Your Lies

Baca Juga :
    Judul Cerpen Your Lies

    “Oh ayolah, sudah tiga kali aku mencobanya dan tidak ada yang berhasil.”
    “Tetap saja, paling tidak seharusnya kau sudah bisa membuat simpul dasimu sendiri, Adam,” gerutu Kara. Ini sudah keseribu kalinya Adam tidak bisa memasang dasinya sendiri. Terkadang dirinya bertanya-tanya bagaimana cara Adam dibesarkan oleh ibunya.
    Adam tersenyum lebar dan menggoda, “Untuk apa? Aku punya pacar yang manis untuk membantuku melakukannya,”. Kara tertawa kecil, “Oh baiklah, baiklah. Kau mau kubantu? Akan kubantu. Dasar laki-laki penggoda.”

    Kara membetulkan simpul dasi Adam. Ia sudah mahir melakukannya. Adam sudah sering memintanya membetulkan dasinya, mana mungkin ia tidak bisa membetulkan dasi dengan cepat. “Nah, sudah selesai,” Kara berucap sambil menepuk bahu Adam dengan kedua tangannya.

    Adam mematut dirinya di depan cermin, “Ternyata aku tampan juga ya,”. Kara hanya memutar bola matanya dan mendorong bahu Adam dari belakang, “Ya, ya, kau tampan dan mengagumkan. Sekarang cepatlah bersiap agar aku juga bisa segera berangkat kuliah.”
    Dahi Adam berkerut heran, “Hei, ini Hamptons, Amerika. Bukan Jakarta, kampung halamanmu yang jalanannya macet setiap hari. Tenang saja, ini masih jam tujuh.”

    Sekali lagi, Adam bercermin sebelum ia menyadari bahwa simpul dasinya mengendur. “Kara, tolong bantu aku sebentar. Sepertinya simpul dasiku berantakan lagi,” katanya sambil memperhatikan dasinya lewat cermin. “Astaga, kau ini kenapa, sih? Tidak bisakah aku bersiap dengan tenang?”, Kara menggerutu dan dibalas dengan tawa oleh Adam.

    Saat ia sibuk membetulkan dasi Adam, Kara menyadari laki-laki itu menatapnya lekat-lekat. Kara mendongak, melihat wajah kekasihnya itu, “Ada apa?”.

    “Jangan berubah.”

    Barusan Adam bilang apa?

    Seolah membaca pikiran Kara, Ada mengulangi ucapannya lagi, “Jangan berubah. Aku tahu aku menyebalkan, bodoh, kekanak-kanakan, dan punya banyak kekurangan. Tapi kumohon,” Adam menggenggam tangan Kara, “Tetaplah di sini.”

    Kara tertegun, balas menatap Adam lekat-lekat. Mata laki-laki itu memancarkan kesungguhan hatinya.

    Kara merasakan genggaman Adam semakin erat. Ia tersenyum, “Aku tidak akan kemana-mana. Aku tidak akan pergi jika kau tidak meninggalkanku,”.

    “Aku tidak akan pernah meninggalkanmu.”

    Sudah dua tahun berlalu, dan kenangan itu masih terbayang di benaknya. Kara memandangi tempat ini. Tempat yang selalu bisa membuatnya mengingat Adam.
    Kara menggenggam payungnya erat-erat. Hujan yang semakin deras tidak mampu membuatnya meninggalkan tempat ini. Ia rela berhujan-hujanan asalkan bisa bertemu Adam sekali lagi. Walaupun hanya di dalam benaknya.
    Masih terngiang janji yang selalu dikatakan Adam dulu. Janji yang Adam ingkari.
    Mengingat itu membuatnya merasakan sakit di hatinya. Ia akan tetap berdiri di sini, sebentar lagi saja. Hanya untuk mengobati hatinya yang merindukan Adam.

    “Kau tahu,” Kara berbicara sendiri. “Dulu aku mempercayai janji-janjimu. Tapi kau berbohong. Kau meninggalkanku dan lukaku sendirian,”. Matanya mulai berkaca-kaca.
    Namun ia tersenyum, “Tapi tidak apa-apa, aku sudah memaafkanmu. Lagipula kau pasti sudah lebih bahagia saat ini.”

    Kara mengelus nisan di depannya dan menatapnya nanar, “Benar begitu kan, Adam?”

    Cerpen Karangan: Corina Sekar

    Artikel Terkait

    Your Lies
    4/ 5
    Oleh

    Berlangganan

    Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email