagaikan patung yang tak bisa bergerak, dan bicara. Tak henti-hentinya Airin memainkan handphone genggamnya sambil sesekali memandangi Raka yang saat itu sedang membaca buku, duduk di sebelahnya.
“Wah, ternyata nih cowok keren juga ya. Aku kira kerjaannya cuma bisa main gitar doang, ternyata dia juga suka membaca!” Pikir Airin.
Lamunan Airin terlalu dalam, sehingga ketika Raka mengarahkan pandangannya kearah Airin, Airin pun kaget dan kebingungan.
“Loe lihatin gue ya? Kenapa? Apa ada yang aneh dari muka gue?” Ujar Raka
“Enggaaak kok. Gue nggak lihatin loe. Dasar loenya aja yang kepedean.” Ujar Airin dengan raut wajah yang datar.
“Oh, gitu!!!” Sahut Raka dengan singkat
Raka pun tak menghiraukan Airin, ia masih asyik dengan buku bacaannya dan terus membaca hingga Pak Anwar tiba di ruangannya.
Tak lama kemudian Pak Anwar pun tiba di ruangannya. Beliau mengenakan kemeja putih polos dengan tatanan rambut yang rapi. Beliau tersenyum kepada seluruh mahasiswanya yang saat itu telah datang duluan untuk melakukan bimbingan skripsi dengannya.
Setelah secara bergiliran mengantri satu per satu masuk keruangan Pak Anwar, bimbingan pun usai. Airin dan Raka pun berpisah selayaknya orang biasa yang tak saling mengenal.
“Hey, kamu di mana? Tumben batang hidungmu belum kelihatan jam segini?” ujar Airin melalui pesan singkat yang ia kirimkan untuk Nia.
“Masih di bus nih. Kenapa? Kamu udah kangen ya sama aku? Ledek Nia dipesan singkat yang ia kirimkan untuk Airin.
“Buruan deh ke sini. Aku udah di kampus dari 35 menit yang lalu” Jawab Airin kembali dengan nada memaksa Nia agar segera tiba.
“Iya… iya sabaarr. Bentar lagi aku sampai kok.”
Beberapa menit kemudian, Nia pun tiba di kampus.
“Woy, benggong aja loe” Teriak Nia tepat di telinga Airin.
“Aahh loe ngagetin gue aja.” Airin pun terkejut
“By the way, aku mau cerita nih, tapi kamu harus janji ya jangan bilang ke siapa-siapa.” Sahut Airin dengan wajah yang serius.
“Oke, aku janji.” Ujar Nia mengulurkan jari kelingkingnya.
“Jadi gini ceritanya…”
“APAAAA…? Loe serius Rin? Loe nggak bohongi gue kan tentang cerita yang barusan loe ceritain?” Jawab Nia yang masih tak mempercayai hal itu.
“Yaelah, sejak kapan gue sering bohongin loe. Emang loe nggak lihat muka gue sudah serius begini!!” Ujar Airin dengan kesal.
“Heheh, maaf deh kalau gitu. Soalnya aku masih nggak percaya aja nih sama cerita kamu. By the way, jadi apa nih yang kamu rasakan setelah duduk bersebelahan dengan Raka? Apakah Raka semanis dan seganteng ketika ia sedang memainkan gitarnya? Ayooo dong Rin ceritain ke gue.” ujar Nia yang tak henti-hentinya mencerocos.
“Pertanyaan loe banyak baget sih, pusing gue dengernya. Mending loe lihat sendiri tuh idola loe.” sahut Airin dengan kesal.
Karena tak sanggup mendengarkan celotehan Nia, Airin pun pergi meninggalkan Nia yang tak henti-hentinya menanyakan tentang Raka sang cowok idolanya. Airin berjalan sendirian menuju kantin untuk mengisi perutnya yang sedang kelaparan. Ia membeli semangkok bakso dan es teh manis sebagai menu favoritnya.
Tak lama kemudian Raka dan teman-teman The Rhioz tiba di kantin tempat Airin sedang menyantap baksonya. Rasa jengkel Airin terhadap Raka masih saja menyelimuti hatinya. Ia merasa bahwa Raka adalah cowok sok kepedean yang ia kenal.
Keesokan harinya, dengan persiapan yang matang Airin pun siap melanjutkan bimbingannya dengan Pak Anwar. Ia telah melakukan perbaikan sesuai yang Pak Anwar inginkan. Dengan penuh harapan, ia berharap semoga hari ini adalah hari terakhir baginya untuk melakukan bimbingan. Rasa percaya dirinya membuat Airin melangkah dengan berani menuju ruangan Pak anwar.
Di ruang tunggu ruangan Pak Anwar, ternyata Raka telah lebih dulu datang dibandingkan Airin. Hari ini Raka terlihat semakin ganteng dan manis dengan kemeja polosnya yang berwarna navy. Penampilannya sangat berbeda dengan penampilannya ketika ia berada di panggung.
Meskipun Raka merupakan salah satu anggota band pensi terkenal di kampus, Entah kenapa suasana ruang tunggu tetap saja terasa hening, Semua mahasiswa sibuk dengan dirinya sendiri. Tak ada satu pun orang yang meminta foto dengan Raka meskipun ketika ia selesai performance bersama teman bandnya biasanya Raka kebanjiran fans yang meminta foto bersama dirinya, hal itu membuat Airin merasa aneh.
Ditengah-tengah lamunannya, tanpa ia sadari ternyata Raka pun mencoba mengajaknya mengobrol untuk mencairkan suasana hening siang itu.
“Hai..” sapa Raka
“Hai,” jawab Airin singkat
“Kamu bimbingan dengan Pak Anwar juga ya?” tanya Raka dengan singkat.
“Eem.. iya.”
“Owh, sama dong. aku juga bimbingan sama Pak Anwar.” ujar Raka dengan ramah
“Owh…” sahut Airin.
“Raka terpanah melihat tingkah Airin yang begitu cuek.”
“By the way, namamu siapa?” tanya Raka kembali.
“Aku Airin.” Kalau kamu siapa?” ujar Airin yang berpura-pura tidak tahu.
“Raka.” Raka pun tersenyum sambil mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Airin.
Berkali-kali Airin masih tak mempercayai bahwa hal ini akan terjadi pada dirinya. Setelah sebelumnya Raka bersikap sok cuek dan kepedean, hari ini Airin merasa terkagum kembali kepada Raka sang gitaris band The Rioz.
“Sungguh ini diluar dugaan yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya” ujar Airin dalam hatinya.
Satu jam berbincang-bincang dengan Raka membuat rasa bosan Airin menghilang. Akhirnya, Pak Anwar pun tiba. Beliau mengenakan batik panjang berwarna biru cerah dengan rambut yang tertata rapi ditambah sedikit senyum manis yang terkadang mengalihkan pandangan mahasiswa. sikap tegasnya terkadang membuat Airin menangis, beliau merupakan salah satu Dosen yang paling teliti untuk membimbing mahasiswanya dalam menyelesaikan skripsi.
Setelah secara bergantian mengantri untuk melakukan bimbingan dengan Pak Anwar. Akhirnya jam bimbingan pun telah usai. Airin dan Raka pun berpisah disana.. Tiba-tiba dari jarak yang berjauhan Raka lari-larian memanggil nama Airin.
“Airiiiiiiinn… Airinn, Hey tunggu dulu!!” ujar Raka memanggil Airin sambil berlari ke arah tempat Airin berhenti.
“Iya, kenapa?” jawab Airin singkat
“By the way boleh nggak aku minta Id Linemu?” tanya Raka kepada Airin.
“Emangnya untuk apa?” tanya Airin kembali
“Jadi gini…”
Setelah perbincangan singkat di tengah kampus tersebut akhirnya Raka mendapatkan Id Line Airin dan Airin pun tahu Id Line Raka si artis pensi itu.
“Aku tak pernah menyangka bahwa Raka akan seramah ini kepadaku. Meski dulunya aku sempat berpikir bahwa dia bukanlah cowok yang baik terhadap fans dan orang-orang di sekitarnya, ternyata tafsiranku terhadap dirinya selama ini salah” pikir Airin.
Semenjak pertukeran Id Line di kampus beberapa hari yang lalu, akhirnya Airin dan Raka sering chattingan disela-sela kesibukan mereka masing-masing.
“Hallo, Rin. Kamu lagi apa?” Tanya Raka
“Lagi revisi aja nih. Emangnya kamu lagi ngapain? Pasti lagi manggung ya? tanya Airin kembali kepada Raka
“Hahaha… nggak lah. Aku lagi ngejam aja sama The Rhioz.”
“Owh, gitu.” jawab Airin singkat
“Ya udah kalau kamu lagi sibuk, lanjutin aja revisinya. Maaf ya aku ganggu.” Jawab Raka menutupi obrolan malam itu.
Perbincangan yang sering mereka lakukan melalui Line membuat Airin menjadi tak keruan. Ia sering senyum-senyum sendiri sambil menatapi layar handphonenya dan berharap semoga Raka akan segera mengirimkan stiker lucu untuknya. Dan ternyata satu jam kemudian Raka mengirimkan sebuah stiker lucu untuk menyemangati Airin yang saat itu sedang merevisi skripsinya. Airin pun tertawa sambil menatap layar handphonenya. Tak henti-hentinya ia tersenyum manis dan memikirkan Raka. Kini Airin baru menyadari ternyata Raka bukanlah tipe cowok yang sombong, kepedean seperti pemikirannya sebelumnya. Airin sadar bahwa anggota The Rhioz adalah pemuda baik yang mau berteman sama siapa saja tanpa memandang latar belakang orang tersebut. Kini, pertemanan mereka semakin terjalin akrab dari hari ke hari, hingga akhirnya Airin pun menyadari bahwa kini hatinya telah terpincut oleh sang gitaris The Rhioz.
Cerpen Karangan: Rahmah Juwita Edy
Facebook: Rahmah Juwita Edy
Kepincut Hati Sang Gitaris
4/
5
Oleh
Unknown