Andai

Baca Juga :
    Judul Cerpen Andai

    Di malam yang berakabut tebal, tubuhku terbujur kaku di atas kasur apak. Tidak ada lagi kehidupan yang bisa aku perjuangkan. Hanya lentera kecil di sudut kamar yang setiap kali mengingatkanku pada sebuah penyesalan, penyesalan yang mungkin tak terlupakan hingga ku di alam baka. Sahut marut celoteh keluarga dan kerabat yang biasa melebarkan sejengkal rasa gembira, kini pupus ditelan tuli kegelapan hati.

    Andai detik ini tak tertulis sebuah takdir di laul mahfud, akan kupinjam pena dari genggaman malaikat tak bersayap. Tintanya yang hitam berkilau bagai mutiara papua menetes kental di atas kertas kosong. kertas kosong yang terbang tak memiliki arah tujuan untuk berhenti di suatu tempat.

    Tubuhku semakin melemah karena penyakit yang tak jelas dari mana asal dan penyebabnya, hanya bisa menuding layaknya lalat hijau yang menebar penyakit di setiap lingkungan yang ia hinggapi.

    Dari perjalanan kisah aku dipaksa marantau hingga tak kenal lelah. tapi, semua telah hilang menjadi harapan fatamorgana. kini penguasa alam telah memanggil salah satu kelengkapan jasadku. ia memberi pena yang lebih istimewa. pena yang bertintakan jutaan warna. Ia perintahkan diriku yang tiba-tiba segar bugar, layaknya waktu ia rubah seperti sekian masa. masa dimana bujang priangan masih meraja lela di atas gelapnya dunia karena perpecahan negara. ia perintahkan aku tuk tulis “Andai” di kertas yang kotor dan penuh coretan tangan mungil.

    Cerpen Karangan: J. Rasta
    Facebook: Keceng Da Costa

    Artikel Terkait

    Andai
    4/ 5
    Oleh

    Berlangganan

    Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email