Cinta? Sayangnya Aku Belum Mengerti

Baca Juga :
    Judul Cerpen Cinta? Sayangnya Aku Belum Mengerti

    Pernahkah kau yakin akan seseorang? Hanya yakin jika seseorang itu akan menjadi yang terakhir. Ya, cinta terakhirmu. Itu yang kurasakan sekarang.

    Dia, satu tingkat di atasku. Dia kakak kelas. Aku baru menyadari kehadirannya akhir akhir ini. Walau pun sekarang dia sudah kuliah. Awalnya aku tak tahu apapun tentangnya. Tapi setelah aku bertemu dengannya di tangga kelasku, aku baru menyadari aku punya kontak bbmnya. Itu pertemuanku yang pertama saat aku masih di kelas 11 dan dia kelas 12. Setelah itu, aku tak pernah bertemu dengannya sekalipun.

    Saat itu, aku mengikuti ektrakulikuler paduan suara di sekolahku. Sopran. Ya, suaraku sopran. Dan sopran selalu baris di depan. Kegiatan kegiatan paduan suara sangat menyenangkan, mulai dari menyanyi untuk upacara sampai diundang untuk menyanyi di acara partai. Hingga akhirnya tampil untuk perpisahan kelas 12.

    Gladi perpisahan. Ya, aku memang menunggu acara ini. Perpisahan kelas 12. Alasannya sederhana, hanya untuk melihatnya lagi. Dan ternyata dia jauh dari dugaanku, dia berdiri persis di depanku dan tersenyum padaku. Entah karena dia tahu aku entah karena dia orang yang ramah. Dia tersenyum padaku! Dia pintar malah lebih dari pintar. Nilai tertinggi dan masuk lewat jalur undangan. Dia selalu jadi kebanggaan. Kali ini aku bisa melihatnya lebih lama.

    Besoknya, acara perpisahan. Ini mungkin pertemuan terakhirku dengannya. Tapi tak apalah, mungkin Tuhan punya rencana lain. Dia memakai jas abu dengan dasi kuning dan yang membuatnya lebih tampan lagi dia tersenyum padaku! Lagi! Aku ingin sekali meminta berfoto bareng tapi aku terlalu malu untuk melakukannya. Dia akan melanjutkan sekolahnya dan meninggalkan sekolah ini. Dan mungkin ini akan semakin sulit untuk aku bisa bertemu dengannya.

    Kini aku kelas 12. Aku tak berharap banyak bisa bertemu dengannya lagi. Itu terlalu mustahil. Tapi Tuhan punya rencana lain. Tanggal 29 September 2016 dia ke sekolahku. Dia menjadi imam di mesjid sekolah. Aku tak menyadari jika itu adalah dia. Temanku yang berseru terlebih dahulu sebelum dia selesai melaksanakan sholat dzuhur. Karenanya, aku buru buru melihat ke shaf laki laki. Dan benar. Aku melihatnya lagi! Ini diluar dugaanku. Setelah dia dan temannya selesai, mereka langsung keluar -mungkin akan pulang. Aku membuntuti mereka hingga mereka keluar lapang. Mereka diam di sudut lapang dan seperti menunjuk ke arahku yang diam di sudut lapang yang lain. Temanku meneriakkan namaku dan namanya secara bersamaan membuat dia semakin melihat ke arahku. Karena sudah terlanjur malu, aku lari bersembunyi. Itu hal bodoh yang kulakukan waktu itu. Itu pertemuanku yang ke empat.

    Dan sekarang, setiap harinya aku berharap Tuhan selalu punya rencana yang hebat untukku. Aku hanya yakin dia adalah yang terakhir. Ya, walau aku tak begitu mengenalnya, walau aku baru bertemu dengannya empat kali, walau aku tak tahu ini nyata atau tidak, walau kesempatan bertemu bahkan mengenalnya sangat sedikit, dan walau dia tak mengenaliku, aku harap Tuhan punya rencana lain. Aku yakin Tuhan tak akan membiarkanku mempunyai perasaan ini berlama lama jika dia bukan orangnya.

    Cerpen Karangan: Adzhani Yusrina
    Facebook: Adzhani Yusrina

    Artikel Terkait

    Cinta? Sayangnya Aku Belum Mengerti
    4/ 5
    Oleh

    Berlangganan

    Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email