Bersama angin malam yang berdesir kutitipkan segenap rindu ini untukmu, rindu yang kini kutuang bersama kopi yang kusajikan untukmu. Manis semanis wajahmu, namun tak sepahit kisahku, teman.
“Riko ini kopi untukmu, kelihatannya kamu sangat lelah malam ini.” Kusiapkan secangkir kopi untuknya sambil kubereskan kertas-kertas yang hanya memenuhi meja kerjanya.
“Iya maaf aku hanya sedikit kurang enak badan saja Win, tapi aku takut proposal ini tidak terselesaikan malam ini sementara besok harus diserahkan.”
“Kalau begitu kamu lebih baik istirahat saja. Besok kita kan harus menghadiri kantor balai desa dan sekalian memberikan sumbangan kepada anak-anak panti asuhan kan?”
“Baiklah tunjuk saja yang lain supaya menyelesaikan proposal ini.”
“Maaf guys Riko kurang enak badan dia butuh istirahat, jangan sampai rencana kita besok gagal gara-gara ada yang sakit. Siapa yang mau menyelesaikan proposal ini?” karena aku harus membungkus banyak bingkisan untuk anak-anak panti jadi kutawarkan pekerjaan itu kepada teman-teman yang lain, ya walaupun mereka juga sedang sibuk membuat rencana kegiatan karang taruna untuk bulan agustus nanti.
“Okay siap komandan!” akhirnya Aris siap menggantikan Riko menyelesaikan proposal itu.
“Thank you bro, maaf aku izin istirahat dulu ya.” Riko langsung menuju kamar laki-laki di markas karang taruna kita.
Disela-sela kesibukan kita di kampus masing-masing kita selalu menyempatkan waktu untuk tetap menjaga organisasi karang taruna kita yang dibentuk sejak saat kami SMA. Bukan hanya dijaga namun kita berharap dapat memajukan masyarakat di sini. Banyak yang kita lakukan di desa ini seperti, mendirikan mushola kecil-kecilan, mengadakan sumbangan bagi anak-anak panti asuhan setiap sebulan sekali, memanfaatkan lahan untuk menanam berbagai sayur-sayuran, mengajak ibu rumah tangga untuk memproduksi kerajinan tangan, mendirikan perpustakaan untuk berbagai usia, dan masih banyak lagi.
Telah banyak yang organisasi kita lakukan dan pada akhirnya aku jatuh cinta pada Riko lelaki berpeci yang sangat sholeh, namun itu tidak mungkin aku lakukan karena dia satu tahun lebih muda dariku. Aku pun berusaha untuk menghapus rasa itu namun sialnya dia juga mencintaiku, akhirnya aku memintanya untuk mengabaikan rasa itu dan memberikannya pengertian bahwa kita tidak mungkin bersatu dengan usia kita yang berbeda.
“Assalamu’allaikum teman-teman, Alhamdulillah kita kedatangan personil baru perkenalkan ini sepupuku Andre dari Yogyakarta dia akan tinggal di rumahku karena orangtuanya juga pindah kesini.” Dengan begitu girangnya Venti memperkenalkan sepupunya.
What? Andre? Kenapa dia bisa ada di sini? Sial dia hadir lagi disaat aku mulai lupa tentangnya!
“Hay semua, perkenalkan namaku Andre aku warga baru di sini, seperti yang Venti bilang aku adalah sepupunya, aku senang bertemu kalian semua. Apakah aku diterima di organisasi kalian ini?” sepertinya Andre mengetahui aku berada di orgaisasi ini, pantas saja dengan begitu santainya dia memperkenalkan diri sambil menatap kearahku dengan tak henti-hentinya.
“Tentu saja, pintu terbuka lebar untuk sosok seganteng dirimu Andre.” Jawab Fitri yang sedikit kegenitan.
“Terimakasih kawan, selamat bergabung di organisasi kita. Semoga kau senang hadir di antara kami.” Riko menambahkan.
“Terimakasih aku senang bisa bergabung dengan kalian.” Lalu dia berjalan duduk bersama kami.
Jangan duduk di sebelaku Andre, please! Aku mohon, aku belum siap kamu ada di sebelahku. Aku belum yakin jika itu adalah kamu. Sial kamu nggak peka Ndre!.
“Hay Wina apa kabarmu? Lama kita tidak bertemu ya. Bagaimana kuliahmu?”
“I..iya alahamdulillah baik.” Aku belum siap diberi pertanyaan sedikitpun oleh Andre, dan aku berusaha untuk biasa saja. Namun aku mengingat apa yang telah kita jalani dulu selama SMA lalu dia pun pergi tanpa kabar selama kurang lebih tiga tahun ini dan dia datang kembali ke sini pun tak mengabariku.
“Masih seperti dulu.”
“Maksudnya?”
“Tidak. Kamu tidak menanyakan kembali kabar aku?”
“Maaf, tapi aku tahu pasti kamu akan menjawab baik-baik saja. Jadi, kenapa aku harus bertanya?”
Saat mentari mulai menari di ujung timur membangunkan dunia seisinya, meyakinkan burung untuk terus berkicau menggugah semangat bagi makhluk-makhluk yang masih meringkuk di umpatan selimut. Kita bergegas membersihkan diri dan mempersiapkan strategi hari ini dan berharap super hero menyertai.
“Selamat pagi guys. Pagi ini kita akan mengajukan proposal ke kantor balai desa dan semua harus ikut, setelah selesai kita langsung menuju ke panti. Bawa semua ke mobil, jangan ada yang tertinggal.” Jelas lelaki berkumis tipis, hitam manis, bibir selapis, peci simetris, semua yang ada dalam dirinya itu yang membuatku jatuh hati, terutama kedewasaannya yang luar biasa menjadi, ahh sudahlah itu tidak mungkin terjadi untuk kita Riko!
Lalu kami semua mempersiapkan yang akan dibawa. Aku mencoba untuk mengangkat kardus berisi banyak sembako untuk anak panti. Sial ini berat! Dan tiba-tiba Andre mengambil kardus berat itu dari tanganku. Aku bingung dengan kelakuanya seolah dia masih mengharapkanku, namun aku pun demikian tapi setelah mengingat saat dia menghilang begitu saja aku kini tidak begitu percaya dengannya. Entahlah aku masih belum mengerti sebenarnya siapa yang aku cintai, Riko atau Andre. Ups! Aku harus bersikap tak peduli dengan Andre, aku bukan wanita bodoh yang mau dipermainkan oleh kelakuannya.
Setelah menyerahkan proposal, kami semua langsung menuju ke panti dan mempersiapkan pesta karena salah satu dari anak panti itu berulang tahun. Pesta dansa pun dimualai, saat aku sedang bersama Kinan tiba-tiba dia menyuruhku berdansa dengan Andre. Aku sempat menolak tetapi Kinan memaksaku, apa boleh buat?
“Kakak lihatlah, dia pantas untuk berdansa dengan kakak. Ayo kakak lakukan untukku, aku ingin melihat kakak berdansa dengannya.” Kinan menunjuk Andre yang sedang tersenyum melihat aku denganya bersama.
“Tidak Kinan, bagaimana kalau kakak itu berdansa bersama Kinan saja? Pasti bagus, kakak senang melihatnya.” Aku berusaha menolak, karena itu tidak mungkin aku lakukan. Jangan sampai aku berdansa dengannya.
“Ayolah kak, aku mohon jadikan itu kado ulang tahunku dari kakak. Please!” Kinan terus memaksaku. Dan Andre lah yang menghampiriku terlebih dahulu seolah dia sangat senang dengan permintaan Kinan, sepertinya dia masih berharap aku ada untuknya.
“Ayolah kita berdansa, turuti kemauan Kinan.” Andre meraih tanganku dan mulai mengajakku beerdansa.
“Wina kamu pasti membenciku setelah kejadian itu ya? Aku tidak bermaksud untuk membuatmu marah dan menangis, aku menghilang tanpa kabar itu karena saat itu aku pindah ke Yogyakarta dan di sana aku dijodohkan oleh ibuku dan ponselku pun diminta oleh ibuku lalu menggantinya dengan nomor yang baru. Itu hanya akalan ibuku saja agar aku tidak bisa berhubungan dengan siapa pun yang aku harapkan di sini.” Jelas Andre yang merasa bersalah.
“Lalu kamu tinggal diam, tidak memperjuangkanku, dan memilih bertunangan dengannya?”
“Tidak Wina, saat itu aku mencoba untuk kabur dari sana dan kembali ke sini namun itu semua sia-sia karena ibuku menyuruh banyak orang untuk mengawalku dan mencegahku untuk tidak ke mana-mana. Aku sakit selama dua minggu karena aku tidak mau dijodohkan aku hanya mau denganmu saja Wina. Akhirnya ibuku pun mengundurkan pertunanganku dengan cewek pilihan ibuku itu.”
“Lalu apa alasanmu kembali ke sini?”
“Aku kembali ke sini bersama orangtuaku karena di sana kami menderita, keluarga cewek pilihan ibuku itu balas dendam dengan kami karena aku tidak mau dijodohkan. Perusahaan ayahku pun hancur di tangan mereka dan akhirnya keluargaku memutuskan untuk kembali ke sini.”
“Kamu membiarkan perusahaan keluargamu hancur karena kamu?”
“Iya aku juga merasa bersalah, tetapi semenjak ibuku melihat calon tunanganku sedang berdua dengan pacarnya di mall Alhamdulillah ibuku berniat membatalkan pertunangan itu. Dan semenjak saat itu lah mereka membenci kami dan melakukan semua itu kepada kami. Dan mungkin lewat ini Tuhan mengizinkan kita untuk bersama kembali.”
“Tapi Andre, aku tidak mungkin melakukannya.”
“Kenapa? Apa kamu sudah milik orang lain? Sungguh kembalilah bersamaku Wina. Aku mohon, aku sangat mencintaimu.”
“Tidak Andre, aku benar-benar sudah berusaha melupakan rasa ini untukmu dan aku tidak mau terluka lagi.”
“Baik, mungkin kamu bisa memikirkannya lagi dan aku berharap kamu nanti berkata iya untukku. Aku selalu menunggu jawaban darimu Wina.”
Musik masih mengalun perlahan kulepas pegangan Andre dan kualihkan raga menuju pikuknya anak-anak panti. Sungguh hati ini berhenti di pertigaan dan tak tahu ke arah mana aku akan menuju, Andre atau Riko. Jujur semenjak Andre hadir kembali aku gagal menghilangkan perasaan ini, namun aku juga sangat mencintai Riko.
Panas yang mulai meredup, angin yang mulai berdesir mengajak dedaunan menari bersalam-salaman menciptakan bunyi yang mendamaikan hati. Tersadar dari lamunanku karena ada suara motor menghampiri rumahku.
Mengganggu saja! Ini kan jam istirahatku, seharusnya aku tidur siang ini.
Dengan malas kupaksakan diri untuk membuka pintu, kuintip dahulu dari balik gorden jendela dan itu adalah Riko.
Wah Riko. Tentunya pintu akan terbuka lebar untukmu dan bukan hanya pintu tetapi hatiku juga hehe.
“Assalamu’allaikum.”
“Wa’allaikumsalam. Silahkan masuk Riko, ada apa?”
“Kangen kamu lah.”
“Apaan, aku tanya serius Riko.”
“Ya aku juga serius. Kedatanganku ke sini yang pertama ya aku rindu denganmu Wina dan yang ke dua aku mau memberimu tugas, ini undangan untuk takmir masjid dan orang tua anak-anak TPQ kamu yang membagi ya soalnya acara di masjid akan dimajukan besok.”
“Okay baiklah, harus hari ini?”
“Iya lah. Ajak saja Andremu itu.”
“Oh jadi kamu jealous nih? Pantas saja kemarin kamu pulang dulu dan tidak pamitan denganku.”
“Kata Venti dia itu mantanmu kan? Dan sepertinya kamu kembali dengannya. Jadi, percuma aku menantimu sepanjang hari dan berharap kamu akan memilih untuk mempertahankan rasa cinta itu untukku.”
“Aku tidak kembali bersamanya Rik. Tapi ternyata dia menghilang selama ini bukan bermaksud untuk menyakitiku, aku salah menilainya selama ini. Dan ternyata dia masih mengharapkanku juga. Sungguh aku tidak tahu harus bagaimana.”
“Baiklah Win aku tidak akan melarangmu untuk kembali bersamanya. Tapi ketahuilah Win aku di sini masih akan tetap menunggumu walaupun mungkin kamu bersamanya.”
“Riko tapi kita tidak mungkin bisa bersatu, kita beda usia. Banyak di luar sana wanita yang lebih muda darimu, dan lebih baik dariku.”
“Tidak. Bagiku di dunia ini hanya kamu yang paling sempurna Wina. Baiklah aku pamit dulu ya, maaf mengganggu. Assalamu’allaikum.”
“Wa’allaikumsalam.”
Di tengah eufoyanya acara tahun baru, beriring bunyi gelegar kembang api yang terlukis di langit terang, bintang pun turut hadir mengawalnya. Kucoba untuk menghapus luka yang kau buat untukku Andre. Setelah empat bulan kita kembali menjalin hubungan dan kau memilih mengkhianatiku. Ahh sudah lah! Perlahan kusingkirkan semua luka yang sedang memelukku dan aku mulai terjebak oleh hangatnya kenyamanan. Dewasanya perkataanmu membuatku ingin selalu bersandar di bahumu Riko dan kau berikan kukebebasan untuk mengatakan keluh kesahku, begitu pula sebaliknya.
“Wina lihatlah di antara beribu bintang yang ada hanya satu yang paling terang, dia lah yang selalu memancarkan seluruh cahayanya sebagai hadiah untuk makhluk yang punya cerita meski akan sampai berjuta tahun lagi namun dia tak pernah menyerah dan melenyapkan diri, dia tetap tegar dalam takdirnya. Seperti kamu yang seharusnya tetap tersenyum walau kau sedang terluka Wina.”
“Itu pasti, Riko. Dan seperti beribu bintang yang lain ia juga membutuhkan langit yang cerah untuk dapat menghadirkan dirinya untuk makhluk-makhluk yang punya cerita.”
“Dan aku lah langit cerah itu yang akan selalu bersedia untuk membuat bintang itu tetap menampakan dirinya untuk semua makhluk-Nya. Wina aku mencintaimu, aku ingin menikah denganmu, bagiku perbedaan usia bukan jadi masalah karena yang terpenting adalah bagaimana kita bisa membangun keluarga yang sakinnah, mawaddah, warrohmah.”
“Aku juga mencintaimu Riko, insya Allah aku bersedia.”
Dua tahun kemudian kita sukses dibidang masing-masing dan kami menikah. Alhamdulillah lelaki berpeci yang beriman itu menjadi imamku dan perbedaan usia kita sama sekali tidak menjadi masalah Karena keluarga Riko sudah mengenalku sejak aku kecil, mereka menyukaiku. Dan setelah dua tahun menikah kita dikaruniani anak laki-laki dan perempuan. Semoga cinta kita abadi sampai di akhirat kelak.
Cerpen Karangan: Yesi Dyah Septiani
Facebook: Yesi Dyah Septiani
“Riko ini kopi untukmu, kelihatannya kamu sangat lelah malam ini.” Kusiapkan secangkir kopi untuknya sambil kubereskan kertas-kertas yang hanya memenuhi meja kerjanya.
“Iya maaf aku hanya sedikit kurang enak badan saja Win, tapi aku takut proposal ini tidak terselesaikan malam ini sementara besok harus diserahkan.”
“Kalau begitu kamu lebih baik istirahat saja. Besok kita kan harus menghadiri kantor balai desa dan sekalian memberikan sumbangan kepada anak-anak panti asuhan kan?”
“Baiklah tunjuk saja yang lain supaya menyelesaikan proposal ini.”
“Maaf guys Riko kurang enak badan dia butuh istirahat, jangan sampai rencana kita besok gagal gara-gara ada yang sakit. Siapa yang mau menyelesaikan proposal ini?” karena aku harus membungkus banyak bingkisan untuk anak-anak panti jadi kutawarkan pekerjaan itu kepada teman-teman yang lain, ya walaupun mereka juga sedang sibuk membuat rencana kegiatan karang taruna untuk bulan agustus nanti.
“Okay siap komandan!” akhirnya Aris siap menggantikan Riko menyelesaikan proposal itu.
“Thank you bro, maaf aku izin istirahat dulu ya.” Riko langsung menuju kamar laki-laki di markas karang taruna kita.
Disela-sela kesibukan kita di kampus masing-masing kita selalu menyempatkan waktu untuk tetap menjaga organisasi karang taruna kita yang dibentuk sejak saat kami SMA. Bukan hanya dijaga namun kita berharap dapat memajukan masyarakat di sini. Banyak yang kita lakukan di desa ini seperti, mendirikan mushola kecil-kecilan, mengadakan sumbangan bagi anak-anak panti asuhan setiap sebulan sekali, memanfaatkan lahan untuk menanam berbagai sayur-sayuran, mengajak ibu rumah tangga untuk memproduksi kerajinan tangan, mendirikan perpustakaan untuk berbagai usia, dan masih banyak lagi.
Telah banyak yang organisasi kita lakukan dan pada akhirnya aku jatuh cinta pada Riko lelaki berpeci yang sangat sholeh, namun itu tidak mungkin aku lakukan karena dia satu tahun lebih muda dariku. Aku pun berusaha untuk menghapus rasa itu namun sialnya dia juga mencintaiku, akhirnya aku memintanya untuk mengabaikan rasa itu dan memberikannya pengertian bahwa kita tidak mungkin bersatu dengan usia kita yang berbeda.
“Assalamu’allaikum teman-teman, Alhamdulillah kita kedatangan personil baru perkenalkan ini sepupuku Andre dari Yogyakarta dia akan tinggal di rumahku karena orangtuanya juga pindah kesini.” Dengan begitu girangnya Venti memperkenalkan sepupunya.
What? Andre? Kenapa dia bisa ada di sini? Sial dia hadir lagi disaat aku mulai lupa tentangnya!
“Hay semua, perkenalkan namaku Andre aku warga baru di sini, seperti yang Venti bilang aku adalah sepupunya, aku senang bertemu kalian semua. Apakah aku diterima di organisasi kalian ini?” sepertinya Andre mengetahui aku berada di orgaisasi ini, pantas saja dengan begitu santainya dia memperkenalkan diri sambil menatap kearahku dengan tak henti-hentinya.
“Tentu saja, pintu terbuka lebar untuk sosok seganteng dirimu Andre.” Jawab Fitri yang sedikit kegenitan.
“Terimakasih kawan, selamat bergabung di organisasi kita. Semoga kau senang hadir di antara kami.” Riko menambahkan.
“Terimakasih aku senang bisa bergabung dengan kalian.” Lalu dia berjalan duduk bersama kami.
Jangan duduk di sebelaku Andre, please! Aku mohon, aku belum siap kamu ada di sebelahku. Aku belum yakin jika itu adalah kamu. Sial kamu nggak peka Ndre!.
“Hay Wina apa kabarmu? Lama kita tidak bertemu ya. Bagaimana kuliahmu?”
“I..iya alahamdulillah baik.” Aku belum siap diberi pertanyaan sedikitpun oleh Andre, dan aku berusaha untuk biasa saja. Namun aku mengingat apa yang telah kita jalani dulu selama SMA lalu dia pun pergi tanpa kabar selama kurang lebih tiga tahun ini dan dia datang kembali ke sini pun tak mengabariku.
“Masih seperti dulu.”
“Maksudnya?”
“Tidak. Kamu tidak menanyakan kembali kabar aku?”
“Maaf, tapi aku tahu pasti kamu akan menjawab baik-baik saja. Jadi, kenapa aku harus bertanya?”
Saat mentari mulai menari di ujung timur membangunkan dunia seisinya, meyakinkan burung untuk terus berkicau menggugah semangat bagi makhluk-makhluk yang masih meringkuk di umpatan selimut. Kita bergegas membersihkan diri dan mempersiapkan strategi hari ini dan berharap super hero menyertai.
“Selamat pagi guys. Pagi ini kita akan mengajukan proposal ke kantor balai desa dan semua harus ikut, setelah selesai kita langsung menuju ke panti. Bawa semua ke mobil, jangan ada yang tertinggal.” Jelas lelaki berkumis tipis, hitam manis, bibir selapis, peci simetris, semua yang ada dalam dirinya itu yang membuatku jatuh hati, terutama kedewasaannya yang luar biasa menjadi, ahh sudahlah itu tidak mungkin terjadi untuk kita Riko!
Lalu kami semua mempersiapkan yang akan dibawa. Aku mencoba untuk mengangkat kardus berisi banyak sembako untuk anak panti. Sial ini berat! Dan tiba-tiba Andre mengambil kardus berat itu dari tanganku. Aku bingung dengan kelakuanya seolah dia masih mengharapkanku, namun aku pun demikian tapi setelah mengingat saat dia menghilang begitu saja aku kini tidak begitu percaya dengannya. Entahlah aku masih belum mengerti sebenarnya siapa yang aku cintai, Riko atau Andre. Ups! Aku harus bersikap tak peduli dengan Andre, aku bukan wanita bodoh yang mau dipermainkan oleh kelakuannya.
Setelah menyerahkan proposal, kami semua langsung menuju ke panti dan mempersiapkan pesta karena salah satu dari anak panti itu berulang tahun. Pesta dansa pun dimualai, saat aku sedang bersama Kinan tiba-tiba dia menyuruhku berdansa dengan Andre. Aku sempat menolak tetapi Kinan memaksaku, apa boleh buat?
“Kakak lihatlah, dia pantas untuk berdansa dengan kakak. Ayo kakak lakukan untukku, aku ingin melihat kakak berdansa dengannya.” Kinan menunjuk Andre yang sedang tersenyum melihat aku denganya bersama.
“Tidak Kinan, bagaimana kalau kakak itu berdansa bersama Kinan saja? Pasti bagus, kakak senang melihatnya.” Aku berusaha menolak, karena itu tidak mungkin aku lakukan. Jangan sampai aku berdansa dengannya.
“Ayolah kak, aku mohon jadikan itu kado ulang tahunku dari kakak. Please!” Kinan terus memaksaku. Dan Andre lah yang menghampiriku terlebih dahulu seolah dia sangat senang dengan permintaan Kinan, sepertinya dia masih berharap aku ada untuknya.
“Ayolah kita berdansa, turuti kemauan Kinan.” Andre meraih tanganku dan mulai mengajakku beerdansa.
“Wina kamu pasti membenciku setelah kejadian itu ya? Aku tidak bermaksud untuk membuatmu marah dan menangis, aku menghilang tanpa kabar itu karena saat itu aku pindah ke Yogyakarta dan di sana aku dijodohkan oleh ibuku dan ponselku pun diminta oleh ibuku lalu menggantinya dengan nomor yang baru. Itu hanya akalan ibuku saja agar aku tidak bisa berhubungan dengan siapa pun yang aku harapkan di sini.” Jelas Andre yang merasa bersalah.
“Lalu kamu tinggal diam, tidak memperjuangkanku, dan memilih bertunangan dengannya?”
“Tidak Wina, saat itu aku mencoba untuk kabur dari sana dan kembali ke sini namun itu semua sia-sia karena ibuku menyuruh banyak orang untuk mengawalku dan mencegahku untuk tidak ke mana-mana. Aku sakit selama dua minggu karena aku tidak mau dijodohkan aku hanya mau denganmu saja Wina. Akhirnya ibuku pun mengundurkan pertunanganku dengan cewek pilihan ibuku itu.”
“Lalu apa alasanmu kembali ke sini?”
“Aku kembali ke sini bersama orangtuaku karena di sana kami menderita, keluarga cewek pilihan ibuku itu balas dendam dengan kami karena aku tidak mau dijodohkan. Perusahaan ayahku pun hancur di tangan mereka dan akhirnya keluargaku memutuskan untuk kembali ke sini.”
“Kamu membiarkan perusahaan keluargamu hancur karena kamu?”
“Iya aku juga merasa bersalah, tetapi semenjak ibuku melihat calon tunanganku sedang berdua dengan pacarnya di mall Alhamdulillah ibuku berniat membatalkan pertunangan itu. Dan semenjak saat itu lah mereka membenci kami dan melakukan semua itu kepada kami. Dan mungkin lewat ini Tuhan mengizinkan kita untuk bersama kembali.”
“Tapi Andre, aku tidak mungkin melakukannya.”
“Kenapa? Apa kamu sudah milik orang lain? Sungguh kembalilah bersamaku Wina. Aku mohon, aku sangat mencintaimu.”
“Tidak Andre, aku benar-benar sudah berusaha melupakan rasa ini untukmu dan aku tidak mau terluka lagi.”
“Baik, mungkin kamu bisa memikirkannya lagi dan aku berharap kamu nanti berkata iya untukku. Aku selalu menunggu jawaban darimu Wina.”
Musik masih mengalun perlahan kulepas pegangan Andre dan kualihkan raga menuju pikuknya anak-anak panti. Sungguh hati ini berhenti di pertigaan dan tak tahu ke arah mana aku akan menuju, Andre atau Riko. Jujur semenjak Andre hadir kembali aku gagal menghilangkan perasaan ini, namun aku juga sangat mencintai Riko.
Panas yang mulai meredup, angin yang mulai berdesir mengajak dedaunan menari bersalam-salaman menciptakan bunyi yang mendamaikan hati. Tersadar dari lamunanku karena ada suara motor menghampiri rumahku.
Mengganggu saja! Ini kan jam istirahatku, seharusnya aku tidur siang ini.
Dengan malas kupaksakan diri untuk membuka pintu, kuintip dahulu dari balik gorden jendela dan itu adalah Riko.
Wah Riko. Tentunya pintu akan terbuka lebar untukmu dan bukan hanya pintu tetapi hatiku juga hehe.
“Assalamu’allaikum.”
“Wa’allaikumsalam. Silahkan masuk Riko, ada apa?”
“Kangen kamu lah.”
“Apaan, aku tanya serius Riko.”
“Ya aku juga serius. Kedatanganku ke sini yang pertama ya aku rindu denganmu Wina dan yang ke dua aku mau memberimu tugas, ini undangan untuk takmir masjid dan orang tua anak-anak TPQ kamu yang membagi ya soalnya acara di masjid akan dimajukan besok.”
“Okay baiklah, harus hari ini?”
“Iya lah. Ajak saja Andremu itu.”
“Oh jadi kamu jealous nih? Pantas saja kemarin kamu pulang dulu dan tidak pamitan denganku.”
“Kata Venti dia itu mantanmu kan? Dan sepertinya kamu kembali dengannya. Jadi, percuma aku menantimu sepanjang hari dan berharap kamu akan memilih untuk mempertahankan rasa cinta itu untukku.”
“Aku tidak kembali bersamanya Rik. Tapi ternyata dia menghilang selama ini bukan bermaksud untuk menyakitiku, aku salah menilainya selama ini. Dan ternyata dia masih mengharapkanku juga. Sungguh aku tidak tahu harus bagaimana.”
“Baiklah Win aku tidak akan melarangmu untuk kembali bersamanya. Tapi ketahuilah Win aku di sini masih akan tetap menunggumu walaupun mungkin kamu bersamanya.”
“Riko tapi kita tidak mungkin bisa bersatu, kita beda usia. Banyak di luar sana wanita yang lebih muda darimu, dan lebih baik dariku.”
“Tidak. Bagiku di dunia ini hanya kamu yang paling sempurna Wina. Baiklah aku pamit dulu ya, maaf mengganggu. Assalamu’allaikum.”
“Wa’allaikumsalam.”
Di tengah eufoyanya acara tahun baru, beriring bunyi gelegar kembang api yang terlukis di langit terang, bintang pun turut hadir mengawalnya. Kucoba untuk menghapus luka yang kau buat untukku Andre. Setelah empat bulan kita kembali menjalin hubungan dan kau memilih mengkhianatiku. Ahh sudah lah! Perlahan kusingkirkan semua luka yang sedang memelukku dan aku mulai terjebak oleh hangatnya kenyamanan. Dewasanya perkataanmu membuatku ingin selalu bersandar di bahumu Riko dan kau berikan kukebebasan untuk mengatakan keluh kesahku, begitu pula sebaliknya.
“Wina lihatlah di antara beribu bintang yang ada hanya satu yang paling terang, dia lah yang selalu memancarkan seluruh cahayanya sebagai hadiah untuk makhluk yang punya cerita meski akan sampai berjuta tahun lagi namun dia tak pernah menyerah dan melenyapkan diri, dia tetap tegar dalam takdirnya. Seperti kamu yang seharusnya tetap tersenyum walau kau sedang terluka Wina.”
“Itu pasti, Riko. Dan seperti beribu bintang yang lain ia juga membutuhkan langit yang cerah untuk dapat menghadirkan dirinya untuk makhluk-makhluk yang punya cerita.”
“Dan aku lah langit cerah itu yang akan selalu bersedia untuk membuat bintang itu tetap menampakan dirinya untuk semua makhluk-Nya. Wina aku mencintaimu, aku ingin menikah denganmu, bagiku perbedaan usia bukan jadi masalah karena yang terpenting adalah bagaimana kita bisa membangun keluarga yang sakinnah, mawaddah, warrohmah.”
“Aku juga mencintaimu Riko, insya Allah aku bersedia.”
Dua tahun kemudian kita sukses dibidang masing-masing dan kami menikah. Alhamdulillah lelaki berpeci yang beriman itu menjadi imamku dan perbedaan usia kita sama sekali tidak menjadi masalah Karena keluarga Riko sudah mengenalku sejak aku kecil, mereka menyukaiku. Dan setelah dua tahun menikah kita dikaruniani anak laki-laki dan perempuan. Semoga cinta kita abadi sampai di akhirat kelak.
Cerpen Karangan: Yesi Dyah Septiani
Facebook: Yesi Dyah Septiani
Kau lah Imamku
4/
5
Oleh
Unknown