Malam Perpisahan

Baca Juga :
    Judul Cerpen Malam Perpisahan

    Kami saling mengucapkan selamat tinggal di seberang apartemen itu.

    Jalan beraspal penuh lubang-lubang dan anak-anak muda bodoh mengebutkan motornya di antara kami, saat itu jam 10 malam yang dingin sekali. Pantas saja terlalu dingin, mengingat ini kota yang cukup berbukit dan musim memasuki hari-hari hujannya. Dari tempat penjual bubur kacang hijau yang mulai tutup aku kembali menoleh dan memandang ke belakang, kau pun menoleh dan kau lambaikan selamat tinggal.

    Kata Borges; ‘manusia menciptakan perpisahan, karena mereka —bagaimanapun tahu diri— tak akan pernah abadi’.

    Di suatu waktu percakapan yang lain, kau dan aku menanyai diri kita masing-masing apa yang akan kita lakukan di masa depan. Aku bilang untuk mencoba mengerti hal ini aku harus menanyakan ini pada ayahku —yang telah di akhirat sana. Namun kau tak pernah puas dengan jawabanku, ya, sepertinya kau memang didesain untuk tak pernah puas seperti kebanyakan manusia —dan aku.

    Aku benar-benar tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi, yang aku tau aku tak pernah benar-benar berubah semenjak pertemuan pertama kali kami dulu. Malam perpisahan itu kau kembali bertanya, namun pertanyaaan itu sedikit berubah ‘apa yang akan kau lakukan?’. Aku tak pernah benar-benar mempersiapkan diri, maksudku, aku tak pernah siap untuk hal ini. Kebebasan ini tak pernah aku inginkan sebelumnya, walau akhir-akhir ini aku sedang menikmatinya. Hanya saja waktu itu aku hanya menjawab, ‘ya, biar kuurus nanti saja.’

    Kau hanya menggeleng dan sedikit berpesan. “Aku senang berada di antara manusia-manusia yang sedang patah hati, yang sedang merasa dikhianati. Mereka tak banyak bicara, jujur dan sangat berbahaya. Mereka tau apa yang mereka cari. Mereka tau dari diri mereka ada yang telah dicuri. Aku sarankan, sebaiknya kau sedikit terbuka kembali, mungkin sahabat-sahabatmu dan Kamu -wanita yang paling kau cintai- ingin sedikit kabar darimu.”

    “Harapan, ya, maksudku.. harapan yang telah dicuri dariku. Dan kurasa kau selalu membaca karya Aan Mansyur. Tentang saranmu itu, kupikir itu ide yang bagus.”

    Cerpen Karangan: Adi Basari
    Blogk: Adibasari.wordpress.com

    Artikel Terkait

    Malam Perpisahan
    4/ 5
    Oleh

    Berlangganan

    Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email