Judul Cerpen Catatan Alzi Si Berandal
Matahari mulai berayun ke arah barat, sinarnya mulai meredup tapi tetap memancarkan sinar pancarona yang indah terlihat mata. Sepasang pemuda dan pemudi nampak asyik masyuk bercakap-cakap. Mereka adalah Alzi dan Arista, yang tampak bercakap-cakap sembari menyeruput es kelapa muda di sebuah kedai makanan dan minuman, diiringi senda gurau yang cenderung mengolok-olok satu sama lain.
Alzi dan Arista berkawan dari semenjak masa kanak-kanak hingga kini beranjak remaja usia SMA. Khalayak ramai mengira mereka berdua pasangan kekasih karena begitu lengketnya hubungan mereka berdua. Arista adalah putri sulung dari Pak Hendro, yang merupakan pegawai dan orang kepercayaan dari Ayahnya Alzi.
Keluarga Alzi dan Arista sangat dekat. Kendati tidak ada hubungan darah antara kedua keluarga tersebut, namun kedekatan antara mereka layaknya kerabat sedarah. Terutama sejak Ibunda Alzi meninggal ketika Alzi masih kecil, Ibundanya Arista lah yang merawat dan menyusui Alzi layaknya anak kandung.
Arista adalah dara berparas elok dan berperangai pandai, kulitnya sawo matang, terlihat halus bersih, dengan rambut panjang hitam lurus, bola matanya yang hitam mengkilap, tubuhnya proporsional, atletis dan terlihat seksi, karena dia adalah atlet renang. Dia tidak segan untuk mempertontonkan keindahan lekuk tubuhnya dengan memakai baju ketat. Arista mungkin mirip dengan sosok Putri Roro Jonggrang, putri yang enerjik, semangat berapi-api dan pandai.
Sedangkan Alzi, seorang pemuda dengan tampilan fisik tegap, berambut hitam pendek layaknya seorang militer, memiliki bola mata juga hitam seperti mata seekor harimau. Kepribadiannya mungkin lebih tepat dijuluki Si Berandal, karena tidak ada tokoh apapun yang cocok dengan kepribadiannya yang sering berbuat onar di lingkungan dan sekolahnya.
Kendati khalayak ramai mengira mereka berdua adalah pasangan kekasih yang paradoks. Nyatanya tidak begitu adanya. Arista menaruh hati kepada seorang pemuda bernama Leo, dia adalah sosok pria idola semua wanita, Kapten Tim Basket SMA dan Wakil Ketua OSIS. Leo bersahabat dengan Alzi, oleh karenanya kerap kali Alzi diminta Arista agar mendekatkan Leo dengan dirinya.
Kendati khalayak ramai menyematkan julukan Si Berandal karena tingkah polahnya yang sering berbuat onar. Alzi nyatanya adalah pemuda yang berbudi baik dan santun. Namun karena suatu perkara yang terjadi ketika masa kecil dahulu, yang berhubungan dengan perkelahian, membuatnya dicap menjadi berandal oleh semua orang.
Dahulu kala ketika masa kanak-kanak, Arista sering diganggu dan digoda oleh sekumpulan bocah lelaki. Gerombolan bocah lelaki itu mengganggu Arista karena merasa iri dan dengki kepada Arista yang berperangai tomboy dan sering mengalahkan mereka dalam berbagai hal. Kontan hal itu membuat harga diri mereka sebagai lelaki seperti terinjak, mereka pun melampiaskan kemarahannya dengan mengganggunya.
Mereka bahkan tega berbuat kasar terhadap Arista yang hanya seorang gadis kecil. Arista yang selalu berperangai tomboy, keras kepala dan jarang menangis, mendapat perlakuan kasar seperti itu, akhirnya menangis juga dengan tersengguk-sengguk. Namun tidak ada anak lain yang berani membantu Arista karena mereka takut terhadap gerombolan bocah lelaki tersebut.
Alzi yang sebenarnya memiliki tabiat pendiam dan jarang membaur dalam keramaian. Melihat seorang gadis kecil menangis tersengguk-sengguk dikasari sekawanan bocah lelaki, akhirnya amarahnya timbul juga. Alzi berteriak kencang dan menghajar semua anak lelaki tersebut hingga mereka lari tunggang langgang dibuatnya.
Tentunya dalam perkelahian tersebut, Alzi pun tidak terhindarkan dari memar dan luka karena dikeroyok oleh banyak anak. Dengan kondisi pakaian lusuh, wajah, badan dan tangan penuh luka memar. Alzi yang sebenarnya ingin menangis karena kesakitan, tetap menahannya. Lalu ia mengulurkan tangannya dan berkata kepada Arista kecil.
“Jangan nangis! karena nanti aku juga bisa ikut nangis!” ucapnya dengan mata memerah dan mulai berkaca-kaca karena menahan tangis.
Melihat wajah Alzi, pahlawan penyelamatnya, berlaga sok keren kendati sekuat tenaga menahan tangis karena sakit luka memar di tubuhnya, membuat Arista kecil menghentikan tangisnya dan tertawa geli. Dia pun meraih uluran tangan Alzi untuk bangkit berdiri. Sejak saat itu, semua orang menyematkan julukan Raja Muda Berandal kepada Alzi.
Kejadian itu membuat Alzi dan Arista berkawan dekat hingga sekarang. Momen itu adalah momen yang tidak pernah terlupakan dan paling berkesan dalam hidup Arista. Jantungnya selalu berdetak kencang, aliran darahnya mengalir deras seperti arus sungai ketika dia mengingat momen tersebut, seketika wajahnya merah merona. Namun lamunan tersebut buyar ketika Alzi menggapai lengannya.
“Hei Arista, kamu melamun tentang apa?” tanya Alzi.
“Ahh, Al! kamu ini, ganggu aja!” jawab Arista dengan muka masam sembari berlalu menjauhi Alzi.
“Hey, kenapa kamu marah? kamu mau kemana Ar? Tunggu aku!” ucap Alzi untuk kemudian berlari menyusul Arista.
“Al, aku mau tanya! misalkan kamu bisa mengulang waktu, apa kamu bakal ninggalin aku waktu diganggu kumpulan bocah nakal itu?” tanya Arista.
“Kalo kamu gak dijuluki berandal! pasti banyak gadis yang deketin kamu Al!” ucap Arista sembari tersenyum kecil, kemudian berpaling kepada Alzi untuk mengetahui reaksinya. Alzi yang ditanya Arista terlihat memandang mata Arista, dengan menarik napas panjang dia berkata.
“Hmm, mungkin kamu benar Ar! pasti banyak gadis yang mau dekat denganku bila orang-orang tidak menjuluki aku berandal!” jawabnya dengan nada sedikit bercanda
“Tapi, meski waktu bisa diulang berkali-kali, aku akan tetap nolongin kamu dari bocah-bocah nakal itu!” ucap Alzi dengan nada mantap dan yakin.
Mendengar perkataan Alzi, jantung Arista berdegup kencang bagai genderang perang, wajahnya merah merona karena tersipu malu, dan mulai terlihat salah tingkah. Dengan suara sedikit bergetar, dan bola mata yang mulai berkaca-kaca, Arista berkata.
“Terima kasih udah mau jadi teman aku, Al!”
Alzi diam tak berkata-kata, dia tahu tidak ada yang perlu dia katakan pada saat seperti ini. Dia pun tersenyum ke arah Arista, mengulurkan tangannya yang terlihat kekar dan berkata.
“Jangan nangis, karena nanti aku juga bisa ikut nangis!” ucap Alzi.
Mendengar perkataan Alzi, Arista pun tersenyum dan menyambut uluran tangan Alzi. Tangan seorang pemuda berjuluk Raja Muda Berandal, Pahlawan dalam hidupnya.
Cerpen Karangan: Algi Azhari
Facebook: https://www.facebook.com/algi.azhari
Blog: http://algigemini.blogspot.com/
Matahari mulai berayun ke arah barat, sinarnya mulai meredup tapi tetap memancarkan sinar pancarona yang indah terlihat mata. Sepasang pemuda dan pemudi nampak asyik masyuk bercakap-cakap. Mereka adalah Alzi dan Arista, yang tampak bercakap-cakap sembari menyeruput es kelapa muda di sebuah kedai makanan dan minuman, diiringi senda gurau yang cenderung mengolok-olok satu sama lain.
Alzi dan Arista berkawan dari semenjak masa kanak-kanak hingga kini beranjak remaja usia SMA. Khalayak ramai mengira mereka berdua pasangan kekasih karena begitu lengketnya hubungan mereka berdua. Arista adalah putri sulung dari Pak Hendro, yang merupakan pegawai dan orang kepercayaan dari Ayahnya Alzi.
Keluarga Alzi dan Arista sangat dekat. Kendati tidak ada hubungan darah antara kedua keluarga tersebut, namun kedekatan antara mereka layaknya kerabat sedarah. Terutama sejak Ibunda Alzi meninggal ketika Alzi masih kecil, Ibundanya Arista lah yang merawat dan menyusui Alzi layaknya anak kandung.
Arista adalah dara berparas elok dan berperangai pandai, kulitnya sawo matang, terlihat halus bersih, dengan rambut panjang hitam lurus, bola matanya yang hitam mengkilap, tubuhnya proporsional, atletis dan terlihat seksi, karena dia adalah atlet renang. Dia tidak segan untuk mempertontonkan keindahan lekuk tubuhnya dengan memakai baju ketat. Arista mungkin mirip dengan sosok Putri Roro Jonggrang, putri yang enerjik, semangat berapi-api dan pandai.
Sedangkan Alzi, seorang pemuda dengan tampilan fisik tegap, berambut hitam pendek layaknya seorang militer, memiliki bola mata juga hitam seperti mata seekor harimau. Kepribadiannya mungkin lebih tepat dijuluki Si Berandal, karena tidak ada tokoh apapun yang cocok dengan kepribadiannya yang sering berbuat onar di lingkungan dan sekolahnya.
Kendati khalayak ramai mengira mereka berdua adalah pasangan kekasih yang paradoks. Nyatanya tidak begitu adanya. Arista menaruh hati kepada seorang pemuda bernama Leo, dia adalah sosok pria idola semua wanita, Kapten Tim Basket SMA dan Wakil Ketua OSIS. Leo bersahabat dengan Alzi, oleh karenanya kerap kali Alzi diminta Arista agar mendekatkan Leo dengan dirinya.
Kendati khalayak ramai menyematkan julukan Si Berandal karena tingkah polahnya yang sering berbuat onar. Alzi nyatanya adalah pemuda yang berbudi baik dan santun. Namun karena suatu perkara yang terjadi ketika masa kecil dahulu, yang berhubungan dengan perkelahian, membuatnya dicap menjadi berandal oleh semua orang.
Dahulu kala ketika masa kanak-kanak, Arista sering diganggu dan digoda oleh sekumpulan bocah lelaki. Gerombolan bocah lelaki itu mengganggu Arista karena merasa iri dan dengki kepada Arista yang berperangai tomboy dan sering mengalahkan mereka dalam berbagai hal. Kontan hal itu membuat harga diri mereka sebagai lelaki seperti terinjak, mereka pun melampiaskan kemarahannya dengan mengganggunya.
Mereka bahkan tega berbuat kasar terhadap Arista yang hanya seorang gadis kecil. Arista yang selalu berperangai tomboy, keras kepala dan jarang menangis, mendapat perlakuan kasar seperti itu, akhirnya menangis juga dengan tersengguk-sengguk. Namun tidak ada anak lain yang berani membantu Arista karena mereka takut terhadap gerombolan bocah lelaki tersebut.
Alzi yang sebenarnya memiliki tabiat pendiam dan jarang membaur dalam keramaian. Melihat seorang gadis kecil menangis tersengguk-sengguk dikasari sekawanan bocah lelaki, akhirnya amarahnya timbul juga. Alzi berteriak kencang dan menghajar semua anak lelaki tersebut hingga mereka lari tunggang langgang dibuatnya.
Tentunya dalam perkelahian tersebut, Alzi pun tidak terhindarkan dari memar dan luka karena dikeroyok oleh banyak anak. Dengan kondisi pakaian lusuh, wajah, badan dan tangan penuh luka memar. Alzi yang sebenarnya ingin menangis karena kesakitan, tetap menahannya. Lalu ia mengulurkan tangannya dan berkata kepada Arista kecil.
“Jangan nangis! karena nanti aku juga bisa ikut nangis!” ucapnya dengan mata memerah dan mulai berkaca-kaca karena menahan tangis.
Melihat wajah Alzi, pahlawan penyelamatnya, berlaga sok keren kendati sekuat tenaga menahan tangis karena sakit luka memar di tubuhnya, membuat Arista kecil menghentikan tangisnya dan tertawa geli. Dia pun meraih uluran tangan Alzi untuk bangkit berdiri. Sejak saat itu, semua orang menyematkan julukan Raja Muda Berandal kepada Alzi.
Kejadian itu membuat Alzi dan Arista berkawan dekat hingga sekarang. Momen itu adalah momen yang tidak pernah terlupakan dan paling berkesan dalam hidup Arista. Jantungnya selalu berdetak kencang, aliran darahnya mengalir deras seperti arus sungai ketika dia mengingat momen tersebut, seketika wajahnya merah merona. Namun lamunan tersebut buyar ketika Alzi menggapai lengannya.
“Hei Arista, kamu melamun tentang apa?” tanya Alzi.
“Ahh, Al! kamu ini, ganggu aja!” jawab Arista dengan muka masam sembari berlalu menjauhi Alzi.
“Hey, kenapa kamu marah? kamu mau kemana Ar? Tunggu aku!” ucap Alzi untuk kemudian berlari menyusul Arista.
“Al, aku mau tanya! misalkan kamu bisa mengulang waktu, apa kamu bakal ninggalin aku waktu diganggu kumpulan bocah nakal itu?” tanya Arista.
“Kalo kamu gak dijuluki berandal! pasti banyak gadis yang deketin kamu Al!” ucap Arista sembari tersenyum kecil, kemudian berpaling kepada Alzi untuk mengetahui reaksinya. Alzi yang ditanya Arista terlihat memandang mata Arista, dengan menarik napas panjang dia berkata.
“Hmm, mungkin kamu benar Ar! pasti banyak gadis yang mau dekat denganku bila orang-orang tidak menjuluki aku berandal!” jawabnya dengan nada sedikit bercanda
“Tapi, meski waktu bisa diulang berkali-kali, aku akan tetap nolongin kamu dari bocah-bocah nakal itu!” ucap Alzi dengan nada mantap dan yakin.
Mendengar perkataan Alzi, jantung Arista berdegup kencang bagai genderang perang, wajahnya merah merona karena tersipu malu, dan mulai terlihat salah tingkah. Dengan suara sedikit bergetar, dan bola mata yang mulai berkaca-kaca, Arista berkata.
“Terima kasih udah mau jadi teman aku, Al!”
Alzi diam tak berkata-kata, dia tahu tidak ada yang perlu dia katakan pada saat seperti ini. Dia pun tersenyum ke arah Arista, mengulurkan tangannya yang terlihat kekar dan berkata.
“Jangan nangis, karena nanti aku juga bisa ikut nangis!” ucap Alzi.
Mendengar perkataan Alzi, Arista pun tersenyum dan menyambut uluran tangan Alzi. Tangan seorang pemuda berjuluk Raja Muda Berandal, Pahlawan dalam hidupnya.
Cerpen Karangan: Algi Azhari
Facebook: https://www.facebook.com/algi.azhari
Blog: http://algigemini.blogspot.com/
Catatan Alzi Si Berandal
4/
5
Oleh
Unknown