Perjuanganku

Baca Juga :
    Saat larut malam di sebuah rumah sakit yang semua pengunjungnya tertidur dan sebagian sibuk dengan pekerjaannya masing masing. Terlihat seorang laki laki yang berumur sekitar 20 tahun sedang duduk termenung di bangku di depan ruang ICU menunggu seorang perempuan paruh baya yang sedang terbaring di ruang ICU yang tubuhnya terdapat kabel kabel.

    Matahari mulai menyinari bumi dengan cahaya yang masih redup. Dan seorang perawat sudah memulai pekerjannya, ia berjalan menuju ruangan ICU sepertinya akan memeriksa si pasiennya. Dan masih ada seorang yang telah setia menunggu si pasien hingga berhari hari. Saat perawat keluar dari ruangan seperti biasa laki laki itu bertanya tentang keadaan si pasien.

    “Sus.. apakah keadaan ibu saya sudah membaik?”
    “Keadaannya menurun… saya harus cepat memanggil dokter untuk memeriksa pasien lebih lanjut.” jawab perawat tergesa gesa.
    Laki laki itu pun tidak tenang dan mondar mandir menunggu sang dokter. Tidak lama kemudian dokter pun datang dan langsung memeriksa keadaan pasien.

    Setelah sepuluh menit dokter dan perawat berada di dalam ruangan akhirnya keluar.
    “Dok.. ada apa dengan ibu saya?”
    “Apakah anda keluarganya?”
    “Iya dok.. saya Rian, anaknya yang bertanggung jawab atas semuanya.”
    “Kalau begitu mari ikut ke ruangan saya.”
    Mereka pun berjalan menuju ruangan sang dokter.

    “Silahkan duduk.”ucap sang dokter.
    “Iya makasih. lalu ibu saya kenapa dok?”
    “Ginjal ibu anda suda tidak berfungsi dan kebetulan ginjal di rumah sakit ini sudah habis. Anda saya minta mencari secepatnya donor ginjal kalau tidak ada Saya akan mencari di rumah sakit lain.” jelas sang dokter.
    “Baik dok.. apakah ibu saya masih bisa sembuh?”
    “Masih ada harapan untuk ibu anda sehat kembali.”
    “Kalau begitu makasih dok..”
    Rian meninggalkan ruangan tersebut dan berjalan keluar dari rumah sakit. Rian menyusuri jalan setapak demi tapak mencari pendonor ginjal.

    “Apakah anda ingin mendonorkan ginjal anda?” tanya Rian ke semua orang yang ditemuinya, namun setiap orang hanya menggelengkan kepalanya.

    Matahari semakin menyengat namun belum ada satu orang pun yang mau mendonorkan ginjalnya. Akhirnya Rian berhenti di sebuah taman sambil memikiran cara untuk mendapatkan ginjal untuk kesembuhan ibunya. Saat Rian putus asa untuk mendapat pendonor mengingat begitu sulitnya untuk mendapatkan sebuah ginjal, Rian teringat apa yang dikatakan sang dokter bahwa dokter akan mencarikannya di rumah sakit. Dan Rian tiba tiba kembali bingung karena harus mendapatkan uang yang cukup banyak dari mana, dia pun juga tidak kerja. Tapi di hati Rian akan tetap berusaha karena pikirnya mencari uang lebih mudah daripada mencari ginjal.

    Tak sengaja Rian melihat seorang kakek yang memakai pakaian resmi dan membawa tas keluar dari mobil mewah. Terlintas sekilas di pikirannya ingin mencuri tas tersebut, namun ia sadar itu adalah perbuatan tidak baik. Setelah dipikir pikir mencari uang sebanyak itu pasti sulit, satu satunya cara sebelum ibunya terlambat adalah membawa tas itu untuk diberikan ke dokter.
    “bagaimana cara membawa tas itu pergi.” ucapnya sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

    Tiba tiba kakek tersebut mengangkat teleponnya yang berbunyi, dan kebetulan tas itu diletakkan di sebelahnya. Rian pun langsung menegakkan tubuhnya dari kursi taman dan melangkahkan kakinya menuju bangku si kakek yang berada agak jauh di samping bangkunya. Saat tepat di samping bangku si kakek dan kakek itu masih sibuk dengan teleponnya, saat keadaan sepi dengan berat hati Rian langsung membawa tas kakek tersebut mengingat keadaan ibunya yang sangat membutuhkan ginjal.

    Setelah Rian berhasil membawa uang tersebut ia pergi tanpa sepengetahuan si kakek dan Rian langsung membuka tas itu saat dirinya sudah lumayan jauh dari kursi si kakek. Setelah dilihat ternyata isi dari tas tersebut adalah uang pecahan seratus ribuan berlembar lembar hampir memenuhi tas tersebut lalu ia segera menutup tas tersebut dan membawanya pergi.

    Lalu Rian berjalan menuju rumah sakit, saat di perjalanan Rian sempat memikirkan nasib si kakek karena uangnya telah dicuri olehnya.

    Setelah 20 menit berjalan akhirnya Rian sampai di rumah sakit dan akan menemui dokter. Namun dokter tidak ada di ruangannya, saat ada seorang perawat Rian menanyakan keberadaan sang dokter.
    “Sus.. dokter Hendra di mana ya?”
    “oo.. dokter Hendra baru saja pergi, mungkin nanti akan kembali, lebih baik anda tunggu dulu.”
    “Iya sus.. nanti kalau dokter Hendra sudah datang tolong panggil saya ya, di depan ruang ICU.”
    “baiklah.”

    Lalu Rian pergi menuju tempat duduk yang biasa dia duduki saat menunggu ibunya. Telah lama Rian berada di tempat itu, lalu ia menegakkan tubuhnya dan ingin pergi ke toilet namun tiba tiba ada seorang yang memanggilnya.
    “Tunggu.”
    “Iya sus.. ada apa?”
    “Dokter Hendra sudah datang dan jika anda ingin menemuinya silahkan ke ruangannya.”
    “baiklah sus..”

    Lalu Rian pun langsung pergi ke ruangan dokter Hendra namun Rian tiba tiba begitu kaget dan menghentikan langkahnya saat melihat dokter Hendra berada di depannya bersama seorang kakek yang ada di taman tadi.
    “Rian.. kebetulan kamu ada di sini tadi saya ingin menemuimu.”
    Rian hanya diam dan meletakkan tasnya di belakang tubuhnya karena takut ketahuan si kakek.
    “I..iya.. Dok.. tadi saya juga akan menemui dokter karena saya akan memberikan uang untuk mendapatkan ginjal untuk ibu saya.”
    “Oo.. jadi ibu kamu yang membutuhkan ginjal. Saya akan mendonorkan ginjal saya untuk ibu anda.”
    Lagi lagi Rian hanya terdiam dan tertegun mendengar apa yang dibicarakan kakek itu.
    “Apakah kakek yakin ingin mendonorkan ginjal untuk ibu saya?”
    “Iya nak.. mungkin umur kakek tidak lama lagi dan kakek ingin menyumbangkan organ kakek pada yang lebih membutuhkan.”
    “Makasih kek… kek ada sesuatu yang ingin saya bicarakan dengan kakek.”
    “Baiklah nak.. kita duduk di kursi itu aja.”
    Mereka duduk di kursi yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri dan dokter Hendra memberi waktu untuk mereka berbicara.

    “kek maafkan saya.. kakek boleh menghukum saya bila kakek marah, tapi jangan urungkan niat kakek untuk mendonorkan ginjal kakek untuk ibu saya.” Rian masih tetap menyembunyikan tasnya.
    “Memangnya ada apa?” tanya kakek bingung.
    “ini kek.. maafkan saya kek karena saya terpaksa telah mencuri tas kakek demi ibu saya.”
    Sambil menyodorkan tas itu ke kakek.
    “ternyata kamu yang telah mencuri tas itu.. kakek tidak marah kok sama kamu tapi kamu jangan mengulanginya lagi karena itu perbuatan yang egois, kamu tidak boleh mementingkan dirimu sendiri.” jelas kakek menasehati Rian.
    “iya kek.. saya tidak akan mengulanginya lagi, maafkan saya ya kek..”
    “iya..”



    Tiba tiba dokter memanggil kakek untuk bersiap siap untuk mendonorkan ginjalnya.
    “Kek.. sekali lagi, makasih ya..”

    Berjalan 2 jam operasi dilaksanakan Rian hanya berdoa untuk keselamatan ibunya dan si kakek. Dan tidak lama kemudian dokter keluar dari ruang operasi.
    “dok apakah semuanya baik baik saja?” tanya Rian khawatir.
    “semuanya berjalan lancar.. kami akan memindahkan mereka ke ruang rawat dan hanya menunggu mereka sadar saja.”
    “Baiklah dok..” Rian menghembuskan nafas lega.

    Setelah beberapa lama Rian menuggu ibunya, kemudian ibunya membuka matanya secara perlahan dan Rian begitu senang lalu memanggil dokter. Dan dokter Hendra pun datang memeriksa ibu Rian.
    “Dok… apakah ibu saya sudah membaik.”
    “Sudah kok.. keadannya sudah membaik tetapi masih harus dirawat. Ya udah saya tinggal dulu ya.”
    “Iya.. dok.”
    Rian langsung memeluk ibunya karena betapa senangnya bahwa ibunya telah sadar, hingga ibunya meneteskan air mata.
    “Ibu.. maafkan Rian ya bu, sekarang ibu istirahat dulu ya.”
    Ibunya hanya mengelus kepala Rian, dan Rian pergi ke ruangan sang kakek karena ingin mengucapkan terima kasih pada sang kakek.

    Ternyata kakek juga sudah sadar dan di dalam ruangan itu ada seorang perempuan yang lebih muda dari kakek mungkin itu adalah anaknya.
    “Permisi..”
    “Iya ada apa?” jawab seorang perempuan.
    “Saya hanya ingin berterima kasih kepada kakek, karena telah mendonorkan ginjalnya untuk ibu saya”
    “Iya silahkan saya akan pergi ke musholla Dulu.”
    “Kek makasih ya berkat kakek ibu saya sudah membaik.”
    “Iya..”
    “Maafkan saya juga ya kek karena telah merepoti kakek”
    “Enggak kok nak..” jawab kakek singkat.
    Mungkin kakek masih lemas dan butuh istirahat lalu Rian meniggalkan sang kakek.
    “Kek saya pergi dulu ya. Kakek istirahat dulu, cepat sembuh kek.”
    Kakek hanya membalas dengan senyuman.

    Setelah satu minggu ibu Rian sudah sembuh dan sudah boleh pulang, sehingga sudah bisa melaksanakan aktivitas sehari hari. Kakek itu pun sudah pulang 3 hari sebelum ibu Rian pulang. Dan beberapa hari setelah itu Rian berkunjung ke rumah sang kakek.

    SMP Negeri 1 Puri

    Cerpen Karangan: Putri Marifatul Janna

    Artikel Terkait

    Perjuanganku
    4/ 5
    Oleh

    Berlangganan

    Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email