Endorfin

Baca Juga :
    Judul Cerpen Endorfin

    “Sebenarnya Kebahagiaan yang indah itu berasal dari kesedihan yang tulus”

    Malam ini aku tengah bersandar di atas kursi berwarna biru susu. Pemandangan ingar bingar kota terlihat jelas dari balik kaca transparan. Aku menatapnya dengan tatapan sedih, uh bukan. Sepetinya bukan rasa sedih yang sedang kurasakan saat ini. Bahagia? Tentu saja bukan. Tidak!! Aku tak merasakan apapun!! Hufft, maksudku aku bisa merasakan namun sulit tuk dijelaskan. Ini sungguh membingungkan, sampai-sampai wajahku memucat, bibirku memutih. Anak-anak rambut bergelantungan dengan bebasnya menutupi keningku. Aku begitu kacau, terlebih orang-orang di sekitarku tak sedikitpun mereka melirikku walau sedetik. Mereka terlalu sibuk dengan makanan mereka masing-masing. Seharian lelah beraktifitas menikmati makan malam jauh lebih baik dibandingkan melihat kesedihanku yang kurang bermanfaat. Aku termenung, sampai beberapa butir air mata terjun bebas dari kelopak mataku. Ia menguap dan muncul cahaya putih yang cukup menyilaukan mata.

    “Malam Kuggy?” sapa pria yang muncul dari pancaran cahaya putih. Ia muncul tepat di depan kursiku, membawa tubuhnya yang sempurna. Tanpa dosa.
    Aku tidak melirik. Tatapanku masih tepaku akan hiruk piruk kota hujan saat malam hari. ribuan mobil padat merayap, Trotoar jalan yang disesaki commuter semua terlihat tenang dari sini. Bak menonton tayangan tv monoton, membosankan.
    “kenapa lama sekali sih? Apakah Nathan terlalu sibuk berkencan dengan bidadari lain di dunia sana dan lupa ini hari apa?” aku melotot, sekarang aku memicingkan wajah tepat di hadapan wajah nathan yang Tampan. Lesung pipit, hidung mancung dan kornea mata berwarna biru. Terlihat sempurna bagi seorang Nathan.
    “maafkan aku” jawabnya singkat. Nathan membetulkan posisi duduknya. agar jubah putih yang ia kenakan tidak merusak sayapnya. Sayap? Ya kau bisa menebak siapa Nathan.

    “Nathan?” Ujarku, mukaku merah padam. Sejujurnya aku ingin sekali memeluk Nathan. Namun aku terlalu gengsi tuk melakukannya.
    “Baiklah Kuggy cantik, ada masalah apa?” Nathan mengangkat kedua alisnya yang simetris.

    Ngomong-ngomong, sebenarnya namaku adalah Alya. Nama Kuggy dan Nathan terinspirasi saat pertama kali kita bertemu. Waktu itu aku pernah bermimpi kalau kami saling melihat satu sama lain di tengah taman yang cukup luas. Di sana terdapat pohon yang bernama Nathan dan buah bernama Kuggy.

    “Kuggy cantik, ada masalah apa sayang?” Nathan mengulangi pertanyaannya. Dan kali ini berhasil membuat jantungku berdegup kencang.
    “Nathan, hari ini!! Sudah tiba saatnya Nath. Harusnya Kuggy sadar kalau cepat atau lambat, Nath pasti akan pergi. Sekarang aja entah kenapa kepalaku selalu pusing tatkala ingin menulis. Sehingga cerita-ceritamu yang ingin kuabadikan di atas secarik kertas tidak pernah sampai selesai” jelasku. Linangan air mata sudah membanjiri pipi. Saat ini aku tidak berani menatap mata indah Nathan. Karena itu akan semakin menyakitkan.

    “udah kuggy jangan nangis. Bagus dong kamu kan bisa menikmati kehidupan yang realistis. Bahkan itu sudah ada di genggaman kamu kuggy”
    “Bagus apanya. Aku akan kesepian. Waktu saat masa-masa bersamamu pun aku merasa kesepian. Enggak Nath, Kuggy gak mau kehilangan Nathan, Kuggy sayang Nathan!!” rengekku. Tak peduli aku menjadi viral perhatian. Nathan jauh lebih penting.

    Tiba-tiba Nathan berdiri. Tubuh tegapnya masih terbentuk jelas walaupun ia memakai jubah. Ia menghampiriku dan tangannya melingkar di sekitar pundak. Aku tenggelam dalam dekapannya. Begitu hangat dan semakin hangat karena Hormon Dopamine dan endorfin berkalaborasi menjadi satu. Kenangan mengemas itu semua dengan rapi tanpa ada yang terlewat ataupun tertinggal.
    Orang-orang menyebutnya sebagai kenangan terakhir.

    “Kuggy yang sabar ya, kuggy harus kuat. Nathan yakin cepat atau lambat Kuggy pasti bisa ngelupain Nathan. inget Gy. Kuggy masih punya yang maha penyayang. Yang maha penyayang bisa kok ngirim jutaan Malaikat seperti Nathan ke hidup Kuggy. Kuncinya sederhana. Berdo’a, melaksanakan semua perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Nathan yakin Kuggy bisa!!” Ucap Nathan yang sekaligus menjadi ucapan terakhirnya. Hormon dopamine dan endorfin mereda, selaras dengan kehangatan yang seperti debu ditiup angin. Hilang menyisakan jejak. jejak yang indah.

    Nathan, aku sayang kamu aku berjanji kepada diriku sendiri. Nathan akan menjadi malaikatku lagi. I’m, Promise

    Cerpen Karangan: Imam Nur Hidayat
    Blog: inurhidayat123.blogspot.com
    Wattpad.com: https://www.wattpad.com/user/ImamHidayat5

    Artikel Terkait

    Endorfin
    4/ 5
    Oleh

    Berlangganan

    Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email