Jessica Lala

Baca Juga :
    Judul Cerpen Jessica Lala

    Di pagi hari yang indah nan cerah, ada seorang anak perempuan kecil yang berumur sekitar 5 tahun sedang memakan sarapannya. Di dalam ruang makan itu hanya ada dirinya dan juga ibunya.

    “Jessica, nanti di sekolah belajarlah yang baik agar ilmumu bertambah.” Kata sang ibu sambil memasukkan makanannya ke dalam mulutnya
    “Baik bu, Jessica akan belajar yang baik.” Kata anak itu yang bernama Jessica Lala
    “Cepatlah makan, nanti terlambat.” Jessica menganggukkan kepalanya lalu melahap makanan itu dengan cepat lalu mengambil tasnya di kamarnya yang berada di lantai 2.
    Lalu ke luar dari kamarnya dan masuk ke dalam mobil yang sudah dibukakan oleh supir pribadinya, Pak Adam.

    Sebuah mobil Audi berwarna hitam mengkilap telah tiba tepat di depan pintu gerbang. Keluarlah Jessica lalu melangkah menuju ke kelasnya yang berada di pojok kiri.
    Sesampainya Jessica di kelas, ada beberapa anak yang menghalanginya sehingga Jessica dengan terpaksa berhenti melangkah.

    “Kau.. kenapa tidak mengerjakan tugasku kemarin hah?!” Tanya salah satu anak yang membuka bicara
    “Kak, aku sekolah bukan untuk jadi babu tapi untuk belajar supaya dapat ilmu.” Jelas Jessica kesal
    “Belajar? Tau apa kau tentang itu! Kau itu masih kecil dan tak pantas berada di sini!” Kata anak itu murka
    “Kenapa Jessica tak pantas kak?” Tanya Jessica bingung
    “Iisshh… dimana-mana itu anak yang berumur 5 tahun itu masih TK bukan kelas 3 tau…” kesal anak itu

    Jessica Lala itulah namanya, ia anak yang berbeda dengan anak lainnya. Anak seumurannya masihlah TK. Tapi, Jessica itu di usianya yang ke-5 tahun duduk di bangku kelas 3 SD. Ia anak yang jenius dan anak tunggal. Ia tinggal bersama ibunya.

    “Hey, apa kalian tidak mendengar suara bel berbunyi huh?” Tanya Ibu guru sekaligus wali kelas mereka, Ibu Yanti
    “Eh? Ada ibu. Maaf bu kami tak mendengar suara bel. Hehehe…” kata anak itu sambil cegegesan tak jelas
    “Cepat duduk di bangku kalian, tunggu apa lagi? Apa mau kalian semua berkeliling lapangan 3 kali hah??” Tanya Ibu Yanti
    “Eh? Tidak bu.” Ucap mereka bersamaan sambil duduk di bangku mereka masing-masing

    “Whuaa… aku lelah sekali.” Ucap Jessica sambil merenggangkan ototnya
    “Dasar anak kecil yang taunya hanya lelah saja huh…”
    “Memangnya kenapa? Apa aku tak boleh lelah?” Tanya Jessica bingung namun anak itu hanya mengacuhkannya

    Pelajaran ketiga telah dimulai, saatnya belajar matematika.
    “Selamat pagi anak-anak.” Sapa Ibu Ita ramah
    “Pagi bu..” jawab anak-anak bersamaan
    “Kumpulkan tugas kalian di meja Ibu.”
    “Aduh… aku lupa lagi.” Kata anak itu panik yang berada di sebelah Jessica
    “Eh? Kalau begitu nih… ambil saja punyaku.” Ucap Jessica
    “Tapi kau bagaimana?” Tanya anak itu panik lagi
    “Tak apa, aku ada satu lagi.” Kata Jessica
    “Baiklah, terima kasih banget ya Jessica. Padahal aku sudah jahat padamu. Maaf ya..” ucap anak itu penuh bersalah
    “Tak apa. Kita kan teman.” Kata Jessica sambil memeluk anak itu dengan erat

    Bel tanda pulang pun berbunyi, semua anak langsung antusias yang tak sabar untuk pulang ke rumah. Jessica bangkit dari kursinya dan membereskan buku-bukunya yang berantakan lalu pergi keluar.

    Sebulan kemudian, Jessica dan anak itu, Merry telah akrab sejak kejadian itu. Merry selalu kesal di saat Jessica yang terlalu manja baginya namun ia menyukainya. Baginya Jessica itu anak yang manja, periang dan cerdas.

    Saat ini anak-anak disibukkan dengan ujian semester 2. Tak lama lagi mereka akan mengetahui naik atau tinggal kelas. Ujian semester 2 dan liburan panjang telah berlalu.
    Kini Merry naik ke kelas 4 dan Jessica naik ke kelas 5. Walaupun mereka beda kelas tapi mereka selalu berteman.
    Jessica memegang gagang pintu dan membuka pintu kelasnya lalu duduk di bangku.

    Pelajaran pertama dimulai.
    Ibu Mia membuat soal matematika di papan tulis.
    “Siapa yang bisa mengerjakan soal ini?” Tanya Ibu Mia
    “Bu, soalnya kok susah sih?” Tanya salah satu anak
    “Itu soal kelas 3 SMP.” Kata Ibu mia santai
    “Apa? Kok Ibu buat soal SMP sih? Kami kan gak bisa jawab bu.” Ucap anak itu
    “Saya bu.” Ucap Jessica sambil bangkit dari kursinya dan maju ke depan, lalu mengerjakan soal itu dengan cepat
    Ibu Mia hanya menganga dan menganggukkan kepalanya pelan sambil tersenyum.
    “Jawaban kamu benar.” Ucap Ibu Mia yang tak memercayai ini semua
    “Jessica, nanti pelajaran usai kamu datang ke ruangan saya.” Kata Ibu Mia sambil tersenyum dan Jessica hanya menganggukkan kepalanya

    Pelajaran pertama telah usai dan sesuai dengan janjinya, kini Jessica telah tiba di ruangan Ibu Mia.
    “Ada apa Ibu menyuruh saya ke sini?” Tanya Jessica bingung
    “Ini, kamu bacalah.” Kata Ibu Mia sambil menyodorkan selembar kertas berwarna kuning
    “I-ini… bukannya ini beasiswa ke Jepang ya bu?” Tanya Jessica tak percaya
    “Iya, apa kamu mau?” Tanya Ibu Mia
    “Saya mau bu…” ucap Jessica berkaca-kaca
    “Baiklah, tapi ada satu syarat.”
    “Apa itu bu?”
    “Kamu harus memenangkan olimpiade matematika. Bagaimana?”
    “Baik bu.”
    “Oke kamu kembali ke kelas dan jangan lupa untuk belajar agar menang.”

    Sudah satu minggu penuh, Jessica belajar dan belajar. Ia ingin memenangkan olimpiade itu agar ia bisa lanjutkan sekolah di Jepang. Ia sungguh berharap agar dapat beasiswa itu. Ia ingin Ibunya bangga padanya.

    Hari ini adalah hari perlombaan itu. Jessica dengan serius mengerjakan soal itu. Beberapa jam kemudian, para juri telah mengumumkan hasil pemenangnya. Jessica begitu tak menyangka kalau ia akan mendapat juara 1. Jessica berkali-kali mengucapkan terima kasih pada para juri itu.

    “Ibu…”
    “Apa nak?”
    “Aku berhasil bu… aku mendapat juara 1.”
    “Wah, kamu sungguh hebat.” Ibu Jessica memeluk anaknya dengan erat.
    “Teruslah belajar, agar ilmumu bertambah nak.”
    “Baik bu.”

    Setelah Jessica belajar dengan keras, ia tak sia-sia mengambil beasiswa itu dan kini Jessica telah berumur 16 tahun. Jessica telah tamat sekolah dan juga ia telah menjadi orang yang sukses.

    Cerpen Karangan: Sintia Paramita
    Facebook: Sintia Paramita Gotama

    Artikel Terkait

    Jessica Lala
    4/ 5
    Oleh

    Berlangganan

    Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email