Cakrawala Dibalik Mega

Baca Juga :
    Judul Cerpen Cakrawala Dibalik Mega

    Wanita itu tampak anggun menganakan kerudung, ya… namanya fatwasari dewi nama itulah yang pertama kali aku dengar ketika dia memperkenalkan diri. Hari itu perkenalan hanya sebatas kenal namanya saja karena hari itu aku sedikit sibuk dengan urusan pekerjaan kantorku. Tanpa terasa dengan padatnya pekerjaan hari itu jam kantor menunjukan pukul 17.30, dimana jam pulang kantor yang ditunggu datang juga, aku pun bergegas membereskan dokumen-dokumen yang ada di meja kerja. Yaa.. memang hari itu aku ada janji sama mba arin untuk membahas kelanjutan novel yang sedang aku garap, mba arin inilah yang selama ini memberi masukan tentang karya tulisku.

    Malam semakin larut, akan tetapi mata ini belum bisa terpejam entah apa yang ada di dalam pikiranku saat itu. Tanpa aku sadari pikiranku tiba-tiba teringat perkenalan dengan dewi tadi sore! “akh… kenapa jadi kepikiran dewi?” gumamku dalam hati. Tapi tunggu, sekilas ada yang aneh atau hanya kebetulan saja. Tapi wajahnya dewi mengingatkanku pada sesorang. Iya benar wajahnya mirip hana.

    Hana ini adalah wanita yang pernah aku cintai, karena suatu hal aku dan hana pun terpisah dengan memutuskan untuk mencari pasangan hidup masing-masing, hana menikah dengan laki-laki pilihannya begitu juga dengan aku, aku menikah dengan wanita pilihanku. Aku dan hana pun berkomitmen untuk tetap menjalin silaturahmi sampai kapan pun. Dan komitmen itu terjaga sampai sekarang, hanya saja kehidupan pernikahan aku dan hana ada perbadaan, hana hidup bahagia dengan keluarga kecilnya sedangkan aku… aku gak tau lagi apa yang mesti aku perbuat untuk mempertahankan pernikahanku, saat ini aku dikaruniai dua orang putri yang sangat, sangat lucu dan berarti banget dalam hidupku, di kehidupan perikahanku dahulu bahagia, tapi semenjak ada problem kesehatanku yang mulai menurun karena cidera kedua lutut dan pinggangku saat itu yang mengharuskan aku istirahat total selama delapan bulan lamanya dan yang bisa aku lakukan saat itu hanya berbaring di tempat tidur dan selalu merepotkan orang lain, sehingga istriku memutuskan untuk bekerja guna memenuhi kebutuhan hidup. Apalagi kami baru saja mempunyai anak kedua yang baru saja dilahirkan tentu kebutuhan hidup semakin banyak.

    Yang membuat aku kuat saat itu adalah salah satu firman Tuhan di dalam Alqur’an yaitu “bukankah Allah tidak akan membebani seseorang sesuai dengan batas kemampuannya?” Ya sepenggal kalam Allah itulah yang membuat aku kuat menghadapi sakit saat itu. Berangsur-angsur kesehatanku pun mulai membaik akan tetapi tidak dengan pernikahanku, justru pernikahanku mulai muncul tanda-tanda ketidak harmonisan. Istriku mulai pulang larut malam terkadang dia pulang pagi dan bahkan pernah beberapa kali tidak pulang ke rumah. Kejadian itu tidak aku biarkan aku mencoba mencari tahu kenapa hal seperti itu terjadi. Memang saya akui penghasilan dia tinggi terlebih dia bekerja di salah satu perusahaan jepang di jakarta. Dibanding denganku yang saat itu tidak mempunyai penghasilan apa-apa.

    Esok harinya dengan niatan menyadarkan kelakuan istriku tapi apa yang dia jawab? “eh lo bisa apa? Duit-duit gua badan badan gua, kenapa jadi lo yang ngatur?” kata kata itulah yang sampai sekarang masih aku ingat. Dari situlah aku dan istriku kerap kali adu mulut. Semenjak itu istriku memutuskan pergi dari rumah. “akkkhh itu kan hanya mirip saja!” gumam dalam hatiku untuk berusaha memejamkan mata

    Hari demi hari tanpa terasa aku pun mengenal dewi lebih dekat, dari sepenggal cerita dia yang pernah aku dengar dari obrolan-obrolan ringan dikala waktu senggang disela-sela kesibukan pekerjaan, kisah dewi mirip banget sama almarhumah adik perempuanku yang meninggal lima tahun lalu, namanya fitri dia seorang single parents, akibat ketidak cocokan rumah tangganya dan sampai saat ini status pernikahannya pun masih ngegantung tanpa keputusan yang jelas dari suaminya. Dia dikaruniai seorang anak laki-laki berusia dua tahun, sepeninggal fitri anaknya saat ini diasuh sama ibuku.

    Entah kenapa dari sekian banyak rekan kerja perempuan aku merasakan hal yang beda dari sosok dewi, walaupun aku belum lama mengenalnya akan tetapi perasaan ini berbeda dengan yang lain. Aku merasakan kehebatan dari seorang perempuan yang mempunyai tanggung jawab mendidik dan membesarkan putrinya, kadang juga merasakan kesejukan ketika menatap wajahnya, terkadang merasa sepi ketika sampai kantor dia belum datang, dan keadaan seperti ini tidak pernah aku rasakan sebelum dia bekerja disitu. Sebelumnya hanya terasa biasa biasa saja.

    Doaku TUHAN, seandainya dia memang yang terbaik maka dekatkanlah, tapi kalau memang dia bukan yang terbaik maka jauhkanlah.

    Cerpen Karangan: Fajar Dwi.A
    Facebook: fajar_dwi82[-at-]yahoo.co.id

    Artikel Terkait

    Cakrawala Dibalik Mega
    4/ 5
    Oleh

    Berlangganan

    Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email